[OPINI] Nujood Ali: Representasi Perlawanan terhadap Budaya Patriarki

Opini berdasarkan buku Saya Nujood, Usia 10 dan Janda

Sambil tersenyum, aku duduk lagi di mejaku. Aku melirik sekeliling, dan mau tak mau mendesah lega keras-keras. Dalam seragam hijau-putihku, aku hanya satu dari lima puluh murid dalam kelas ini. Aku murid kelas dua sekolah dasar. Aku baru mulai sekolah lagi, seperti ribuan gadis Yaman lainnya … Hari ini akhirnya aku menjadi gadis kecil lagi. Gadis kecil yang normal. Seperti sebelumnya. Aku hanyalah aku.

Begitulah penggalan teks dari buku autobiografi Nujood Ali yang ditulis bersama Delphine Minoui dengan judul I’am Nujood, Age 10 and Divorced atau jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi Saya Nujood, Usia 10 dan Janda. Siapa pun yang membaca penggalan teks tersebut barangkali langsung membayangkan sosok gadis kecil yang berhasil mendapatkan kembali haknya. Sebab, penggalan teks tersebut merepresentasikan tentang kebebasan, kemerdekaan, serta perjuangan.

I'am Nujood, Age 10 and Divorced sendiri ditulis oleh Nujood Ali bersama Delphine Minoui. Delphine Minoui merupakan seorang jurnalis Prancis yang menerima penghargaan Albert Loudress. Sejak tahun 1997 ia kerap meliput berita-berita mengenai Iran dan Timur Tengah. 

Bagi yang baru mendengar nama Nujood Ali, ia merupakan perempuan yang berasal dari Yaman, sebuah negeri yang pernah ditempati oleh Ratu Sheba. Ia lahir pada tahun 1998. Tidak ada yang spesial dari seorang Nujood kecil hingga bisa terkenal di dunia, kecuali keberanian dan kecerdasannya dalam menegakkan haknya sebagai manusia.

Masyarakat Yaman dan Budaya Lamanya

Masyarakat Yaman memiliki karakteristiknya tersendiri yang memesona. Laki-laki di Yaman begitu menjunjung tinggi kewibawaan. Kewibawaan ini digambarkan pula melalui penampilan mereka. Umumnya, para pria di Yaman berpenampilan dengan menyelipkan belati di pinggang, sedangkan para wanita menutup seluruh bagian tubuh, kecuali mata, dengan menggunakan niqab hitam yang tebal.

Namun, di antara karakteristik masyarakatnya yang khas, budaya pernikahan anak secara paksa menjadi sisi kelam yang terdapat di negeri yang sempat menarik perhatian banyak negara ini dan konon menjadi rebutan karena seribu satu harta di dalamnya. Dikatakan demikian karena begitu umum bagi masyarakat Yaman menikahkan anak perempuan mereka yang masih belia dengan laki-laki yang memiliki usia berkali-kali lipat lebih tua dari calon istrinya. National Geographic bahkan mencatat pernikahan di Yaman pernah terjadi pada anak perempuan berusia 5 tahun.

Dikatakan bahwa pernikahan anak di Yaman sangat normal di kalangan masyarakat sekitar. Meski kala itu pemerintah Yaman telah menetapkan batas usia pernikahan bagi perempuan yakni 15 tahun, mayoritas masyarakat acuh dan terkesan mengabaikan. Bagi para orang tua pada umumnya, pernikahan bisa menjadi latihan untuk anak perempuan mereka agar dapat tumbuh secara dewasa.

Perjuangan Nujood Ali dalam Memperjuangkan Haknya

Perkara mengenai pernikahan dini itu pula yang terjadi pada Nujood Ali, yang dinikahkan oleh orang tuanya saat berusia 10 tahun pada tahun 2008 silam; usia yang tergolong belia. Kasus ini tentu dinilai problematik karena ia menikah dengan laki-laki yang berusia tiga kali lipat dari dirinya dan memiliki perangai keras. Ketika kebanyakan anak di usianya tengah bermain dan menempuh pendidikan sekolah dasar, Nujood harus melalui harinya dengan kekerasan dan pelecehan dari suaminya sendiri.

Kekerasan yang dialami Nujood membuatnya mengumpulkan keberanian dan tekad untuk memperjuangkan haknya. Ia pun memberanikan diri pergi ke pengadilan untuk mengajukan gugatan cerai tanpa sepengetahuan keluarganya. Dengan bantuan Shada, seorang pengacara perempuan di Yaman yang giat memperjuangkan hak-hak perempuan, Nujood pun mendapatkan kepastian hukum terkait kasusnya. Karena pengakuan Nujood kepada hakim inilah kasus Nujood menyebar dan menjadi perhatian publik nasional bahkan internasional.

Nujood Ali sebagai Representasi Perlawanan terhadap Budaya Patriarki

Di New York City pada tanggal 10 November 2008, Nujood Ali dianugerahi Woman of the Year oleh Glamour. Ia adalah sosok perempuan asal Yaman yang berhasil mendobrak budaya pernikahan anak secara paksa di negaranya. Kisah Nujood memberikan semangat sekaligus inspirasi bagi suara-suara kecil lain.

Dikatakan bahwa setelah sidang perceraian Nujood di pengadilan, Arwa (9 tahun) dan Rym (12 tahun) juga melakukan perjuangan yang sama untuk membela hak mereka secara hukum. Kemudian, pada tahun 2009, parlemen Yaman meloloskan undang-undang baru yang menaikkan batas usia yang legal untuk menikah menjadi tujuh belas tahun, baik bagi laki-laki maupun bagi perempuan.

Di Yaman, agama adalah salah satu faktor yang mendorong para ayah untuk menikahkan anak perempuan mereka sebelum mencapai usia pubertas. Sayangnya, tindakan tersebut tanpa dibarengi dengan pemahaman mendalam terhadap ajaran agama tersebut. Selain itu, Husnia al-Kadri menambahkan bahwa faktor lain yang mendorong para ayah menikahkan anak perempuan mereka sebelum masa pubertas adalah kemiskinan, adat istiadat, dan kurangnya pendidikan.

Budaya patriarki memang melekat pada masyarakat Yaman kala itu, yang tak lepas dari tradisi konservatifnya. Nujood Ali telah menentang berbagai macam bentuk penindasan dalam budaya patriarki yang dialaminya, termasuk kekerasan, subordinasi atau anggapan tidak penting dalam keputusan politik, dan marginalisasi atau proses pemiskinan ekonomi.

Nujood memang seorang anak kecil ketika peristiwa kelam itu menimpanya. Tapi, ia memiliki keberanian yang besar untuk bersuara. Suaranya mampu menggerakkan para perempuan lain untuk turut memperjuangkan haknya. Suaranya berpengaruh hingga masa kini. Suaranya adalah bentuk perlawanan perempuan terhadap budaya patriarki.

Baca Juga: [OPINI] Konten Ekstrem Ria Ricis di Jet Ski, Eksploitasi Anak?  

Riani Shr Photo Verified Writer Riani Shr

Menulis adalah salah satu upaya menyembuhkan yang ampuh.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Kidung Swara Mardika

Berita Terkini Lainnya