Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Vaksin Polio Dilarang Masuk, 600 Ribu Anak di Gaza Risiko Lumpuh

ilustrasi anak-anak di gaza (pixabay.com/hosnysalah)
ilustrasi anak-anak di gaza (pixabay.com/hosnysalah)
Intinya sih...
  • Kementerian Kesehatan Gaza memperingatkan 602 ribu anak berisiko kelumpuhan permanen dan cacat kronis tanpa vaksin polio.
  • Israel dikecam karena menghalangi masuknya vaksin, menyebabkan penyebaran polio dan kondisi kesehatan yang memburuk di Gaza.
  • Blokade total Israel juga memperparah krisis kemanusiaan di Gaza, termasuk kekurangan obat-obatan, peralatan medis, bahan pangan, dan pasokan medis.

Jakarta, IDN Times - Kementerian Kesehatan di Gaza, pada Minggu (6/4/2025), memperingatkan bahwa 602 ribu anak di wilayah tersebut berisiko mengalami kelumpuhan permanen dan cacat kronis lainnya jika tidak segera menerima vaksin polio.

“Pencegahan masuknya vaksin polio ke Jalur Gaza oleh pendudukan Israel merupakan bom waktu yang mengancam penyebaran epidemi," kata kementerian tersebut dalam sebuah pernyataan di media sosial, dikutip dari The New Arab.

Pihaknya menyebut pelarangan masuknya vaksin sebagai bentuk serangan tidak langsung terhadap anak-anak di Gaza. Mereka juga memperingatkan bahwa tindakan tersebut berpotensi menggagalkan seluruh upaya yang telah dilakukan selama beberapa bulan terakhir untuk memberantas penyakit itu.

“Kementerian Kesehatan menyerukan semua pihak terkait terkait untuk menekan pihak pendudukan agar mengizinkan masuknya vaksin, serta menyediakan jalur aman guna memastikan akses vaksin bagi anak-anak di seluruh wilayah Jalur Gaza,” tambahnya.

1. Virus polio masih beredar di kalangan masyarakat

Polio, penyakit yang menyerang sistem saraf, kembali muncul di Gaza untuk pertama kalinya dalam 25 tahun terakhir pada Agustus 2024. Kementerian bersama beberapa badan PBB dan mitra lainnya telah melakukan dua putaran vaksinasi polio di wilayah tersebut. Namun, sampel lingkungan dari dua lokasi yang dikumpulkan pada Desember 2024 dan Januari 2025 menunjukkan bahwa virus tersebut masih menyebar di tengah masyarakat.

Kementerian Kesehatan Gaza, pada Minggu, juga mengatakan bahwa 13 ribu orang harus meninggalkan wilayah tersebut untuk menerima perawatan khusus untuk luka dan penyakit lainnya.

Pekan lalu, Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan, Muneer al-Boursh, mengatakan bahwa kondisi Gaza saat ini sudah berada di ambang kehancuran. Ia menyerukan kepada negara-negara Islam dan komunitas internasional untuk segera bertindak sebelum semuanya terlambat.

“Lebih dari 15 ribu anak telah meninggal, apa lagi yang dunia tunggu?” ujarnya kepada Al Jazeera.

2. Fasilitas kesehatan kekurangan obat-obatan dan peralatan medis penting

Dilansir dari Xinhua, pejabat otoritas kesehatan Gaza, Yousef Abu al-Rish, menyatakan bahwa kondisi kesehatan dan kemanusiaan di wilayah tersebut telah mencapai tingkat yang sangat mengkhawatirkan. Ia mengungkapkan bahwa 59 persen obat-obatan penting dan 37 persen peralatan medis tidak tersedia saat ini. 

Ia juga menyebutkan bahwa sekitar 13 ribu pasien membutuhkan perawatan medis di luar Gaza. Sementara itu, pembatasan masuknya bahan pangan telah memperburuk kondisi malnutrisi, sehingga meningkatkan risiko kematian di kalangan anak-anak.

“Lima puluh dua anak tewas selama perang karena kekurangan gizi. Tanpa intervensi segera, akan ada lebih banyak nyawa yang terancam," kata Abu al-Rish.

3. Blokade Israel memperparah krisis kemanusiaan di Gaza

Krisis kemanusiaan di Jalur Gaza terus memburuk seiring dengan berlanjutnya blokade total yang diterapkan oleh Israel, yang menghalangi masuknya bantuan penting seperti makanan, bahan bakar, pasokan medis, dan vaksin.

Pada 18 Maret 2025, Israel kembali melancarkan serangan udara mematikan di Gaza, menghancurkan gencatan senjata rapuh dengan Hamas yang telah berlangsung sejak Januari. Gencatan senjata tersebut sebelumnya memungkinkan pertukaran tahanan dan memberi akses terbatas bagi bantuan kemanusiaan.

Tindakan Israel tersebut menuai kecaman luas karena dianggap melanggar hukum humaniter internasional. Berbagai kelompok hak asasi manusia menuduh Israel melakukan hukuman kolektif dan serangan sistematis terhadap infrastruktur sipil, termasuk fasilitas kesehatan.

Sejak Oktober 2023, perang Israel di Gaza telah menewaskan hampir 50.700 warga Palestina dan melukai lebih dari 115 ribu lainnya. Mayoritas korban jiwa perempuan dan anak-anak.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fatimah
EditorFatimah
Follow Us