Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Zelenskyy: Kejatuhan Assad imbas Rusia Tarik Tentara ke Ukraina

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy. (commons.wikimedia.org/Офіс Президента)
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy. (commons.wikimedia.org/Офіс Президента)

Jakarta, IDN Times - Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, pada Senin (9/12/2024), menilai bahwa kejatuhan rezim Presiden Bashar al-Assad di Suriah merupakan dampak dari perang di Ukraina. Ia mengklaim Rusia memindahkan tentara dari Suriah ke Ukraina. 

Rezim Assad di Suriah telah jatuh setelah pemberontak berhasil menguasai ibu kota Damaskus pada Minggu (8/12/2024). Sebelumnya, Moskow menuding Direktorat Intelijen Militer (HUR) melatih dan mempersenjatai pemberontak untuk mengadakan serangan di Suriah. 

1. Rusia tarik tentara terbaiknya dari Suriah ke Ukraina

Zelenskyy mengatakan, Assad tidak dapat berperang melawan pemberontak karena Rusia mengirim semua tentara terkuatnya untuk berperang di Ukraina. 

"Kami melihat rezim Assad jatuh karena tidak ada lagi tentara Rusia terkuat di sana. Sejujurnya, semua tentara terkuatnya sudah dikirimkan ke Ukraina. Hampir 800 ribu tentara Rusia berada di teritori Ukaina. Ini menunjukkan tentara dari negara itu berperang melawan rakyat Ukraina," terang Zelenskyy, dilansir RBC Ukraine.

Ia menambahkan, kekuatan dari militer Ukraina juga menjadi penentu dari kekuatan militer Rusia yang sebenarnya. Ia mengklaim, kesuksesan intervensi Rusia di seluruh dunia sangat bergantung pada perkembangan di Ukraina. 

Zelenskyy mengatakan, kejatuhan Ukraina sama dengan membiarkan Presiden Rusia Vladimir Putin menerjunan kembali tentara di Suriah, Afrika, dan sejumlah negara di seluruh dunia. 

2. Klaim tidak berpengaruh besar pada situasi di garis depan Ukraina

Kepala Pusat Disinformasi Ukraina Andrii Kovalenko mengungkapkan, keruntuhan rezim Suriah kemungkinan membuat Rusia memindahkan tentara di Suriah ke Ukraina. Namun, ia mengklaim itu tidak berdampak besar pada situasi di garis depan.

"Bahkan jika semua tentara di Suriah direlokasi ke Rusia dan dikirimkan ke Ukraina, mereka tidak akan berdampak besar di garis depan. Ini melihat dari tingginya tentara Rusia yang tewas selama berlangsungnya invasi skala besar ini," tuturnya. 

Ia mengatakan, pada musim panas 2024, jumlah tentara Rusia yang ditempatkan di Suriah mencapai 6-7 ribu pasukan. Jumlah itu sudah termasuk sejumlah personel tentara bayaran Rusia. 

Kovalenko juga mengatakan, kemungkinan tentara Rusia itu tidak hanya dikirim ke Ukraina, tapi juga diterjunkan ke Afrika. 

3. Kejatuhan Suriah jadi pukulan keras ambisi Rusia di Afrika

Institute for the Study of War (ISW) mengungkapkan, hilangnya pangkalan militer Rusia di Suriah akan berdampak besar terhadap operasi militernya di Afrika. Kondisi ini juga menyulitkan posisi Moskow untuk menyebarkan pengaruh di Afrika. 

"Tartus menjadi pangkalan yang mendukung logistik operasi Kremlin di Benua Afrika. Kehilangan pangkalan tersebut akan menyulitkan proses rotasi militer, penyediaan suplai senjata, dan kemampuan Rusia untuk melancarkan operasi di kawasan Afrika dan Timur Tengah,' ungkapnya, dikutip Ukrainska Pravda

Setelah kejatuhan Suriah, keberadaan pasukan Rusia di Libya dan Sudan akan menurun karena tidak adanya kesepakatan resmi antara kedua negara. Selain itu, infrastrukturnya juga kurang mendukung dalam merencanakan aksinya. 

Selama ini, Rusia menggunakan Suriah sebagai jembatan untuk mempertahankan operasinya di Afrika. Hilangnya pangkalan militer di Suriah akan berdampak buruk pada operasi militer di Libya dan Sahel. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rama
EditorRama
Follow Us