3 Fakta Kacamata Togian, Burung Endemik di Sulawesi yang Kian Langka!

- Burung kacamata Togian memiliki ciri khas tanpa lingkar putih di sekeliling matanya, yang umumnya menjadi ciri khas burung kacamata.
- Nama spesies burung ini diambil dari nama Prof. Sarwono Somadikarta, Bapak Ornitologi Indonesia, sebagai penghormatan atas kontribusinya dalam pengembangan ilmu burung di Indonesia.
- Spesies burung ini tergolong Hampir Terancam Punah menurut IUCN Red List 2018 karena habitatnya yang terbatas dan terus menyusut akibat aktivitas manusia seperti deforestasi dan perluasan lahan pertanian.
Di antara keragaman burung endemik yang tersebar di Nusantara, burung Kacamata Togian atau dikenal dengan nama ilmiah Zosterops somadikartai yang memiliki suatu keunikannya tersendiri. Spesies ini ditemukan di wilayah Kepulauan Togian, Sulawesi Tengah, dan telah lama menghuni hutan-hutan dataran rendah di pulau-pulau kecil tersebut. Akan tetapi, spesies burung ini baru dikenali secara ilmiah sebagai spesies tersendiri pada tahun 2008.
Meski begitu keberadaan burung ini juga semakin tergusur akibat aktivitas manusia yang tidak bertanggung jawab. Penasaran seperti apa spesies burung endemik yang semakin langka ini? Mari, simak ulasannya berikut ini!
1. Burung kacamata tanpa kacamata

Salah satu keunikan paling mencolok dari burung ini terletak pada bagian matanya. Nama ‘kacamata’ merujuk pada genus Zosterops, yang umumnya terdiri dari burung yang memiliki lingkar putih khas di sekitar mata. Uniknya, ciri tersebut justru tidak ditemukan pada spesies burung ini. Dilansir dari The Wilson Journal of Ornithology, spesies burung kacamata Togian ini tidak memiliki lingkar putih di sekeliling matanya yang umumnya menjadi ciri khas dari kelompok burung kacamata (white-eye). Padahal, sebagian besar spesies yang menjadi anggota genus Zosterops memiliki karakteristik ini, sehingga menjadikan spesies ini tampak berbeda secara morfologi.
Lingkar matanya justru berwarna abu-abu gelap dengan iris kemerahan, memberikan tampilan yang cukup berbeda dari kerabat dekatnya yang lain. Perbedaan yang mencolok ini membuat burung ini mendapat julukan unik ‘kacamata tanpa kacamata’.
2. Dinamai dari nama Bapak Ornitologi Indonesia

Nama spesies dari burung ini, somadikartai, yang diambil dari nama Prof. Sarwono Somadikarta, seorang ornitolog yang dikenal luas sebagai “Bapak Ornitologi Indonesia”. Pemberian nama ini merupakan penghormatan terhadap kontribusinya dalam pengembangan ilmu burung di Indonesia. Penamaan spesies dengan mengadopsi nama tokoh ilmuwan adalah tradisi umum dalam taksonomi yang bertujuan menghormati jasa dan warisan ilmiah mereka.
Dilansir dari Medium.com, Prof. Sarwono Somadikarta adalah salah satu peneliti awal yang mencatat keberadaan burung ini bersama Mochamad Indrawan pada tahun 1996. Penelitian lanjutan terhadap burung ini dilakukan dari 1997 hingga 2003. Meski proses identifikasinya memakan waktu cukup lama, spesies ini baru resmi dinyatakan sebagai spesies baru pada tahun 2008.
3. Hampir terancam punah

Spesies burung kacamata Togian hanya dapat ditemukan di 2 pulau kecil dalam gugusan Kepulauan Togian, yaitu Pulau Malenge dan Pulau Togian. Habitat burung ini sangat terbatas dan bahkan saat ini terus menyusut akibat tekanan dari aktivitas manusia. Deforestasi, perluasan lahan untuk pertanian, dan pembangunan permukiman menjadi ancaman terhadap keberadaan burung ini.
Berdasarkan data dari IUCN Red List (2018), Zosterops somadikartai digolongkan dalam kategori Near Threatened (Hampir Terancam Punah). Populasinya diperkirakan menurun seiring menyusutnya habitat tempat mereka tinggal. Persebaran yang sempit membuat burung ini sangat rentan terhadap kepunahan jika habitatnya tidak segera dilindungi.
Keunikan burung kacamata Togian ini dan persebaran wilayah geografis yang terbatas menjadikan burung ini sebagai simbol penting dalam upaya konservasi. Upaya konservasi yang berkelanjutan harus menjadi prioritas untuk menjaga agar burung unik ini tetap dapat dinikmati oleh generasi mendatang.


















