Millennials of Indonesia: Semua Orang Punya "Peperangan Batin"nya Sendiri, Gak Perlu Menghakimi!

Millennials of Indonesia adalah rangkaian cerita dan pemikiran dari generasi millennial dan gen Z Indonesia. Semua cerita disampaikan oleh anak-anak muda untuk generasinya. Setiap orang punya cerita dan inilah waktunya berbagi, bukan saling menghakimi.

Tita, 23 tahun.
Dari dulu saya gak pernah bisa bikin first impression yang baik sama orang yang baru dikenal. Kenapa? Karena default-face alias bawaan wajah yang selama ini nempel di muka adalah wajah yang jutek, sadis, dan sama sekali gak bisa diajak guyon. Being judged all the time because of my resting bitch face is like my daily routine. Saya juga gak bisa nyalahin mereka, karena manusia itu secara alami akan menilai apa yang mereka lihat dan rasakan.
Mungkin itu karena saya tumbuh di lingkungan keluarga yang sangat mencintai binatang membuat perasaan saya sebenarnya sangat sensitif. Saya bisa nangis gitu aja kalau lihat hewan-hewan disakiti. Melihat banyaknya penyiksaan terhadap binatang itu membuat saya berpikir kalau manusia itu kejam.
Sama seperti kata Mark Twain, the more I know people, the more I like my dog. Semakin saya tahu bahwa manusia adalah makhluk yang kejam dan bisa dengan mudahnya menyakiti binatang dan sesama, saya semakin yakin bahwa keputusan saya untuk mencintai hewan-hewan adalah hal yang tepat. Animals won't hurt you. Their heart is pure and gold, they'll love you unconditionally. Bahkan, buat saya yang introvert malah lebih gampang ngomong sama binatang daripada ngomong sama manusia.
That's why sometimes I don't like people, because people can be cruel and mean. Just because humans are the most perfect creature on earth doesn't mean they can be cruel to another living creature. Dan rasanya saya juga gak perlu menjelaskan lagi berapa banyak hal negatif yang kita timbulkan hanya karena kita merasa bahwa kita 'bisa'. Orang-orang kadang bisa sangat kejam dalam bertindak. And that's why saya gak pernah menaruh harapan tinggi pada setiap orang yang saya kenal. Mungkin juga itulah kenapa saya selalu terlihat grumpy and cranky sepanjang waktu. Saya memilih menjaga jarak daripada perasaan saya terluka, karena saya paham diri saya sangat sensitif. Tapi bukan berarti semua manusia kejam, karena saya juga tahu manusia berhati mulia masih banyak di luar sana.
Every one has their own battle in their life. And when someone doesn't seem kind or friendly toward you, bukan berarti mereka membencimu. Siapa tahu mereka juga sedang berjuang mati-matian untuk membuka sebuah percakapan denganmu. Hanya saja mereka belum tahu bagaimana caranya supaya tidak terlihat awkward. Introverts are hard to understand, indeed.
Millennials of Indonesia, Vol. 21. A Series by IDNtimes.com