Zelenskyy Tolak Skenario Korea, Anggap Gencatan Senjata Beri Keamanan

- Gencatan senjata sudah cukup memberikan jaminan keamanan Ukraina.
- Tidak ada pertimbangan skenario Korea.
- Zelenskyy siap bertemu Trump dan Putin.
Jakarta, IDN Times - Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, menolak tegas usulan konflik Ukraina dan Rusia dapat diselesaikan berdasarkan pakta yang mengakhiri Perang Korea (1950-1953). Menurutnya, hal tersebut membuat Ukraina tidak akan memiliki dokumen final untuk mengakhiri perang.
"Skenario kita sangat berbeda dengan yang terjadi di Semenanjung Korea. Di sana, perang berakhir tanpa perjanjian damai yang final... Bisa jadi kita juga tidak akan memiliki dokumen akhir yang final untuk mengakhiri perang," ujarnya, dikutip dari Sputnik via ANTARA, Minggu (21/9/2025).
1. Gencatan senjata sudah cukup memberikan jaminan keamanan

Zelenskyy menegaskan, gencatan senjata merupakan langkah yang sudah cukup untuk memberikan jaminan keamanan. Menurut dia, jaminan keamanan tidak perlu menunggu perang berakhir.
"Itulah sebabnya beberapa orang, seperti Presiden Prancis (Emmanuel) Macron, mengatakan bahwa jaminan keamanan tidak perlu menunggu perang berakhir," katanya, dikutip dari surat kabar Ukraina Glavkom, Sabtu (20/9/2025).
2. Tidak ada pertimbangan skenario Korea

Lebih lanjut, Zelenskyy mengatakan tidak ada skenario Korea atau Finlandia yang masuk ke dalam pertimbangan. Korea Utara dan Korea Selatan secara resmi masih berperang dan berakhir dengan gencatan senjata.
Meski begitu, Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan, gencatan senjata hanya akan memberi pasukan Ukraina waktu untuk berkumpul kembali dan mempersenjatai diri.
3. Zelenskyy siap bertemu Trump dan Putin

Selain itu, Zelenskyy menyatakan siap bertemu dengan Trump dan Putin dalam format trilateral atau bilateral tanpa syarat apa pun. Terkait gencatan senjata, Zelenskyy mengaku Ukraina telah siap membahas hal tersebut.
"Saya siap bertemu dengan Presiden Trump dan Putin secara trilateral atau bilateral... Saya siap bertemu tanpa syarat apa pun," kata Zelenskyy dalam wawancara dengan stasiun televisi Inggris Sky News, Selasa (16/9/2025).