15 Fakta Pemakaman Paus dalam Sejarah, Ada Paus Fransiskus

Banyak hal yang bisa diceritakan tentang kehidupan seorang Paus. Paus adalah pemimpin spiritual umat Katolik di seluruh dunia. Ia juga merupakan pemimpin sekuler Kota Vatikan, yang bisa dibilang seorang raja absolut di negara kecil tersebut.
Ternyata, Paus sering memegang kekuasaan politik yang cukup penting dalam sejarah, lho. Contohnya saja Paus Inosensius III yang menjabat pada Abad Pertengahan. Paus Inosensius III merupakan salah satu Bapa Suci paling berkuasa yang pernah ada. Pasalnya, Paus Inosensius III pernah memerintahkan Perang Salib di Tanah Suci. Selain itu, dalam banyak kesempatan, ia adalah orang yang memberikan lampu hijau bagi suatu negara untuk memahkotai penguasa baru.
Oleh karena itu, Paus memiliki pengaruh yang cukup mendalam pada dunia saat mereka masih hidup. Jadi, penghormatan terhadap Paus berlanjut hingga Paus meninggal. Bahkan, Paus yang paling rendah hati pun memiliki pemakaman yang relatif rumit dan sangat ritualistik.
Beberapa dari mereka, bahkan mereformasi tradisi pemakaman, contohnya saja Paus Fransiskus yang merubah ketentuan 3 peti mati untuk seorang Paus setelah kematiannya. Setelah kepergiannya pada 21 April 2025 lalu, Paus Fransiskus pun hanya ditempatkan di dalam satu peti mati kayu biasa. Hal ini mencerminkan bagaimana Paus Fransiskus sangat mengedepankan nilai-nilai kesederhanaan.
Namun, ada beberapa Paus yang menciptakan tradisi pemakamannya sendiri. Bahkan, ada pemakaman Paus yang bermasalah dan cenderung kontroversial. Apa saja, ya?
1. Kebanyakan Paus menjalani ritual pemakaman yang rumit

Sebenarnya, sebagian besar Paus berpegang teguh pada tradisi pemakaman yang sudah lama berlaku. Paus yang telah meninggal dunia akan dikenakan pakaian keagamaan seperti yang dikenakannya semasa hidup. Kemudian, jenazah Paus ditempatkan di dalam peti mati pertama dari tiga peti mati. Peti mati yang terbuat dari kayu memiliki makna bahwa Paus hanyalah seorang manusia biasa.
Lalu, jenazah Paus ditempatkan di dalam peti mati timah yang lebih mewah. Peti mati ini diukir dengan nama dan tanggal pemerintahannya. Kemudian peti mati ini ditempatkan di dalam peti mati kayu yang terbuat dari kayu ek atau elm.
Itu bukan satu-satunya ritual yang harus diikuti dengan ketat setelah seorang Paus meninggal. Vatikan juga memberlakukan masa berkabung selama 9 hari yang dikaitkan dengan adat istiadat Romawi Kuno. Masa berkabung ini biasanya melibatkan upacara penghormatan terakhir di depan umum. Pemakaman itu sendiri harus dilakukan antara hari keempat atau keenam setelah Paus meninggal dunia, meskipun tidak jelas alasannya. Setelah kebaktian di Basilika Santo Petrus, peti jenazah Paus dibawa melalui pintu yang disebut "pintu kematian" sebelum dimakamkan untuk terakhir kalinya di bawah gereja.
2. Relik suci dari jenazah Paus

Setelah meninggal, jenazah Paus bisa diawetkan seutuhnya sebagai penghormatan di masa mendatang, yang oleh banyak orang ditafsirkan sebagai pengumpulan relik suci dari jenazah Paus. Pasalnya, relik ini diyakini ada hubungannya dengan seorang santo. Biasanya relik diambil dari sejumlah bagian tubuh Paus, seperti lidah Santo Antonius, kepala Santa Katarina, hingga tulang Paus pertama, Santo Petrus.
Ada kasus di mana relikui Paus Yohanes Paulus II, yang diangkat menjadi orang suci pada 2014, dicuri. Salah satunya adalah sepotong jubah bernoda darah yang dikenakannya saat percobaan pembunuhan pada 1981. Lalu ada sebotol darah yang dikumpulkan menjelang akhir hidupnya, yang dicuri dari Spoleto, Italia, pada 2020.
3. Jenazah Paus Yohanes XXIII masih awet meski sudah lama dimakamkan

Paus Yohanes XXIII adalah seorang Paus yang dikagumi, sampai-sampai ia dikenal sebagai "Paus yang baik", karena sifatnya yang ramah dan sikapnya yang liberal. Ia adalah Paus yang mengawasi Konsili Vatikan Kedua, sebuah perkembangan besar dalam administrasi dan teologi gereja yang berusaha menyelaraskan Katolikisme dengan cita-cita yang lebih modern.
Masa pemerintahan Paus Yohanes XXIII bisa dibilang sangat singkat, yaitu dari 1958 hingga 1963. Ia meninggal dunia akibat kanker perut yang dideritanya. Namun, saat makamnya dibuka pada 2001, jenazahnya dalam kondisi yang sangat baik.
Jenazah Paus Yohanes XXIII tidak dibalsem, tetapi sudah diberi formalin untuk diperlihatkan kepada publik. Vatikan menyatakan bahwa jenazah Paus Yohanes XXIII memang disegel secara kedap udara di dalam 3 peti mati. Jenazah Paus Yohanes XXIII pun dipajang pada 2001 di dalam peti mati berdinding kaca untuk diperlihatkan kepada publik. Jenazahnya juga dilengkapi dengan topeng lilin yang terbuat dari cetakan wajah Paus Yohanes XXIII, yang dibuat tepat setelah ia meninggal.
4. Tulang belulang yang diduga milik Santo Petrus

Jika berbicara tentang Paus, Santo Petrus adalah sosok yang sangat penting. Sebab, Santo Petrus adalah rasul pertama Yesus dan bahkan yang tertinggi dari 12 rasul. Selain itu, menurut tradisi Kristen, Santo Petrus adalah Paus pertama. Di samping itu, legenda Kristen menyatakan bahwa Santo Petrus disalibkan secara terbalik oleh Kaisar Romawi Kuno bernama Kaisar Nero.
Itu berarti, relik apa pun yang ditemukan dari jenazah Santo Petrus akan sangat dihormati. Konon, tulang-tulang yang diduga milik Santo Petrus dipajang di Vatikan. Meski begitu, identifikasi fragmen tulang ini tidak jelas asal-usulnya. Sisa-sisa tulang belulang tersebut diambil dari tanah pemakaman kuno di bawah Basilika Santo Petrus, yang ditemukan setelah tahun 1939. Namun, tidak ada satu pun Paus yang bilang kalau 9 fragmen tulang tersebut milik Santo Petrus.
5. Paus Yohanes Paulus II tidak dibalsem saat dipamerkan ke publik

Gereja Katolik tidak memiliki kebijakan resmi mengenai apakah jenazah seorang Paus harus dibalsem atau tidak. Akan tetapi, beberapa Paus yang hidup di zaman modern kebanyakan dibalsem, termasuk keempat Paus sebelum Paus Yohanes Paulus II. Proses pembalsamannya sendiri cukup rumit. Semua darah dan cairan tubuh harus dibuang terlebih dahulu. Lalu diganti dengan larutan pengawet yang mengandung pewarna. Pewarna ini dimaksudkan agar tubuh tampak lebih hidup.
Berbeda dengan tradisi sebelumnya, Paus Yohanes Paulus II rupanya tidak dibalsem. Jasadnya hanya dipersiapkan untuk penghormatan publik. Namun, kemungkinan besar jasad Paus Yohanes Paulus II diberi semacam perawatan dengan pengawet agar terlihat layak (tidak cepat membusuk).
Paus Yohanes Paulus II sendiri meninggal pada 2005. Saat itu, wartawan dan kamera menyiarkan berita kematian Paus Yohanes Paulus II selama penghormatan terakhirnya, bersama ribuan orang yang berjalan melewati jenazahnya. Meski begitu, beberapa orang melihat adanya kerusakan.
6. Paus Pius X menghentikan tradisi pembalseman yang mengambil organ tubuh Paus

Konsili Vatikan Kedua pada 1960-an, melonggarkan aturan untuk beberapa anggota ordo religius dan mengizinkan misa diadakan dalam berbagai bahasa, dan bukan hanya bahasa Latin. Aturan itu cukup kontroversial. Beberapa anggota gereja yang konservatif bahkan tidak setuju hingga saat ini.
Kemudian, Paus Pius X yang meninggal pada 1914, mengubah tradisi pembalseman dengan tidak mengizinkan untuk mengambil organ dalam Paus dan mengawetkannya dalam toples. Itu sebabnya, saat Paus Pius X meninggal dunia, tradisi tersebut tidak dijalankan lagi. Paus Pius X menganggap pengambilan organ Paus merupakan tindakan yang mengerikan.
7. Gagalnya pembalseman Paus Pius XII

Dokter Riccardo Galeazzi-Lisi ditugaskan untuk membalsem Paus Pius XII. Namun, ia dianggap sebagai dokter yang tidak kompeten dan tidak tahu tentang pembalseman. Pada 1958, terbongkar foto-foto mencengangkan Paus yang sedang sekarat, yang dipotret oleh Riccardo Galeazzi-Lisi.
Di samping itu, pembalseman Paus Pius XII juga berubah menjadi bencana, terlebih lagi karena Riccardo Galeazzi-Lisi hanya pintar mengarang cerita sebagai dokter profesional. Bersama dengan dokter bedah lain yang juga tidak kompeten, Riccardo Galeazzi-Lisi mengembangkan metode osmosis aromatik, yang konon digunakan oleh orang-orang peradaban kuno. Jadi, jenazah Paus Pius XII dilumuri dengan minyak dan kemudian dibungkus dengan selembar plastik, tetapi tanpa disuntik atau dilakukan penyayatan.
Proses tersebut sama sekali tidak memperlambat pembusukan jenazah, tetapi justru menimbulkan bau busuk. Anggota Garda Swiss bahkan pingsan saat berjaga di sekitar peti jenazah. Parahnya lagi, jenazah Paus Pius XII justru membengkak karena gas yang dihasilkan dari proses pembusukan. Akibatnya, tubuh Paus Pius XII meledak di dalam peti jenazahnya, atau di tengah prosesi pemakamannya di Roma. Riccardo Galeazzi-Lisi dan rekan-rekannya kemudian membalsem kembali jenazah Paus Pius XII dengan tergesa-gesa, tetapi hasilnya nihil.
8. Jenazah Paus Formosus yang diadili

Sinode Jenazah atau Pengadilan Jenazah terjadi pada 897 M, ketika Paus Stefanus VI menuduh bahwa Paus terdahulunya, yakni Paus Formosus, telah melakukan dosa besar, atau memiliki kebijakan politik yang tidak disukai Paus Stefanus VI. Paus Formosus sendiri pernah menjadi uskup yang cukup berkuasa. Namun, jabatannya habis dan digantikan Paus Yohanes VIII.
Sayangnya, Paus Yohanes VIII dibunuh dan penggantinya mengangkat kembali Paus Formosus. Paus Formosus pun menjabat sebagai Paus selama 5 tahun sebelum meninggal. Kemudian, Paus Stefanus VI mengadakan pengadilan untuk Paus Formosus, karena dianggap melanggar beberapa aturan utama ketika ia menjadi Paus. Paus Stefanus VI memerintahkan penggalian jenazah Paus Formosus. Jasadnya lalu dikenakan jubah liturgi, ditempatkan di kursi, dan diadili.
Namun, karena sudah meninggal, Paus Formosus pun tidak bisa membela diri terhadap tuduhan tersebut. Itulah sebabnya ia dinyatakan bersalah. Jenazahnya dibuang ke Sungai Tiber di Roma, lalu ditemukan oleh seorang nelayan. Hal ini pun dianggap sebagai mukjizat. Akhirnya, jenazah Paus Formosus dikembalikan ke makam di bawah Basilika Santo Petrus. Sementara itu, Paus Stefanus VI tewas akibat adanya pemberontakan.
9. Pemakaman Paus Paulus VI tidak berjalan baik

Jenazah Paus Paulus VI hanya dibalsem ringan setelah ia meninggal pada 1978. Meskipun begitu, pembalseman ringan ini berhasil bagi salah satu penerus Paulus, yaitu Paus Yohanes Paulus II, akan tetapi, pemakaman Paus Paulus VI pada 1978 menimbulkan masalah. Masalahnya bukan karena teknik pembalsemannya saja, tetapi kondisi lingkungan yang lembab dan panas, mengingat sedang musim panas.
Jadi, kurangnya pembalseman dan cuaca musim panas membuat jenazah Paus Paulus VI mengeluarkan bau busuk. Kabarnya, sejumlah kipas dipasang di sekitar jenazah Paus saat disemayamkan di dalam Basilika Santo Petrus. Kipas-kipas itu dipasang untuk mengalihkan bau busuk selama pemakaman.
Sementara itu, saat Ibu Negara Amerika Rosalynn Carter berpidato tentang kehidupan spiritual Paus dalam pemakamannya, beberapa orang menyadari bahwa tubuh Paus Paulus VI berubah menjadi warna hijau keabu-abuan. Vatikan tidak mau menjelaskan terkait apa yang terjadi dengan jenazah Paus Paulus VI.
10. Selama Kepausan Avignon, beberapa Paus dimakamkan di Prancis

Di antara para paus yang dimakamkan di Roma, sebagian besar diistirahatkan di gua-gua di bawah Basilika Santo Petrus, meskipun beberapa Paus dimakamkan di tempat lain. Namun, Paus tidak selalu tinggal di Roma, selama 68 tahun pada abad ke-14, para Paus memerintah dari Avignon di Prancis selatan, tempat mantan Uskup Agung Bordeaux, dan Paus Klemens V, mendirikan ibu kotanya untuk menghindari pertikaian antar-faksi di Roma.
Namun, Kepausan Avignon tidak populer di negara lain, selain di Prancis. Jadi, ketika seorang Paus pindah kembali ke Roma, ada Paus lain yang dipilih untuk mengisi kursi Kepausan Avignon yang kosong. Nah, dari sinilah timbul pertikaian terkait masalah Kepausan, yang berlangsung dari 1377—1417. Selama ini, ada dua dan akhirnya tiga orang yang mengaku sebagai Paus, masing-masing didukung oleh kekuatan Eropa yang berbeda.
Lima dari enam Paus yang terpilih selama Kepausan Avignon dimakamkan di Prancis selatan, tiga di Avignon dan dua di dekatnya. Paus Klemens V sendiri dimakamkan di kota kecil Uzeste, di Prancis barat daya, yang merupakan tempat terjauh dari Roma atau tempat terjauh dari semua pemakaman Paus yang pernah tercatat sejarah.
11. Jenazah Paus Pius IX harus dipindahkan secara diam-diam dari Vatikan

Selama berabad-abad lamanya, Paus merupakan raja dari sebagian wilayah Italia tengah yang umumnya dikenal sebagai Negara Kepausan. Saat penyatuan Italia berlangsung selama pertengahan abad ke-19, Negara Kepausan menjadi sejarah yang paling simbolis. Namun, pada 20 September 1870, tentara Italia menyerbu Roma, dan pasukan Kepausan hanya meladeninya dengan satu tembakan simbolis.
Perebutan kekuasaan antara gereja dan Italia ini akhirnya mengarah pada pembentukan Kota Vatikan modern yang berlangsung hingga 1929. Paus Pius IX yang menjabat saat itu meninggal dunia di Roma pada 1878. Saat itu, Roma masih tegang, jadi Paus Pius IX dimakamkan di dalam Vatikan alih-alih gereja pilihannya, St. Lawrence. Selang 3 tahun kemudian, jenazah Paus Pius IX dibawa kabur pada malam hari untuk ditempatkan di gereja yang telah dipilihnya.
12. Paus Leo XIII ingin dimakamkan di sebelah Paus Inosensius III

Paus Inosensius III, yang memerintah dari 1198—1216, adalah salah satu Paus paling berpengaruh dalam sejarah. Ia berhasil memperluas otoritas dan prestise Kepausan, baik di dalam Negara Kepausan maupun di luar negeri. Paus Inosensius III merupakan pemimpin spiritual sekaligus politik yang punya pengagum, terutama di antara para penerusnya. Contohnya saja Paus Leo XIII yang begitu terpikat pada Paus Inosensius III, sampai-sampai ia ingin dimakamkan di sebelah Paus Inosensius III.
Paus Inosensius III dimakamkan di Perugia. Kemudian, Paus Leo XIII membuat sepasang makam di Basilika Agung Santo Yohanes Lateran di Roma dan memindahkan jenazah Paus Inosensius III ke sana pada 1891, dan menyisahkan satu makam untuk dirinya sendiri jika di kemudian hari Paus Leo XIII meninggal. Butuh waktu yang lama, karena Paus Leo XIII meninggal dunia pada 1903. Sayangnya, Paus Leo XIII dimakamkan di Basilika Santo Petrus. Namun, jenazah Paus Leo XIII dipindahkan ke tempat peristirahatan terakhir yang dipilihnya, 21 tahun kemudian.
13. Kebanyakan Paus dimakamkan di Basilika Santo Petrus

Meskipun para Paus bisa memilih tempat peristirahatan terakhirnya, tetapi kebanyakan Paus dimakamkan di Basilika Santo Petrus. Bangunan ala Renaisans ini merupakan gereja terbesar di dunia. Gereja ini memamerkan kejayaan, dan sejarah gereja Roma, dengan berbagai benda berharga termasuk lukisan dinding karya Michelangelo dan singgasana kayu kuno yang dianggap sebagai tempat duduk Santo Petrus, Paus pertama.
Selain keindahan dan kemegahan Basilika Santo Petrus, seorang Paus yang dimakamkan di gereja ini akan dibaringkan dengan para Paus di masa lalu. Bahkan Santo Petrus sendiri, seorang rasul yang menerima pelayanannya langsung dari Yesus Kristus, dipercaya dimakamkan di dalam gereja ini.
14. Antipaus Yohanes XXIII memiliki makam megah di Florence

Antipaus Yohanes XXIII dipilih pada awal 1400-an, saat Skisma Barat (perpecahan yang terjadi di dalam Gereja Katolik Roma selama periode 1378—1417), sedang tegang-tegangnya. Tanpa pikir panjang, Paus ketiga dipilih untuk mengesampingkan dua Paus yang aktif pada masa itu. Itu berarti, ada tiga Paus yang berkuasa, masing-masing di Roma, Avignon, dan Pisa. Yohanes XXIII sendiri menggantikan Antipaus Pisa Alexander V, tetapi akhirnya digulingkan dan dipenjarakan setelah dewan gereja berdiskusi untuk menyelesaikan masalah Paus yang tumpang tindih ini.
Yohanes XXIII kemudian dibebaskan berkat sogokan uang dari pendukungnya, yaitu keluarga Medici, keluarga terkemuka yang sangat kaya di Florence, Italia. Lalu, Paus Martin V yang menjadi Paus tunggal, mengangkat Yohanes XXIII, menjadi uskup Tusculum dengan nama Baldassarre Cossa. Ketika Baldassare Cossa meninggal beberapa bulan kemudian, keluarga Medici memakamkan Cossa di makam marmer dan perunggu berlapis emas yang sangat indah. Makam Baldassare Cossa mencerminkan kemegahan era Renaisans yang sedang berkembang kala itu. Pemahat terkenal bernama Donatello membangun makam tersebut.
15. Pemakaman Paus Fransiskus sangat sederhana

Upacara pemakaman Kepausan diperbarui agar lebih sederhana berdasarkan ritual baru yang disetujui oleh Paus Fransiskus. Paus Fransiskus dilaporkan meninggal dunia pada 21 April 2025. Reformasi Paus Fransiskus yang mempromosikan kesederhanaan sangat menginspirasi banyak orang.
Jadi, jenazah Paus Fransiskus akan dimasukkan ke dalam peti mati kayu sederhana, bukan 3 peti mati seperti para pendahulunya. Tidak hanya itu, jenazah Paus tidak lagi dibaringkan di atas tandu yang tinggi. Meski demikian, NBC News melaporkan bahwa jenazah Paus Fransiskus akan disemayamkan di Basilika Santo Petrus selama tiga hari. Upacara pemakaman Paus selalu diadakan di Vatikan, idealnya di Lapangan Santo Petrus.
Selain itu, pilihan Paus Fransiskus untuk tempat peristirahatannya sendiri sudah dikonfirmasi. Ia akan dimakamkan di Basilika Santa Maria Maggiore, basilika Romawi lain, bukan di Santo Petrus. Pemilihan Santa Maria kemungkinan karena Maria memiliki makna khusus bagi Paus Fransiskus sendiri.
Pemakaman Paus memang memiliki keunikannya tersendiri. Setiap Paus memiliki cerita di akhir hidupnya. Kisah-kisah pemakaman para Paus ini akan menjadi sejarah bagi generasi selanjutnya.