5 Fakta Gambas, Sayur yang Bisa Dijadikan Spons Mandi

Gambas atau oyong adalah salah satu jenis sayur yang umum ditemui di Indonesia. Paling tidak, kamu pasti pernah memakannya sebagai sayur bening ataupun lodeh.
Namun, bukan hanya untuk keperluan konsumsi, tanaman merambat yang satu ini memiliki banyak manfaat lain, mulai dari sebagai obat hingga alat mandi, lho! Penasaran? Yuk, simak informasi berikut untuk kenal lebih dekat dengan gambas!
1. Suku labu-labuan dengan buah silindrisnya

Gambas termasuk ke dalam famili Cucurbitaceae, yakni suku labu-labuan. Karena berada dalam famili yang sama, tanaman dengan nama ilmiah Luffa acutangula ini masih berkerabat dengan mentimun (Cucumis sativua), semangka (Citrullus vulgaris), melon (Cucumis melo), labu air (Ligenaria siceria), dan juga pare (Momordica charantia).
Buah dari sayuran ini mudah dikenali lewat bentuknya yang silindris dan panjang layaknya timun, tapi memiliki garis-garis tebal yang membujur di seluruh permukaannya.
Buahnya bisa tumbuh hingga 61 cm dengan diameter 7,6 cm, gambas yang masih muda berwarna hijau, sedangkan yang sudah tua cenderung kuning-kecokelat-cokelatan.
2. Tanaman merambat yang tersebar di Asia

Gambas termasuk tanaman tahunan yang merambat. Dengan sulurnya, ia mampu memanjat apa saja yang ada di dekatnya hingga jauh di atas tanah. Itu sebabnya, seperti mentimun, buah dari Luffa acutangula kamu jumpai menggantung di udara.
Berdasarkan Shendge dan Belemkar (2018), tanaman yang mempunyai bunga berwarna kuning ini berasal dari daratan India. Kemudian, menyebar ke Tiongkok, Jepang, Mesir, beberapa bagian benua Afrika, hingga Asia Tenggara.
Tidak hanya itu, menurut laman Cabi, gambas juga ditemukan di Benua Amerika, seperti Kuba, dan Pulau Diego Garcia di Samudra Hindia, tetapi ia dianggap sebagai tanaman invasif.
Karena ada di mana-mana, sayuran ini memiliki banyak sebutan. Misalnya, dari tempat asalnya, India, ia dikenal sebagai Turai, Marathi, Dodaka, Dhamargava, dan lainnya.
Dalam bahasa Inggris, kamu bisa memanggilnya sebagai Bitter Gourd (Kundur Pahit), Chinese Okra (Okra Cina), ataupun Silk Squash (Labu Sutra). Kalau di Indonesia sendiri, Luffa acutangula dikenal sebagai gambas maupun oyong.
3. Gambas adaptif terhadap berbagai iklim dan habitat

Penyebaran Luffa acutangula yang cukup luas tersebut kemungkinan besar didukung oleh ketahanannya terhadap berbagai macam iklim dan habitat. Umumnya, gambas tumbuh di wilayah tropis dengan iklim kering dan agak lembap.
Sebagai contoh, di Benua Afrika, tanaman ini hidup di kawasan hutan kering dan sabanan lembap. Begitu juga di Puerto Rico bagian tengah, oyong berkembang di hutan gugur dan tepi hutan yang lembap. Lain halnya dengan Jamaika, kamu bisa menemukan Luffa acutangula di tempat sampah dan lahan-lahan yang sudah ditinggalkan.
Namun, gak terbatas di situ saja, gambas juga bisa dibudidayakan dalam rumah kaca di daerah dengan iklim yang lebih dingin, lho. Wah, saudara semangka yang satu ini ternyata adaptif banget, ya?
4. Bernutrisi dan sudah dimanfaatkan sebagai obat sejak dulu

Di Indonesia, oyong sudah gak asing sebagai lauk pendamping nasi. Sering dimasak menjadi lodeh, tumis, ataupun sayur bening, ternyata, buah yang masih mudalah yang diolah menjadi masakan, Guys.
Namun, gak cuma buahnya saja, laman Useful Tropical Plants menyebutkan, daun dan kuncup bunga gambas bisa dibuat menjadi salad ataupun tumis. Bijinya pun dapat dikeringkan—untuk kemudian dimakan sebagai camilan—atau diubah menjadi minyak.
Di samping sebagai bahan pangan, masyarakat terdahulu juga telah memanfaatkan Luffa acutangula sebagai obat, lho. Menurut Shendge dan Belemkar (2018), suku di India yang mendiami Maharashtra dan Madhya Pradesh menggunakan bubuk dari daun dan buah oyong untuk pengobatan penyakit kuning. Ada pula yang menggunakannya sebagai obat diabetes, wasir, pereda gigitan serangga, dan bahkan batu ginjal.
Lebih jauh lagi, meskipun cita rasanya sedikit pahit dan mungkin agak aneh di lidah beberapa orang, buah Luffa acutangula kaya akan vitamin A, karbohidrat, antioksidan, mangan, dan lainnya. Dengan kandungan nutrisi tersebut, mengutip Health Benefits Times, sayur ini dapat membantu
- menurunkan gula darah,
- mengatasi sembelit,
- meningkatkan sistem kekebalan tubuh, hingga
- menurunkan berat badan.
5. Gambas kering dapat digunakan sebagai spons mandi

Manfaat oyong gak cuma untuk urusan perut dan kesehatan saja. Buahnya yang sudah kering dan tua bisa kamu gunakan sebagai spons mandi, lho! Di pasaran, kamu mengenalnya dengan sebutan spons loofah atau luffah.
Dilansir Healthline, untuk mendapatkannya, gambas harus dikeringkan sampai 6 bulan dahulu. Setelah itu, buah yang sudah kering direndam dalam air, dikupas, dan dibuang bijinya. Kalau sudah benar-benar kering, barulah dipotong-potong sesuai kebutuhan dan dipakai untuk menghilangkan sel kulit mati ataupun sebagai alat cuci piring.
Penggunaan loofah sebagai alat mandi sebenarnya aman, tapi ada beberapa hal yang perlu kamu perhatikan. Supaya tidak menjadi sarang bakteri, Healthline menyarankan agar kamu rutin membersihkan spons loofah dan menggantinya setiap 3–4 minggu sekali.
Hindari juga menggosok area kelamin dengan loofah. Hal ini karena bagian tubuh tersebut merupakan tempat E. coli dan bakteri berbahaya lainnya berada.
Selain itu, spons ini bisa jadi terlalu kasar untuk jenis kulit tertentu. Kalau kulitmu menjadi kemerahan setelah mandi dengan loofah, sebaiknya hentikan pemakaian.
Wah, ternyata, spons gak hanya berasal dari laut, tapi bisa juga dari tanaman Luffa acutangula kering, ya? Gak hanya itu, kandungan nutrisinya pun gak main-main. Jadi, buat yang gak doyan sayur, mari makan gambas mulai sekarang!