5 Fakta Wopilkara, Tikus yang Sangat Ahli Membangun Rumah

- Wopilkara merupakan pengerat endemik Australia dengan penampilan imut, unik, dan berukuran tubuh kecil.
- Habitat wopilkara adalah daerah kering dekat pegunungan.
- Wopilkara membangun sarang dari berbagai macam material dengan dimensi yang cukup besar.
Wopilkara atau greater stick-nest rat (Leporillus conditor) merupakan salah satu spesies tikus yang cukup spesial. Mereka tampil dengan bulu berwarna kuning kecokelatan atau abu-abu dengan warna yang lebih cerah pada bagian perut. Tubuh mereka ramping, telinganya cukup besar, dan gigi seri mereka sangat kuat serta terus tumbuh. Mereka layaknya keluarga pengerat pada umumnya.
Secara ukuran, wopilkara memiliki panjang 17—26 cm dengan bobot sekitar 300—450 gram. Di luar penampilannya yang terlihat imut itu, pengerat ini memiliki banyak hal menarik lain yang sayang untuk dilewatkan. Kalau penasaran dengan wopilkara, yuk, simak pembahasan lengkapnya di bawah ini!
1. Peta persebaran, habitat, dan makanan favorit

Wopilkara merupakan pengerat endemik dari Australia, khususnya kawasan selatan Negeri Kanguru. Dulunya, pengerat ini tersebar luas di seluruh bagian selatan Australia. Akan tetapi, dalam kurun waktu 1860—1930, populasi wopilkara mengalami penurunan drastis sehingga sempat terbatas pada daerah sekitar Pulau Franklin. Beruntung, setelah periode tersebut, populasi wopilkara mulai pulih dan mereka mulai diperkenalkan kembali ke beberapa titik di selatan Australia.
Dilansir Animal Diversity, habitat kesukaan wopilkara adalah daerah kering dan dekat dengan pegunungan. Di sana, tikus ini hidup di antara semak belukar, bukit pasir, ataupun celah-celah batu. Sementara, untuk makanan, wopilkara tergolong sebagai herbivor sejati. Mereka mengonsumsi berbagai jenis tanaman, biji-bijian, dan buah-buahan yang tersedia di sekitar habitat favoritnya.
2. Spesies ini pernah hampir punah

Seperti yang sudah disebutkan di atas, persebaran wopilkara sempat mengalami penyusutan ekstrem sekitar 1860—1930. Adapun, penyusutan peta persebaran ini jelas beriringan dengan penurunan populasi mereka pada waktu itu. Pengerat ini sempat dikategorikan hewan terancam punah dengan populasi sekitar seribu individu saja pada kurun waktu tersebut dan distribusinya terbatas di Pulau Franklin.
Padahal, dulunya tikus ini punya peta persebaran yang sangat luas di bagian selatan Australia, meliputi bagian timur hingga barat. Penyebab penyusutan peta persebaran dan hancurnya populasi mereka ditengarai berbagai faktor, baik dari alam maupun manusia. Animalia melansir bahwa penyebab alamiah yang membuat wopilkara menghilang di daratan Australia ialah munculnya penyakit dari Australia bagian barat yang menghambat imunitas dari spesies ini.
Di sisi lain, kedatangan manusia, khususnya orang-orang Eropa, jadi penyebab utama menghilangnya tikus imut ini di dataran Australia. Wopilkara memang tidak dijadikan target buruan secara spesifik, tetapi berbagai kegiatan manusia lain justru menghancurkan populasi mereka. Pembakaran lahan demi membuka pertanian, kedatangan hewan-hewan ternak yang menyaingi spesies lokal, sampai munculnya sejumlah predator baru ke habitat wopilkara jadi masalah serius yang pernah spesies ini hadapi.
Bahkan, rubah merah eropa dan beberapa jenis kucing liar yang terbawa ke Australia disebut-sebut sangat memengaruhi penyusutan populasi wopilkara secara ekstrem. Beruntungnya, upaya konservasi dilakukan secara cepat dan tepat sehingga per hari ini, wopilkara mulai diperkenalkan kembali di dataran Australia. Area Suaka Margasatwa Gunung Gibson, misalnya, secara khusus menyediakan 7.800 hektare lahan yang bebas dari predator asing supaya wopilkara dapat hidup dengan nyaman.
Dilansir Australian Wildlife Conservancy, tempat lain yang jadi sarana konservasi spesies ini adalah Taman Nasional Mallee Cliffs yang dimulai sejak September 2020 silam. Kota Roxby Downs pun turut menyediakan area bernama Arid Recovery sebagai bentuk upaya mengembalikan wopilkara ke dataran Australia. Di tempat-tempat di luar dataran utama Australia, misalnya Pulau Dirk Hartog, St. Peter, Reevesby, dan Salutation, juga menunjukkan tren positif dalam konservasi wopilkara.
3. Ahlinya konstruksi sarang dengan berbagai material

Kalau bicara soal konstruksi alami yang dilakukan satu spesies hewan, nama berang-berang mungkin akan langsung terlintas di benak kita. Namun, ternyata wopilkara yang ukurannya berkali-kali lipat lebih kecil dari berang-berang juga memiliki keahlian yang sama dan tak kalah menakjubkan, lho. Wopilkara dapat membangun sarangnya dari berbagai macam material dan proses membangunnya pun dilakukan dengan penuh koordinasi hingga menghasilkan "bangunan" yang aman dan nyaman untuk ditinggali.
Dilansir Australian Geographic, ranting kayu jadi material utama yang digunakan wopilkara dalam membangun sarangnya. Selain itu, pengerat ini juga menggunakan batu-batu kecil, rumput, daun, sampai kulit kayu. Selama proses pembangunan, beberapa ekor wopilkara akan berbagi tugas yang terdiri atas pengumpul material dan pembangun sarang.
Ukuran sarang yang dibangun wopilkara bisa dibilang cukup impresif. Dimensinya dapat mencapai tinggi 1 meter dengan lebar 1,5 meter. Belum lagi, di dalam sarang wopilkara ini juga ada banyak terowongan yang saling terhubung. Menariknya lagi, sarang yang dibangun satu kelompok wopilkara bahkan bisa digunakan sampai beberapa generasi mendatang, khususnya bagi para betina yang lahir di sana.
Akan tetapi, tak semua wopilkara mau membangun sarang yang menakjubkan ini. Di beberapa lokasi, pengerat ini justru memanfaatkan lubang ataupun celah alami yang ada di sekitar bukit berbatu. Kalau memungkinkan, beberapa bahkan memanfaatkan sisa lubang milik hewan lain dan sarang burung sebagai rumah mereka.
4. Hidup secara berkelompok

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, wopilkara akan membangun sarang bersama beberapa individu lain yang tergabung dalam kelompoknya. Artinya, pengerat ini merupakan hewan sosial yang dapat berinteraksi dengan sesamanya dalam jumlah lumayan banyak. Australian Geographic melansir bahwa dalam satu kelompok, mereka bisa terdiri atas 10—20 individu wopilkara yang biasanya masih ada dalam 1 keluarga.
Sejauh ini, belum diketahui apakah ada kebiasaan komunikasi tertentu antarindividu. Akan tetapi, diketahui kalau mereka merupakan hewan nokturnal yang tak jarang mengunjungi sarang kelompok lain, khususnya pada para pejantan. Selain itu, dari cara mereka yang bergotong royong untuk membangun sarang, bisa dipastikan kalau koordinasi antar individu dalam satu kelompok terjalin secara baik.
Menariknya, kelompok wopilkara biasanya tak akan pergi jauh dari sekitar sarangnya. Jika tak ada sarang milik kelompok lain, pengerat kecil ini membatasi area pergerakan sekitar 150 meter di sekitar sarangnya. Mereka juga tergolong hewan nokturnal dengan sifat yang tenang dan lembut.
5. Sistem reproduksi

Mirip seperti kebanyakan keluarga tikus lain, wopilkara merupakan hewan poliandri dalam sistem reproduksinya. Artinya, seekor betina akan kawin dengan beberapa jantan yang menghampirinya selama musim kawin yang berlangsung selama April hingga Mei. Uniknya, ada perbedaan jumlah anak yang akan dilahirkan betina antara individu yang dipelihara di penangkaran dengan yang berada di alam.
Dilansir Animal Diversity, wopilkara yang hidup di penangkaran bisa melahirkan hingga 4 anak, sedangkan di alam liar biasanya pengerat ini hanya melahirkan 1—2 ekor. Betina akan menjalani masa kehamilan selama 44 hari sebelum anak-anaknya lahir. Kemudian, sang induk merawat anaknya hanya 2 bulan karena pada usia tersebut mereka sudah bisa hidup secara mandiri. Meski demikian, sebelum mereka memasuki usia kematangan seksual pada 8 bulan, anak-anak wopilkara terlihat akan tetap menaiki punggung induknya untuk bergerak dari satu titik ke titik lainnya.
Gimana? Menarik sekali, kan, pengerat bernama wopilkara ini? Kalau selama ini kita lebih akrab dengan berang-berang sebagai arsitek alam, siapa sangka kalau ternyata ada hewan lain dengan nama relatif asing yang dapat membangun rumah secara terstruktur. Kalau kamu lebih pilih sarang buatan wopilkara atau berang-berang, nih?