Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Warga Palestina Mengaku Disiksa dengan Zat Kimia oleh Tentara Israel  

ilustrasi tahanan. (unsplash.com/Milad Fakurian)
ilustrasi tahanan. (unsplash.com/Milad Fakurian)

Jakarta, IDN Times - Mohammed Abu Tawila, mantan tahanan Palestina dari Jalur Gaza, mengungkapkan penyiksaan brutal yang dialaminya saat ditahan Israel. Dia menjadi korban praktik penyiksaan menggunakan berbagai zat kimia berbahaya dan kekerasan fisik selama masa interogasi.

Dilansir Middle East Eye, Abu Tawila diculik dari area dekat kantor Urusan Sipil di Kota Gaza menuju rumah keluarga al-Yazji oleh tentara Israel. Media lokal melaporkan bekas-bekas penyiksaan masih terlihat jelas di punggung, lengan, dan wajahnya.

Peristiwa ini menjadi bukti dari praktik penyiksaan sistematis terhadap tahanan Palestina di berbagai fasilitas penahanan Israel.

1. Penyiksaan Abu Tawila dengan zat kimia

Abu Tawila mengalami penyiksaan berat menggunakan kombinasi zat kimia berbahaya termasuk cairan asam, klorin, cairan pencuci piring, deterjen, sabun, dan pengharum ruangan. Semua zat kimia tersebut disulut ke tubuhnya selama tiga hari penuh.

Penyiksaan berlanjut dengan pemukulan berulang ke mata Abu Tawila menggunakan sarung tangan keras.

"Satu orang terus memukul mata saya menggunakan sarung tangan dengan benda keras seperti tulang, membuat saya pingsan di atas puing-puing," tutur Abu Tawila.

Zat-zat kimia tersebut bereaksi parah dengan mata Abu Tawila yang terluka akibat pukulan. Tentara Israel kemudian memperburuk kondisinya dengan menutup matanya menggunakan kain yang diikat sangat ketat, sehingga zat kimia terus bereaksi di area tersebut.

Setelah menyadari reaksi parah zat kimia di tubuh Abu Tawila, tentara Israel memindahkannya ke wilayah Tepi Barat. Abu Tawila ditahan selama satu setengah bulan sebelum akhirnya dipindahkan ke rumah sakit al-Ramla akibat kondisinya yang memburuk.

2. Kondisi mengenaskan di penjara Israel

Abu Tawila menjalani perawatan di rumah sakit selama tiga minggu. Setelah perawatan, dia dipindahkan ke penjara militer Ofer yang terkenal brutal terhadap tahanan Palestina.

Para tahanan di penjara Israel mengalami perlakuan tidak manusiawi. Setiap tahanan diborgol dan dirantai selama 24 jam sehari, tujuh hari seminggu. Abu Tawila menjelaskan tahanan tetap dalam kondisi terborgol bahkan saat tidur, makan, dan menggunakan kamar mandi.

"Mereka melepaskan anjing pada kami, menyerbu dan memukuli kami di dalam sel, mengikat tangan kami lalu membawa kami ke halaman penjara. Mereka juga menendang kami hingga wajah kami bengkak dan berdarah," ungkap Abu Tawila, dilansir Press TV. 

Para sipir penjara menolak memberikan perawatan medis pada tahanan yang terluka. Mereka bahkan melakukan berbagai bentuk penghinaan seperti menuangkan sampo ke makanan tahanan atau membuang makanan ke tempat sampah.

3. Total 59 tahanan Palestina meninggal saat ditahan

reruntuhan di Kota Gaza. (unsplash.com/mhmedbardawil)
reruntuhan di Kota Gaza. (unsplash.com/mhmedbardawil)

Kelompok hak asasi manusia Israel, B'Tselem mengeluarkan laporan berjudul "Welcome to Hell" pada Agustus 2024. Laporan tersebut mengungkap penyiksaan sistematis terhadap tahanan Palestina berdasarkan 55 kesaksian mantan tahanan dari Jalur Gaza, Tepi Barat, Yerusalem Timur, dan warga negara Israel.

Penyiksaan terjadi di berbagai fasilitas penahanan sipil dan militer Israel. Sejak Oktober 2023, tercatat 59 tahanan Palestina meninggal dalam tahanan. Sekitar 38 di antaranya berasal dari Gaza dan menjadi rekor tertinggi korban jiwa dalam sejarah.

Politikus sayap kanan Israel, Itamar Ben Gvir, pernah membagian video yang menunjukkan kekejaman di penjara Keziot, Gurun Negev. Video tersebut memperlihatkan seorang tahanan dipaksa berlutut dan mengecat dinding penjara, sementara sipir Israel menodongkan senjata ke arahnya.

Komisi Urusan Tahanan Palestina melaporkan Musab Hani Haniyeh menjadi korban tewas terbaru dalam tahanan Israel. Haniyeh berusia 35 tahun, berasal dari Khan Yunis bagian selatan Gaza, diculik pada 3 Maret 2024. Keluarganya menyatakan Haniyeh berada dalam kondisi sehat sebelum penangkapan.

Lebih dari 14.500 warga Palestina telah diculik pasukan Israel di Tepi Barat sejak Oktober 2023. Puluhan di antaranya meninggal dalam tahanan beberapa bulan terakhir.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Leo Manik
EditorLeo Manik
Follow Us