Sejarah Pembangunan Bandara Soekarno-Hatta, Terbesar di Indonesia

Tak dapat dipungkiri kalau saat ini Bandara Soekarno-Hatta masih jadi yang paling besar di Indonesia. Bandara yang terletak di Kecamatan Benda, Tangerang, Banten ini punya luas tanah sekitar 2.555 hektar dan kapasitas penumpang yang tak bisa dianggap remeh. Dalam situs resmi Bandara Soekarno-Hatta, ada 3 terminal di bandara ini dengan masing-masing kapasitas penumpang per tahun sekitar 36 juta jiwa untuk Terminal 1, 21 juta jiwa untuk Terminal 2, dan 51 juta jiwa untuk Terminal 3.
Soal fasilitas, Bandara Soekarno-Hatta sudah diakui sebagai bandara kelas internasional. Total terdapat 3 runway atau landasan pacu di bandara ini yang jadi satu-satunya bandara di Indonesia dengan fasilitas tersebut. Landasan Pacu 1 dan 2 punya panjang 3.660 meter, sementara Landasan Pacu 3 sepanjang 3.000 meter. Bandara dengan kode CGK ini juga mampu menampung kargo pada terminal khusus kargo dengan kapasitas mencapai 20.065 ton dalam satu tahun.
Dengan data angka yang sangat menakjubkan itu, pastinya menarik pula untuk membahas soal sejarah bandara kebanggaan Indonesia ini. Pasalnya, ada beberapa hal yang banyak orang belum ketahui soal asal-usul Bandara Soekarno-Hatta. Kalau kamu tertarik, langsung gulir layar ke bawah dan simak sampai tuntas, ya!
1. Bandara Soekarno-Hatta dibangun untuk menggantikan fungsi bandara lain

Eksistensi bandara di Indonesia, khususnya kawasan Jakarta, sudah ada pada masa kolonial. Dilansir PPK Kemayoran, bandara pertama yang ada di Indonesia adalah Bandara Kemayoran yang ada di Jakarta yang sudah berdiri lebih dulu pada 8 Juli 1940. Kemudian, setelah kemerdekaan ada Bandara Halim Perdanakusuma yang mulai beroperasi pada 17 Agustus 1952. Sebenarnya, Bandara Halim Perdanakusuma awalnya merupakan lapangan terbang militer dan fungsi awalnya memang untuk kebutuhan militer saja.
Nah, kapasitas dua bandara di Jakarta ini—khususnya Bandara Kemayoran—tak mampu menampung seluruh lalu lintas udara di langit Jakarta karena dalam kurun waktu 1950—1980-an penerbangan komersial sudah berkembang sangat pesat di seluruh dunia. Dengan demikian, perlu hadir satu bandara superluas di sekitar Jakarta yang mampu menampung penerbangan domestik maupun internasional. Di sinilah posisi Bandara Soekarno-Hatta yang hadir untuk menutupi kekurangan tersebut.
Setelah Bandara Soekarno-Hatta beroperasi nantinya, Bandara Kemayoran akan berhenti beroperasi untuk penerbangan komersil. Pada tahun-tahun awal pascaberhenti beroperasi, Bandara Kemayoran masih melaksanakan beberapa fungsi penerbangan ringan dan kebutuhan militer. Sementara itu, Bandara Halim Perdanakusuma masih digunakan sampai sekarang, khususnya untuk kebutuhan militer, penerimaan tamu negara, pesawat carter, serta penerbangan domestik secara terbatas.
2. Bandara Soekarno-Hatta dibangun oleh Paul Andreu dengan konsep arsitektur lokal

Sebenarnya urgensi untuk membangun bandara baru di sekitar Jakarta sudah mencuat sejak tahun 1970-an. Kemudian, kebutuhan tersebut dijawab dengan perancangan cetak biru bandara yang dimulai pada tahun 1975. Adalah Paul Andreu, seorang desainer kenamaan asal Prancis yang jadi perancang utama Bandara Soekarno-Hatta.
Sosok desainer ini bukan nama baru dalam bidang konstruksi bandara kelas internasional. Dilansir Bafageh, Paul Andreu sudah pernah merancang desain bandara terbesar di Prancis, yakni Charles de Gaulle yang ada di Paris. Berkat pengalaman tersebut, ia ditunjuk oleh pemerintah Indonesia sebagai perancang utama Bandara Soekarno-Hatta, khususnya untuk Terminal 1 dan 2.
Dalam desainnya, Paul Andreu menggunakan konsep arsitektur lokal yang dipadukan dengan beberapa ornamen bentang alam tropis yang khas dari Indonesia. Terdapat pula beberapa ukiran unik di beberapa tempat yang masih bisa kita lihat sampai sekarang. Setelah proses pembangunan yang memakan waktu kurang lebih enam tahun, akhirnya Bandara Soekarno-Hatta mulai mengoperasikan Terminal 1 pada Maret 1985.
3. Bandara Soekarno-Hatta saat ini

Menurut Kementerian Perhubungan, Bandara Soekarno-Hatta saat ini dikelola oleh PT Angkasa Pura Indonesia dengan kode IATA bertajuk CGK. PT Angkasa Pura Indonesia sendiri merupakan gabungan antara Angkasa Pura I dan Angkasa Pura II di bawah InJourney yang diresmikan pada 6 September 2024. Sejak pertama kali diresmikan hingga saat ini, Bandara Soekarno-Hatta masih jadi bandara paling sibuk di Indonesia dengan berbagai layanan rute domestik dan internasional.
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, total ada 3 terminal yang saat ini beroperasi di Bandara Soekarno-Hatta. Setelah Terminal 1 dan Terminal 2 dibuka pada tahun 1980—1990an, Terminal 3 Lama resmi beroperasi pada 2011, sementara Terminal 3 Ultimate pada 2016 silam. Sementara itu, Landasan Pacu 3 baru resmi dibuka pada Januari 2020.
Oh iya, mungkin masih ada yang menganggap kalau bandara ini berada di Jakarta. Faktanya, tanah yang ditempati Bandara Soekarno Hatta itu secara administrasi terletak di Kota Tangerang, Provinsi Banten yang berjarak kurang lebih 18 km dari batas Provinsi Jakarta. Adapun, kode IATA bandara ini, yakni CGK, merupakan akronim dari Cengkareng yang menandakan kawasan tempat Bandara Soekarno-Hatta pertama kali dibangun.
Maksudnya, pada saat pembangunan, tanah dari Bandara Soekarno-Hatta itu masih jadi bagian dari wilayah Jakarta. Namun, ada perubahan batas wilayah di kemudian hari sehingga wilayah Cengkareng saat ini berada di Jakarta Barat, sementara tanah tempat Bandara Soekarno-Hatta masuk dalam wilayah administrasi Tangerang. Uniknya, dulu kode IATA Bandara Soekarno-Hatta sempat ingin dinamakan JKT. Namun, karena sudah ada Bandara Kemayoran yang menggunakan kode tersebut, akhirnya CGK-lah yang digunakan sampai sekarang.
Soal nama, pastinya bandara yang satu ini mengambil nama dari dua proklamator kemerdekaan Indonesia, yakni Soekarno dan Mohammad Hatta. Pemberian nama tersebut bertujuan untuk menghormati jasa presiden dan wakil presiden pertama Indonesia setelah membantu perjuangan kemerdekaan Indonesia. Keren banget, kan, bandara terbesar kebanggaan masyarakat Indonesia ini? Kamu sendiri sudah pernah mampir ke Bandara Soekarno-Hatta belum, nih?


















