Sex Education, Hanya Omong Kosong?

Tahun lalu, masyarakat dibuat terkejut dengan beberapa kasus pencabulan yang datang silih berganti dalam waktu yang bersamaan. Belum selesai kasus yuyun, sekarang sudah terjadi lagi kasus pencabulan pada anak. Namun, yang membuat kasus tersebut berbeda dengan kasus lainnya adalah ketika masyarakat mengetahui fakta, bahwa pelaku kasus seksual berupa pencabulan tersebut masih sangat belia, yaitu usia masa sekolah sekitar 9 hingga 14 tahun.
Mulai bermunculan berbagai pertanyaan, bagaimana bisa pada usia belia seperti itu sudah dapat melakukan tindakan seksual berupa pencabulan selayaknya orang dewasa pada kasus lainnya? Masyarakat beranggapan bahwa anak di era sekarang ini, menjadi dewasa lebih dini.
Dewasa lebih dini yang dimaksudkan adalah ketika seorang anak mengetahui sesuatu hal yang seharusnya belum waktunya untuk anak tersebut mengtahuinya pada usia tertentu.
Pada usia sekolah, anak seharusnya bermain sehat bersama teman-temannya, belajar, mengasah keterampilan yang dimiliki dan kegiatan yang semestinya dilakukan pada usia anak tersebut. Namun, karena adanya beberapa faktor penyebab, maka anak mengetahui mengenai hubungan seksual yang seharusnya belum tepat untuk diketahui pada anak seusianya.
Beberapa faktor penyebabnya adalah anak-anak jaman sekarang sudah sangat mahir memainkan gadget untuk berfoto, mengirim sms, menelpon, bermain games dan membuka internet. Kemudahan akses internet pun disediakan. Lemahnya pengawasan orangtua, guru dan lingkungan sekitar anak, dan keambiguan mengenai seks bagi anak.
Kondisi lingkungan yang ada di indonesia juga kurang mendukung untuk adanya pembicaraan mengenai seks ini. Bisa jadi karena penuturan seperti:
Nanti kamu akan tahu dengan sendirinya.
Atau mungkin begitu anak dengan polosnya bertanya mengnai seks, maka orang dewasa yang juga mungkin sangat tertutup atau berpikiran sempit mengenai seks akan menjawab:
Huss, belum waktunya kamu tahu.
Padahal sebenarnya, anak pun harus mengerti soal seks. Yang menjadi persoalan adalah, pembahasan seks yang mana dulu? Jika membahasnya mengenai bagaimana cara membersihkan alat kelamin dengan benar agar tidak infeksi, tentu sudah harus diajarkan sejak anak-anak. Atau permasalahan mengenai pubertas, juga sudah harus diajarkan dari masa remaja. Seks yang dimaksudkan tidak hanya sekedar kegiatan liar di tempat tidur bersama pasangan. Namun, lebih dari itu. Pornografi juga menjadi penyebab mengapa anak ketika membicarakan seks selalu mengarah pada perbuatan hubungan seksual.
Salah satu cara untuk memperkenalkan anak-anak kepada seks adalah dengan adanya sex education. sex education tidak musti berbicara secara formal, diajarkan oleh sekolah, masuk ke dalam pelajaran belajar-mengajar. Tapi, sex education dapat dilakukan dan diberikan oleh orangtua misalkan. Mengenai 'materi' apa sajakah yang diberikan pada usia anak agar sesuai, sudah banyak buku-buku parenting dan di sana akan membahas sedikit mengenai bagaimana cara mengajarkan anak tentang dunianya di bawah sana.
Lantas, kapan waktu yang tepat untuk memulai pendidikan mengenai seks? Usia yang tepat untuk memberikan pengetahuan mengneai seks adalah ketika anak berusia 3 sampai 6 tahun. Mengapa? Karena pada usia tersebut anak sudah menyadari bahwa laki-laki dan perempuan berbeda. Berikan pengetahuan mengenai seks secara sederhana, agar mereka dapat mengerti pemahaman dasar dari anggota tubuhnya tersebut. Harapannya adalah ketika pendidikan seks dipupuk dari awal seperti itu, maka anak tidak akan menjadi sangat penasaran yang berujung mencari tahu sendiri tanpa pengawasan.
Masih menganggap sex education tidak penting? masih menganggap seks menjadi hal yang sama sekali tabu untuk diperbincangkan?