Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Warga Gaza Kenang Paus Fransiskus: Ia Tak Pernah Lupakan Kami

Paus Fransiskus menyampaikan pesan  di Aula Rizal, Istana Malacañan dalam rangka Kunjungan Kenegaraan dan Perjalanan Apostolik ke Republik Filipina pada Jumat (16/01/2015). (commons.wikimedia.org/Benhur Arcayan)
Paus Fransiskus menyampaikan pesan di Aula Rizal, Istana Malacañan dalam rangka Kunjungan Kenegaraan dan Perjalanan Apostolik ke Republik Filipina pada Jumat (16/01/2015). (commons.wikimedia.org/Benhur Arcayan)
Intinya sih...
  • Paus Fransiskus terus berkomunikasi dengan umat Kristen Palestina di Gaza melalui telepon, memberikan dukungan dan harapan.
  • Komunikasi terus-menerus yang sulit di tengah pemboman Israel, Paus Fransiskus meminta doa dan memberi restu pada Sabtu suci sebelum kematiannya.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Paus Fransiskus dan kecintaannya pada perdamaian, menghantarkan hubungan spesial antara dirinya dengan Gaza. Kota di Palestina yang hampir dua tahun dibombardir Israel ini selalu ada di hati dan pikiran sang paus.

Di tengah pemboman besar-besaran Israel, pengungsian, dan kehancuran, ada secercah harapan hampir setiap hari di paroki Keluarga Kudus di Kota Gaza: panggilan telepon malam hari dari Roma.

Tak lain adalah Paus Fransiskus, yang menanyakan kabar umat Kristen Palestina yang berlindung di kompleks gereja.

"Paus Fransiskus terus berhubungan. Ia berupaya keras untuk menghubungi kami masing-masing melalui telepon," George Anton, yang berlindung bersama keluarganya di kompleks tersebut, dikutip dari Deustche Welle, Jumat (25/4/2025).

Anton mengatakan, sejak awal perang hingga sehari sebelum kematiannya, Paus Fransiskus selalu hadir. "Ia tidak pernah melupakan kami," katanya.

1. Komunikasi tanpa henti Paus Fransiskus

Pastor dari Argentina, Gariel Romanelli, yang melayani paroki Keluarga Kudus mengatakan, Paus Fransiskus terus berkomunikasi dengan mereka di bawah pemboman dan serangan yang terus-menerus terjadi. Komunikasi tak pernah putus.

"Komunikasi terus-menerus, siang dan malam. Terkadang karena situasi sulit di Gaza, perlu waktu tiga atau empat jam mencoba sebelum panggilan akhirnya tersambung. Namun, ia tidak pernah menyerah hingga akhirnya berhasil menghubungi kami," seru Romanelli.

Ia menceritakan, terakhir kali berbicara dengan mereka adalah pada Sabtu suci, sehari sebelum Hari Paskah. "Dia meminta doa kami, memberi kami restunya, dan berterima kasih atas komitmen kami terhadap perdamaian," katanya.

Dulu ada sekitar 1.200 orang Kristen Palestina di Gaza, tetapi jumlah mereka telah berkurang dalam beberapa tahun terakhir di Jalur Gaza yang ditutup. Sejak perang dimulai, sebagian besar dari mereka telah pindah ke dua gereja di Gaza dengan harapan menemukan tempat yang lebih aman di sana.

Saat ini, sekitar 500 orang terlantar berlindung di kompleks gereja Keluarga Kudus. Komunitas tersebut juga mengurus orang-orang dengan kebutuhan khusus.

2. Perhatian Paus Fransiskus akan krisis kemanusiaan di Gaza

Paus Fransiskus saat mengunjungi Timor Leste. (facebook.com/Primeiro-Ministro RDTL: Kay Rala Xanana Gusmão)
Paus Fransiskus saat mengunjungi Timor Leste. (facebook.com/Primeiro-Ministro RDTL: Kay Rala Xanana Gusmão)

Ketika Israel sekali lagi memblokir semua bantuan ke Gaza yang melanggar perjanjian gencatan senjata dan memperbarui serangannya pada 18 Maret lalu, krisis kemanusiaan mencapai tingkat baru. Bagi Paus Fransiskus, situasi kemanusiaan yang mengerikan tersebut menjadi perhatian besar.

Selama perang, ia kerap mengutuk penggunaan kekuatan Israel yang tidak proporsional terhadap warga sipil. Ia juga mengatakan para cendekiawan harus memutuskan apakah apa yang terjadi di Gaza merupakan genosida menurut hukum internasional.

Paus Fransiskus juga mengkategorikan yang terjadi di Gaza adalah genosida. Kata yang sangat ditentang oleh Israel dan para sekutu Barat-nya.

3. Gaza rindu Paus Fransiskus

anak-anak di Gaza mengantre untuk makanan. (UNRWA, CC BY 4.0 , via Wikimedia Commons)
anak-anak di Gaza mengantre untuk makanan. (UNRWA, CC BY 4.0 , via Wikimedia Commons)

Baba Fransiskus, begitu ia dipanggil di Gaza, membuat sosoknya sangat istimewa. Bagi banyak orang, ia adalah satu-satinya penghubung yang konstan dengan dunia luar, meskipun hanya secara virtual.

Hal ini memberikan dukungan yang luar biasa bagi masyarakat, kata George Anton, karena banyak orang di sini merasa dunia telah melupakan mereka.

"Kami akan sangat merindukan Paus Fransiskus. Kami akan merindukan kasih sayang pribadinya bagi kami masing-masing," kata Anton.

Ia mengatakan, perhatiannya bagai seorang ayah yang selalu bertanya mengenai kehidupan mereka akan terus dikenang. Baba, kata Anton, selalu menawarkan belas kasih, kekuatan dan penghiburan yang membiarkan warga Gaza tetap hidup dalam harapan.

Suhail Abu Daoud, 19 tahun mengatakan, ia merasa Paus benar-benar peduli terhadap orang-orang dan situasi di Gaza.

"Ia salah satu pendukung paling vokal bagi kaum miskin dan terpinggirkan. Ia secara konsisten menentang perang dan menyerukan perdamaian serta gencatan senjata di Gaza dan di seluruh dunia," ucap Daoud.

Kata-kata terakhir Paus adalah 'pesan perdamaian'

Unsplash, foto oleh John Smith
Unsplash, foto oleh John Smith

Paus Fransiskus beberapa kali bepergian ke Timur Tengah selama masa kepausannya, berbicara tentang situasi yang sering kali sulit yang dialami kaum minoritas Kristen dan membangun jembatan antaragama. Di bawah kepemimpinannya, Vatikan mengakui negara Palestina pada 2015. Sejak dimulainya perang 2023, ia menjadi pengkritik keras konflik tersebut.

Namun, tak hanya untuk warga Gaza, Paus juga terus meminta Hamas membebaskan seluruh 251 sandera, dan bertemu dengan beberapa keluarga mereka di Roma.

Kritiknya terhadap perang itu tak selalu diterima baik di Israel. Setelah kematian Paus Fransiskus, pesan duka mengalir dari seluruh dunia, termasuk Presiden Israel, Isaac Herzog yang menyampaikan belasungkawa untuk negaranya. Sementara Kementerian Luar Negeri Israel menghapus unggahan media sosial yang mengungkapkan kesedihan atas meninggalnya Paus.

Bahkan dalam pesan Paskah yang dibacakan salah seorang pembantunya, Paus terus mendesak gencatan senjata di Gaza. Pesan terakhirnya yang mendalam, karena hanya sehari sebelum kematiannya, ia bahkan masih mengingat mereka yang menderita.

Terima kasih, Paus Fransiskus.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us