Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[OPINI] Mengubah Narasi: Cat Calling Bukan Bentuk Apresiasi

ilustrasi catcalling (IDN Times/Novaya)

Catcalling merupakan bentuk pelecehan verbal secara spesifik yang umumnya terjadi di ruang publik, di mana seseorang - yang biasanya adalah perempuan - mendapatkan komentar seksual yang tidak diinginkan atau komentar yang tidak pantas dari orang asing. Fenomena ini mencakup berbagai perilaku, termasuk siulan, komentar yang merendahkan, dan pandangan yang tidak menyenangkan mengenai penampilan fisik seseorang. Meskipun beberapa orang menganggap bahwa catcalling adalah bentuk pujian, pada dasarnya ini adalah tindakan pemaksaan yang merusak kebebasan dan kehormatan lawan bicara.

Meluruskan kesalahpahaman bahwa catcalling sama dengan kekaguman sangat penting untuk mengurangi pelecehan verbal, terutama dalam konteks di mana perempuan menjadi target secara tidak proporsional. Salah tafsir seperti itu sering kali melanggengkan budaya pelecehan, membingkainya sebagai ekspresi ketertarikan yang dapat diterima, alih-alih mengenalinya sebagai penghinaan terhadap martabat individu. Menyamakan catcalling dengan apresiasi tidak hanya salah mengartikan sifatnya, tetapi juga memperkuat dominasi gender yang membahayakan keamanan psikologis dan fisik perempuan di ranah publik.

Sangat penting untuk membedakan catcalling dengan apresiasi yang otentik. Apresiasi sejati memperkuat rasa hormat terhadap martabat seseorang, sementara catcalling memproyeksikan pernyataan atas kekuasaan yang mengobjektifikasi individu di ruang bersama. Hal ini mencerminkan ketidakseimbangan, mengutamakan objektifikasi dan penilaian sepihak yang hanya didasarkan pada atribut fisik daripada rasa saling menghormati.

Konsekuensi dari catcalling lebih dari sekadar ketidaknyamanan sesaat, dengan banyak korban melaporkan perasaan takut, intimidasi, dan bahkan trauma psikologis jangka panjang setelah pertemuan semacam itu. Catcalling yang terjadi secara tiba-tiba dapat mengubah lingkungan yang tampaknya netral-seperti jalan atau taman-menjadi ruang yang membutuhkan kewaspadaan dan kewaspadaan yang tinggi, yang pada akhirnya mengikis perasaan aman. Hal ini dapat diperburuk oleh sifat pelecehan yang tidak beralasan, yang menghilangkan hak penerima pelecehan untuk mengambil keputusan dalam interaksi tersebut.

Merekonstruksi narasi ini semakin penting dalam wacana feminis dan advokasi hak asasi manusia. Catcalling sering kali mencerminkan struktur kekuasaan patriarki yang sudah mengakar, di mana perempuan secara rutin diobjektifikasi dan menjadi sasaran komentar yang tidak diinginkan. Menyamakan catcalling dengan apresiasi berfungsi untuk memperkuat dominasi ini, sehingga penting untuk membingkai ulang narasi ini sebagai pelecehan. Pergeseran semacam itu dapat berkontribusi dalam membongkar kerangka kerja patriarki dan mendorong ruang publik yang adil yang mengundang rasa aman dan menghormati semua jenis kelamin.

Dengan mengubah narasi ini, kita bisa membantu mendidik masyarakat untuk lebih sadar akan konsekuensi dari tindakan mereka. Alih-alih melihat catcalling sebagai hal yang wajar, masyarakat akan mulai memandangnya sebagai bentuk perilaku yang salah dan merugikan, yang harus dihentikan dan dikritisi. Kesadaran ini bisa menciptakan perubahan sosial yang lebih luas, di mana individu lebih bertanggung jawab dalam interaksi mereka dengan orang lain di ruang publik.

Perubahan narasi ini juga memberi ruang bagi korban untuk bersuara dan merasa didukung. Ketika masyarakat mulai mengakui bahwa catcalling adalah pelecehan, para korban lebih mungkin untuk melaporkan pengalaman mereka tanpa merasa takut akan disalahkan atau dianggap "berlebihan." Selama ini, banyak korban catcalling yang tidak melaporkan atau berbicara tentang pengalaman mereka karena takut tidak dianggap serius, atau lebih buruk lagi, dituduh mencari perhatian.

Mengakui catcalling sebagai pelecehan juga memengaruhi sikap dan perilaku masyarakat secara luas. Banyak orang, terutama laki-laki, mungkin tidak menyadari dampak buruk dari catcalling, karena mereka telah disosialisasikan untuk melihatnya sebagai hal yang normatif atau pujian. Mengubah narasi ini sangat penting untuk meningkatkan kesadaran tentang konsekuensi berbahaya dari perilaku tersebut, mendorong pergeseran masyarakat untuk mengakui bahwa catcalling adalah perilaku yang tidak dapat diterima.

Pembingkaian ulang ini dapat memfasilitasi lingkungan di mana para korban merasa diberdayakan untuk berbagi pengalaman dan menerima dukungan. Seiring dengan berkembangnya pemahaman masyarakat tentang catcalling sebagai pelecehan, para korban mungkin akan lebih cenderung melaporkan insiden tanpa takut dipecat atau dicap terlalu sensitif. Secara historis, banyak orang yang ragu-ragu untuk mengungkapkan pengalaman mereka karena khawatir akan dianggap remeh atau dituduh mencari perhatian. Mengubah narasi seputar catcalling akan meningkatkan respons dan dukungan masyarakat terhadap korban, menumbuhkan atmosfer yang bebas dari rasa malu atau takut.

Selain itu, membingkai ulang catcalling mendorong empati dan pemahaman yang lebih dalam di dalam komunitas yang lebih luas. Individu yang belum pernah mengalami catcalling secara pribadi mungkin akan kesulitan untuk mengkonseptualisasikan tekanan emosional yang ditimbulkannya. Dengan menyajikan narasi yang bernuansa, kami dapat membantu mengubah perspektif untuk lebih memahami bagaimana perilaku yang tampaknya tidak berbahaya-seperti komentar biasa atau siulan-dapat memiliki dampak psikologis yang signifikan. Kampanye kesadaran publik yang bertujuan untuk menggambarkan dampak merugikan dari catcalling dapat memainkan peran penting dalam menumbuhkan kesadaran dan empati kolektif.

Singkatnya, mendefinisikan ulang narasi seputar catcalling dari “apresiasi” menjadi pengakuan yang tegas terhadap pelecehan merupakan kemajuan penting dalam upaya untuk mendapatkan perlakuan yang adil dan rasa hormat di ruang publik.

Pada akhirnya, mengubah narasi tentang catcalling adalah langkah penting dalam menciptakan ruang publik yang lebih aman, adil, dan inklusif bagi semua orang. Tidak ada seorang pun yang harus merasa takut atau tidak nyaman saat berada di ruang publik hanya karena gender atau penampilan fisik mereka.

Dengan mengubah cara kita berbicara tentang catcalling, kita juga mengubah cara kita melihat dan memperlakukan satu sama lain. Alih-alih memperkuat budaya pelecehan, kita bisa mulai membangun budaya penghormatan yang menghargai martabat dan hak setiap individu. Mengakui bahwa catcalling adalah pelecehan, bukan bentuk apresiasi, adalah langkah awal menuju dunia yang lebih adil dan manusiawi, di mana ruang publik menjadi tempat yang aman dan inklusif bagi semua orang.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rivani Anggraini Putri
EditorRivani Anggraini Putri
Follow Us