[COMMENT OF THE WEEK] Membahas Kaesang Hingga Imam Perempuan

Seperti minggu sebelumnya, tim editorial memilih komentar-komentar terbaik dari para pembaca setia IDN Times terkait beragam topik menarik sepekan terakhir. Adapun kriteria yang kami gunakan untuk menentukan komentar terbaik dalam Comment of the Week adalah sebagai berikut:
1) Sopan
2) Relevan dengan isi artikel
3) Membuka kesempatan untuk diskusi
4) Berisi informasi yang obyektif dan berdasarkan data
5) Berisi saran dan kritik yang obyektif untuk kemajuan IDN Times
6) Menghibur
Comment of the Week juga merupakan bentuk apresiasi IDN Times kepada para pembaca yang membagikan pikiran dan ide-idenya di kolom komentar IDN Times. Lalu, apa saja komentar-komentar tersebut? Ini dia:
1) News/World

Komentar:
Bisa nggak sih biarin aja mereka mau sembahyang pakai cara apa? Kalau kita punya cara sendiri yang dirasa lebih benar, ya sudah yang ini nggak usah diikuti. Nggak perlu dihujat juga. Memang kita siapa? Orang suci? Tuhan? Bukan, kan? - Prisca Adhiasri
Alasan:
Poin penting dari komentar Prisca adalah jangan menghujat cara beribadah orang lain. Setiap manusia memiliki kebebasan untuk memilih akan beribadah dengan cara apapun sesuai dengan keyakinan hatinya sejauh itu tidak merugikan orang lain dan mengganggu ketertiban umum.
2) News/World

Komentar:
Untuk kalian yang berkoar-koar negatif tapi tidak tinggal di Jerman, masjid tersebut adalah harapan baru bagi kami muslim yang tinggal di Jerman. Selama ini wajah Islam di Jerman itu hanya Islam Turki, Islam Iran dan Islam-Islam lainnya yang beraliran keras.
Islam konservatif dan juga aliran keras tidak bisa diterima di Jerman karena bertentangan dengan prinsip freedom (kebebasan) di Jerman. Maka dari itu Jerman butuh Islam yang menggambarkan freedom di Jerman, termasuk hak-hak kaum LGBT di sini juga dilindungi negara.
Bahkan sebentar lagi pernikahan sesama jenis akan dilegalkan. Tentu ini bertentangan dengan prinsip orang Indonesia yang lahir dan besar dengan kultur Islam di Indonesia. Toh ini Jerman, bukan Indonesia jadi janganlah dihujat-hujat.
Dengan adanya masjid ini banyak harapan baru untuk kami di sini. Salah satunya untuk bisa diterima secara jelas bahwa Islam adalah bagian dari Jerman dan suatu saat nanti hari besar Islam seperti Idul Fitri bisa dijadikan hari libur nasional.
Saya heran sama orang-orang yang menghujat masjid ini beserta kaum LGBT-nya. LGBT itu kan manusia dan selama manusia tersebut mengakui Allah SWT itu Tuhan yang Maha Esa dan juga Nabi Muhammad SAW adalah utusan-Nya, apakah tidak boleh beragama dan beribadah?
Ada banyak LGBT yang merasa bersalah dan mengakui dosanya. Untuk itulah masjid ini didirikan. Siapapun bisa diterima dan tidak dihujat. Secara logika orang yang semakin kuat ibadahnya dan pemahamannya soal Islam, maka orang tersebut akan semakin bijaksana dan juga sejuk hatinya.
Ini malah koar-koar dan menghujat perjuangan sesama saudara muslimnya. Lagi pula belum ada alat pengukur kadar keimanan secara ilmiah jadi janganlah telalu merasa paling suci. Jangan juga selalu ceramah dan merasa paling baik.
Sekali-kali jadi pendengar yang baik dan sambungkan dengan apa yang tertulis dalam Al-Quran dan dibarengi logika. Karena hanya beragama saja tidak cukup untuk hidup. Dan juga percuma saja kalau beragama tapi hatinya busuk dan penuh kebencian. - Octafiandri Hodir
Alasan:
Kolom komentar Octafiandri adalah yang paling baik diskusinya. Banyak komentarnya yang masuk kategori Comment of the Week IDN Times, apalagi ia tinggal di Jerman dan paham kondisi di sana. Ya, memang benar bahwa pernikahan sesama jenis saat ini sudah legal di Jerman.
Sebenarnya tak hanya Islam. Di Katolik sendiri pernah ada percakapan tentang kemungkinan seorang perempuan menjadi pastor, bahkan Paus. Paus Fransiskus sendiri menegaskan itu sesuatu yang mustahil.
Komentar-komentar Octafiandri kemudian melahirkan pertanyaan tentang bagaimana seharusnya manusia beradaptasi dalam perkembangan zaman, tapi tetap beragama. Apakah kesetaraan gender dan hak asasi manusia takkan pernah benar-benar bisa selaras dengan agama sebagai sebuah keyakinan dan institusi?
3) News/Indonesia

Komentar:
Kita seolah-olah merayakan demokrasi, tetapi memotong lidah orang-orang yang berani menyatakan pendapat. - Febrian Jodi Prabowo
Alasan:
Apa yang diungkapkan Febrian adalah fakta. Usia demokrasi di Indonesia masih terbilang muda. Harus diakui bahwa praktik dari salah satu elemennya, yakni kebebasan berekspresi, masih jauh kata sempurna. Namun, setiap warga negara juga berhak untuk melaporkan apa yang dirasa melanggar aturan.
Persoalannya kemudian adalah apakah laporannya didukung dengan bukti-bukti yang kuat, termasuk pendapat para saksi ahli. Kepolisian lalu pengadilan nanti yang memutuskan. Jangan sampai hanya karena mayoritas mengatakan A adalah benar, maka B secara otomatis dianggap salah.
4) Opinion/Social

Komentar:
Bukan masalah perlu atau nggak perlu, boleh atau nggak boleh, relevan atau nggak. Persoalan politik merupakan salah satu persoalan penting dalam dunia Islam yang kebanyakan orang bisa dibilang belum memahami soal ini.
Sejarah politik Islam pun pelik, lho. Mulai dari siapa yang seharusnya jadi pewaris sah kepemimpinan nabi apakah Khulafaur Rasyidin yang dimulai oleh Abu Bakar atau Ali bin Abi Thalib. Ini yang jadi batu sandungan rekonsiliasi Sunni-Syiah sampai sekarang.
Masih ada lagi, misalnya di dunia Sunni, siapa yang berhak jadi khalifah apakah harus keturunan Bani Quraisy atau tidak harus. Bentuk negara menurut Islam, misalnya, itu juga cukup pelik.
Intinya perlu banyak wawasan politik dan historis untuk memahami politik umat Islam sepanjang sejarah, dan para cendekiawan muslim menyediakan banyak karya yang bisa jadi referensi menarik, asal mau berpikir. - Syamsuar Bahardi
Alasan:
Syamsuar mengingatkan terkait kerumitan persoalan politik dalam sejarah perkembangan Islam yang perlu dipahami terlebih dulu. Dari komentar tersebut, ia seolah ingin menyadarkan para pendukung khilafah bahwa persoalannya tak sesederhana "pokoknya harus ada negara Islam".
Seperti yang juga disampaikan penulis, masing-masing pihak memiliki rumus dan keyakinannya sendiri terkait seperti apa negara Islam yang diinginkan, serta siapa yang layak menjadi kepala negara. Ia memang tak secara gamblang menolak khilafah, tapi lebih menyadarkan supaya masyarakat terus berpikir kritis dan tak menelan suatu ide secara mentah.
5) Hype/Entertainment

Komentar:
SongSong Couple bilangnya nggak pacaran, tahu-tahu mau nikah aja. Di Korea juga ada taaruf gitu kali, ya? Hehehe... - Melda Ariany
Alasan:
Komentar Melda lucu karena bergurau bahwa Song Joong Ki dan Song Hye Kyo melakukan taaruf. Pasangan ini memang terbilang mengejutkan. Biasanya agensi akan mengumumkan pacaran terlebih dahulu. Namun, kabar resmi dari SongSong Couple justru soal pernikahan sehingga terkesan mendadak seperti sedang taaruf.
6) Hype/Entertainment

Komentar:
Ih! Sama! Sampai nekat panjangin rambut biar mirip sama Ana. Tapi, nggak panjang-panjang. Akhirnya pakai sampo legend Metal Fortis. Tapi dasar nasib, bukannya panjang, malah jadi kering dan rusak. Hahaha... - Intan Natni
Alasan:
Intan menguatkan keyakinan bahwa Amigos dan para pemain-pemainnya memang sangat melekat di hati pemirsa Indonesia. Ia, dan beberapa orang lainnya, bahkan sampai berusaha mirip sang idola ketika masih kecil walau kemudian gagal. Cerita Intan tak hanya lucu, tapi juga melahirkan perasaan nostalgia.