5 Spesies Ular Kolubrid yang Menghuni Australia, Kebanyakan Hidup di Pohon

- Ular pagar irian, ular arboreal dengan panjang maksimal 2 meter, tidak berbahaya bagi manusia dan merupakan predator utama bagi kadal, katak, dan burung.
- Ular pohon cokelat, ular berbisa menengah yang bisa menyebabkan gejala seperti pembengkakan, rasa sakit tinggi, demam, hingga perasaan lemas. Merupakan spesies invasif di wilayah Guam.
- Keelback biasa, hewan semi akuatik yang hidup di area lembap dan perairan air tawar. Tidak berbahaya dan makanannya tak jauh dari ikan, kodok, katak, kadal, dan mamalia kecil.
Secara umum, penyebutan ular kolubrid merujuk pada ular yang berasal dari famili Colubridae. Ular kolubrid sangat beragam, ada yang ukurannya besar, kecil, warnanya mencolok, bahkan ada yang ramping dan ahli memanjat. Ular kolubrid juga merupakan salah satu jenis ular dengan penyebaran terluas. Tak tanggung-tanggung, bahkan ular tersebut bisa ditemukan di Australia yang terisolasi.
Lebih lanjut, ada ular kolubrid arboreal seperti ular pagar irian yang warnanya mencolok. Tak cuma itu, ular kolubrid berbisa yang panjangnya mencapai 3 meter juga bisa ditemukan di Australia. Sayangnya, pamor ular kolubrid di Australia selalu kalah dari ular elapid yang berbisa tinggi. Makanya, mari kita bahas beberapa spesies ular kolubrid yang ada di Negeri Kanguru tersebut.
1. Ular pagar irian

Gak cuma di Australia, ular dengan nama ilmiah Dendrelaphis punctulatus ini juga bisa ditemukan di Pulau Papua. Dilansir Bakyard Buddies, di ular ini kerap dijumpai di taman, pepohonan, area pemukiman, bahkan di perkotaan. Panjang maksimalnya mencapai 2 meter, badannya ramping, dan warna kuningnya cukup mencolok. Untungnya, ia tidak agresif dan tidak berbahaya bagi manusia.
Ular arboreal ini merupakan predator utama bagi kadal, katak, dan burung. Jika merasa terganggu, ia akan mengangkat kepala dan menggembungkan leher agar terlihat lebih besar. Nah, jika diprovokasi lebih lanjut, ular pagar irian tak segan untuk menggigit manusia. Walau tidak berbahaya, namun gigitan ular dewasa cukup menyakitkan. Tak hanya itu, ia juga bisa mengeluarkan bau tak sedap.
2. Ular pohon cokelat

Ular sepanjang 3 meter ini merupakan ular arboreal yang sangat ahli memanjat. Tubuhnya lincah, gerakannya cepat, dan warna cokelatnya membuat hewan ini bisa berkamuflase di pepohonan. Dilansir Animal Diversity Web, ia merupakan ular berbisa menengah. Jadi, gigitannya bisa menyebabkan beberapa gejala, seperti pembengkakan, rasa sakit yang tinggi, demam, hingga perasaan lemas.
Ular dengan nama ilmiah Boiga irregularis ini bisa ditemukan di Australia, Papua, dan wilayah Oseania. Uniknya, ia justru menjadi spesies invasif di wilayah Guam. Pasalnya, ia bisa merusak ekosistem dan mengancam populasi satwa asli di Guam. Karena hal tersebut, sejak tahun 1950an ular ini mulai dibasmi. Sayangnya, sampai sekarang pembasmian tersebut belum berhasil dengan sempurna.
3. Keelback biasa

Laman Animalia menjelaskan kalau ular dengan nama ilmiah Tropidonophis mairii ini merupakan hewan semi akuatik. Biasanya, ia sering ditemukan di area lembap, hutan, perairan air tawar, dan padang rumput. Lebih lanjut, ia hanya bisa ditemukan di dataran rendah yang ketinggiaannya tak lebih dari 50 meter di atas permukaan laut. Karena hidup di perairan, makanannya tak jauh dari ikan, kodok, katak, kadal, dan mamalia kecil. Terakhir, reptil ini tidak berbahaya dan bisa ditemukan di Australia, Indonesia, dan Papua Nugini.
4. Ular tanah australia

Sebagai hewan terestial, Stegonotus australis atau ular tanah austalia sering beraktivitas di atas tanah. Umumnya, ia akan bersembunyi di sela-sela batu, di dalam lubang, dedaunan kering, atau di tumpukan kayu. Dilansir Atlas of Living Australia, ular tidak berbisa ini punya panjang maksimal 1 meter dan tubuh berwarna cokelat tua. Gerakannya cukup cepat, tubuhnya ramping, dan reptil ini sangat aktif di malam hari. Lebih lanjut, ia tidak berbahaya, namun sangat agresif dan tak segan untuk menggigit manusia. Untungnya, gigitannya tidak menyakitkan.
5. Ular tali papu

Dendrelaphis calligaster atau ular tali papua merupakan kerabat dekat dari ular pagar irian. Pertama, keduanya sama-sama ular arboreal yang sering terlihat di pepohonan. Kemudian, badannya sama-sama ramping, gesit, dan keduanya juga tidak berbisa. Bedanya, ular tali papua sedikit lebih kecil dengan panjang sekitar 1.2 meter. Kemuidna, bagian atas tubuhnya berwarna cokelat dan warna kuning nampak di perut.
Laman iNaturalist menjelaskan kalau ular tali papua sangat suka memakan kadal dan kodok. Ia juga tidak agresif dan justru sering dipelihara oleh pecinta reptil. Pasalnya, perawatan hewan ini cukup mudah, harganya terjangkau, dan warnanya juga menawan. Terakhir, reptil ini merupakan spesies ovipar yang bisa menghasilkan hingga 11 butir telur.
Kehadiran ular kolubrid menambah keberagaman spesies ular di Australia. Mereka memang tidak sebesar ular lain macam ular sanca atau elapid, namun mereka sangat unik dan tak kalah eksotis dari ular lain. Oleh sebab itu, eksistensi ular kolubrid di Australia harus dijaga. Lagipula, ular kolubrid di Australia juga tidak berbahaya jadi tak ada alasan untuk membasmi mereka.