Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kesibukan Politisi di Negara-Negara Eropa

Presiden Rusia Vladimir Putin (Twitter.com/MFA Russia)
Presiden Rusia Vladimir Putin (Twitter.com/MFA Russia)

Kita akhir-akhir ini mengamati kesibukan para politisi Eropa. Dimulai dengan yang tampaknya cukup pasti, yaitu Presiden Rusia Vladimir Putin yang mempersiapkan diri untuk menerima posisi menjadi Presiden Russia periode enam tahun, setelah sebentar lagi menyelesaikan periode enam tahun terakhirnya. Tampaknya tidak ada politisi Rusia yang berani bertarung melawan Presiden Putin, karena itu hampirr dapat dipastikan dia akan kembali berkuasa di Kremlin.

Selain itu juga Ursula von der Leyen, Presiden European Commission yang sekarang, yang akan maju kembali dengan didukung partainya, CDU. Partai CDU bersama koalisinya, CSU, dari daerah Bavaria memegang mayoritas di Pemerintahan Jerman. Dukungan koalisi ini juga menyiratkan bahwa Ursulsa von der Leyen akan berhasil menduduki kembali kursi kepresidenan Komisi Eropa.

Para petinggi NATO mulai khawatir setelah menduduki kembali posisi presiden Rusia untuk enam tahun yang akan datang, Putin akan melancarkan perang melawan salah satu negara NATO. Apalagi mengingat posisinya dalam perang atau invasi menyerang Ukraina, Rusia memperoleh kemajuan antara lain karena dukungan negara-negara NATO, termasuk AS yang agak goyah dalam melanjutkan dukungan keuangan dan militer terhadap Ukraina melawan Rusia.

Dalam kondisi seperti ini negara-negara NATO juga sadar bahwa keikutsertaan AS tidak mungkin diabaikan. Padahal dalam hal terakhir ada peningkatan kekhawatiran bahwa karena melemahnya kedudukan Presiden Biden, bisa terjadi suatu perkembangan politik yang tidak mereka inginkan sekiranya mantan presiden kembali masuk Gedung Putih karena memenangkan pemilihan presiden tahun 2024 ini. Negara-negara anggota NATO sangat mengetahui bagaimana pandangan dan kebijakan Presiden Trump yang selalu menuntut agar NATO di Eropa meningkatkan komitmen mereka dalam anggaran pertahanan Dan, bahwa AS menurut pandangan Mister Trump kurang menunjukkan komitmrn mereka dalam membangun pertahanan negara-negara NATO.

Bahkan dalam salah satu pernyataannya waktu berpidato dalam suatu kampanye mantan Presiden Trump mengatakan bahwa dia teman dekat Presiden Putin dan PM Hongaria Vistor Urban dan dia memujinya sebagai pemimpin yang hebat. Lebih kacau lagi mantan Presiden Trump mengatakan bahwa dia tidak peduli mengenai apa yang akan dilakukan 
Putin manyangkut kemungkinan menyerang anggota NATO seperti telah ditunjukkan dalam invasinya ke Ukraina sejak Februari 2021 yang lalu.

Dan menyangkut perkembangan di RRC, kita juga mengamati adanya penguatan ekonomi
negara tersebut yang tampak dari peningkatan turis domestik yang telah menyamai, malah mungkin melewati jumlah sebelum COVID-19 yang lalu. Ini telah memberi dorongan Czar perekonomian RRC He Lifeng untuk mulai dengan industrialisasi kembali yang dimulai dengan membanjiri pasar dunia dengan barang-barang murah dari RRC.

Rencana ini telah menimbulkan reaksi keras dari AS untuk melakukan suatu tindakan balasan. Menkeu Janet Yellen yang rencananya akan melakukan kunjungan ke Beijing dalam waktu dekat untuk bertemu mitra kerjanya He Lifeng, kiranya akan membahas permasalahan ini saat mereka bertemu di Beijing nanti.

Semua yang saya singgung di atas menunjukkan padatnya acara para politisi negarawan,
baik dalam kegiatan domestik mereka maupun diplomasi dengan negara-negara lain, di
Eropa dan di RRC. Dalam pada itu, di AS pelemahan Presiden Biden karena laporan menurunnya memori Biden seperti tampak pada waktu wawancara dengan penulis
biografinya, selain dapat melemahkan posisinya di dalam partai Demokrat, juga mendorong semangat mereka yang ingin ikut dalam pertarungan dalam Primary Election Partai Demokrat untuk menentukan calon mereka nanti.

Congressman Dan Philips dari Minnesota dan terakhir mantan Congressman Robert Kennedy Jr dari Massachusetts, tampak maju sebagai calan independen yang biasanya mengurangi pemilih yang sekarang di depan, Presiden Biden dalam hal ini. Menurut saya mereka ini hanya menjadi ‘spoilers’ atau tukang bikin kacau saja, sebagaimana kasus sebelumnya seperti aktivis consumer Ralph Nader di tahun enam puluhan dan tujuh puluhan lalu.

Dengan mohon maaf, saya mengakui bahwa saya masih berharap bahwa Presiden Biden
memenangkan pencalonan Partai Demokrat dan juga pemilihan presiden bulan November
nanti.  Joe Biden di AS masih akan lebih menguntungkan buat AS dan dunia daripada Presiden Trump yang sudah kita lihat bagaimana perangainya waktu memimpin AS di tahuan 2016 -2020. Perang tarif yang merugikan negara-negara sekutunya dan negara lain, hubungan yang memburuk dengan sekutunya di Eropa, menguatnya ‘white supremacist’ di AS, dan terjadinya peristiwa 6 Januari 2021 yang banyak melihatnya sebagai tindakan insurgency terhadap pemerintahan yang sah.

Bagaimana dengan perkembangan politik terakhir di tanah air? Jelas kita harus sabar menunggu sampai hari pengumuman tentang pemenang sebagai hasil Pemilihan Presiden di pertengahan Februari yang lalu. Di media social ada berita yang aneh-aneh, seperti tuntutan pencoblosan ulang oleh pendukung calon yang kebetulan dinyatakan kalah dalam perhitungan cepat yang berakhir dengan bertambah buruknya hasil calon yang kalah tersebut. Seperti berita menyangkut kasus pencoblosan ulang di Yogyakarta, daerah seniman Butet, putera seniman tari dan pelukis Bagong Kusudiardjo yang saya kenal.

Di pihak lain, dalam Koalisi Indonesia Maju tentu mulai seru cerita tentang siapa yang akan menduduki posisi anggota kabinet nanti, apalagi buat kemernterian-kementerian strategis, seperti luar negeri, keuangan, pendidikan, pertahanan, dalam negeri, dan yang lain. Kita hanya bisa berharap semoga mereka yang berambisi duduk di posisi-posisi tersebut tidak hanya melihat posisi menteri sebagai tempat empuk dan mentereng. Apalagi untuk cari duit dengan cara apapun, melainkan menyadari tugas berat yang harus dihadapi dalam periode kepemimpinan mereka untuk memajukan perekonomian, mencerdaskan dan menyehatkan bangsa, membawa Indonesia ke arah perbaikan di dalam negeri dalam berbagai aspeknya. Tentu saja dalam kancah regional dan global, menyongsong Indonesia Emas yang dicita-citakan Presiden terpilih Prabowo Subianto dan Wapres terpilih Gibran Rakabuming Raka dan Koalisi Indonesia Maju.

Kita hanya bisa berharap dan berpesan kepada mereka yang berminat, Prabowo-Gibran membutuhkan patriot yang bersedia berjuang untuk kemajuan bangsa dan negara, tetapi tidak butuh para parasite yang hanya akan memperkaya diri dan menyengsarakan rakyat.

Dalam dasar falsafah perekonomian, kita sudah memiliki Pancasila yang harus dipegang
teguh. Kita tidak perlu menggembar-gemborkan paham  ‘neolib’ lagi. Neolib yang
mendewakan kekuatan pasar, yang mendasarkan pada pahan bahwa kekuatan pasar itu
yang paling baik. Dan, pemerintahan yang terbaik adalah yang paling minimal melakukan intervensi. Paham yang mendasarkan atas teori ekonomi klasik yang sangat dikembangkan di Universitas Chicago dengan dewanya Professor Milton Friedman (almarhum), sudah tidak laku lagi. Bahkan di AS, tidak ada lagi yang percaya kepada paham yang disebutkan sebagai “trickle down theory”, kita serahkan kepada kekuatan pasar dan semua permasalahan ekonomi akan terselesaikan.

Kalau di AS saja sudah tidak laku, apalagi di negara lain, termasuk negara kita. Yang masih beranggapan teknokrat era Orde Baru dulu itu ‘neolib’ harap menyadari, mereka itu dari Prof Widjojo Nitisastro-Ali Wardhana cs sampai yang muda tidak ada yang menerima ekonomi neolib. Sejak mereka menjadi penasihat presiden sampai menjadi menteri di sejumlah portfolio ekonomi, mereka yang merumuskan program-program transmigrasi, Impres pasar, Impres SD, perbaikan kampung, dan sebagainya. Orang yang percaya neolib akan mencemoohkan program-program yang berbau intervensi pasar dan subsidi. Karena itu yang berambisi menjadi anngota kabinet Prabowo - Gibran harus patriot, kalau mau jadi parasite jangan berani coba-coba. (Dradjad, 29/02/2024).

 

Guru Besar Ekonomi Emeritus, FEBUI, Jakarta, dan Guru Besar Tamu Ekonomi Internasional, S. Rajaratnam School of Intertnational Studies (RSIS), Nanyang Technological University (NTU), Singapore.

Share
Topics
Editorial Team
J. S. Djiwandono
EditorJ. S. Djiwandono
Follow Us

Latest in Opinion

See More

Mari Kita Bersama Merenungkan Masalah Korupsi

19 Sep 2025, 12:32 WIBOpinion
Bendera Merah Putih.png

Rasa Itu...

11 Agu 2025, 15:01 WIBOpinion