8 Sejarah Zona Waktu, dari Internasional Sampai ke Indonesia

Sistem zona waktu mulai muncul pada abad 19, tepatnya pada 1878. Sandford Fleming, arsitek Kanada, mengajukan adanya sebuah sistem yang dapat membuat seseorang mengetahui waktu lebih akurat.

Situs thoughtco.com menulis sistem itu diajukan dengan cara membagi dunia menjadi 24 zona waktu yang berjarak 15 derajat busur. Alasan penerapan sistem itu adalah karena bumi bergeser 15 derajat setiap jamnya atau 360 derajat dalam waktu 24 jam.

Fleming tidak secara tiba-tiba mengajukan sistem pembagian zona waktu itu. Dia melihat ada permasalahan nyata yang berhubungan dengan waktu pada zaman tersebut, yaitu isu kedatangan dan keberangkatan kereta api. Tak adanya standardisasi waktu menjadikan jadwal kereta api sangat membingungkan mengingat setiap pemberhentian di satu stasiun menggunakan waktu lokal yang berbeda.

Isu perbedaan waktu lokal ini sangat erat kaitannya dengan cahaya matahari. Pada zaman dulu, untuk menentukan waktu dibuatlah jam matahari yang memanfaatkan cahaya matahari. Sinar itu akan jatuh ke jam dan memberikan bayangan. Bayangan inilah yang dijadikan ukuran waktu pada masa itu.

Permasalahannya, seperti yang disampaikan situs timeanddate.com, rotasi bumi tidak konstan dan itu membuat cahaya matahari selalu berubah-ubah. Situasi Ini menjadikan ukuran waktu tidak pernah tepat dan mudah berubah saat masuk ke area yang lain, bahkan jika jaraknya hanya satu kota ke kota yang lain.

Tentu saja sistem zona waktu itu membawa banyak dampak perubahan dan bukan tidak mungkin membawa kekacauan bila tidak disepakati bersama-sama. Maka dari itu, dibuatlah konferensi besar bernama The International Meridian Conference yang dilaksanakan di Washington DC, Amerika pada Oktober 1884.

Dalam konferensi itu, disetujui bahwa garis meridian utama harus melewati Observatorium Greenwich di Inggris. Konferensi tersebut juga menetapkan Greenwich Mean Time (GMT) sebagai standar waktu dunia.

Di Indonesia, pemberlakuan zona waktu baru diaplikasikan pada 1908. Menurut situs historia.id, zona waktu diberlakukan di Hindia Belanda, nama Indonesia saat masa penjajahan Belanda, pada 6 Januari 1908.

Lewat dokumen bernama Gouvernements besluit, diakui pada saat itu Jawa Tengah dan Batavia (Jakarta) punya perbedaan waktu 12 menit. Itu mengartikan Batavia akan punya waktu lebih lambat 12 menit dari Jawa Tengah. Peraturan itu baru diresmikan pada 1 Mei 1908 dan hanya berlaku untuk pulau Jawa serta Madura.

Urusan zona waktu di Indonesia sempat berubah saat pemerintah Belanda menyerahkan kekuasaannya akan Hindia Belanda kepada Jepang. Dengan menyesuaikan kebutuhan militer serta propaganda yang sedang mereka lancarkan, Jepang mengubah zona waktu di Indonesia menjadi zona waktu Tokyo.

Itu menjadikan waktu di Jawa maju satu setengah jam dari sistem waktu sebelumnya. Peraturan tersebut diberlakukan dari 20 Maret 1942 dan berakhir pada 16 September 1945.

Tidak mudah menyesuaikan diri dengan perubahan zona waktu tersebut. Dilansir Historia, timbul berbagai permasalahan akibat pengubahan itu. Salah satunya adalah masalah salat subuh. Yang harusnya jam empat pagi, mundur menjadi 02:30 subuh.

Begitu pula dengan anak-anak yang bersekolah. Mereka harus bangun lebih pagi agar tidak telat datang.

Belanda sempat kembali menduduki Indonesia pada 1947 dan itu berakibat berubahnya kembali zona waktu di negara ini. Diputuskan secara sepihak, Belanda menjadikan Indonesia memiliki tiga zona waktu, yaitu GMT +6, GMT +7, dan GM +8. Papua dibedakan sendiri menjadi GMT +9.

Namun saat masuk 1950, pembagian zona itu diubah sesuai dengan undang-undang Republik Indonesia yang telah dibuat. Ada pun perubahan itu membuat zona waktu di Indonesia terbagi menjadi enam bagian, terkecuali Papua yang saat itu masih menjadi bagian dari Belanda.

Zona waktu Indonesia baru kembali menjadi tiga bagian saat memasuki 1963. Semenjak itu, zona waktu kita tak pernah berubah sama sekali sampai detik ini.

Tampaknya sederhana, tetapi jika melihat sejarahnya, mengubah sistem zona waktu tidaklah semudah yang kamu kira. Ada banyak kebiasaan berdasarkan waktu yang harus disesuaikan kembali dan itu cukup menyiksa. Menurutmu, apakah zona waktu Indonesia perlu diubah lagi?