4 Alasan Ilmiah Mengapa Kucing dan Anjing Tampak Sulit Akur

- Kucing dan anjing memiliki bahasa tubuh yang berbeda, sehingga sering salah menafsirkan perilaku satu sama lain.
- Anjing memiliki naluri berburu kuat, sementara kucing cenderung defensif, sehingga interaksi pertama sulit terbentuk.
- Kucing teritorial dan anjing ingin menjadi pemimpin kelompok, menyebabkan konflik wilayah dan dominasi.
Kucing dan anjing kerap digambarkan sebagai dua hewan peliharaan yang sulit sekali akur, sehingga menunjukkan perilaku yang tampak lucu, sekaligus menyebalkan. Ternyata hubungan antara kucing dan anjing tidak semata-mata didasari oleh rasa benci, melainkan karena perbedaan naluri, bahasa tubuh, hingga cara komunikasi yang dimiliki.
Memiliki hewan biasanya mudah salah paham terhadap perilaku yang ditunjukkan keduanya, padahal reaksi yang muncul sebetulnya merupakan bentuk alami dari pertahanan diri atau cara mereka berinteraksi. Oleh sebab itu, berikut ini merupakan beberapa alasan ilmiah mengapa kucing dan anjing seolah terlihat sulit akur.
1. Perbedaan bahasa tubuh dan cara komunikasi

Kucing dan anjing memiliki bahasa tubuh yang sangat berbeda, sehingga keduanya kerap kali menafsirkan perilaku satu sama lain dengan cara yang keliru. Contohnya anjing akan mengibaskan ekornya untuk menandakan kegembiraan, namun bagi kucing gerakan seperti itu justru diartikan sebagai kemarahan atau bentuk ancaman.
Cara keduanya menyapa juga saling bertolak belakang, sebab anjing cenderung mendekat dengan cepat, sedangkan kucing lebih menyukai pendekatan yang tenang dan perlahan. Pada saat ada anjing yang berlari ke kucing, maka hal itu kerap dianggap sebagai serangan, bukan sapaan.
2. Naluri alami sebagai predator dan mangsa

Secara evolusioner, anjing memiliki naluri berburu yang sangat kuat, sedangkan kucing cenderung memiliki sifat defensif terhadap setiap ancaman yang ada. Gerakan cepat dan gesit yang dilakukan kucing kerap memicu insting berburu pada anjing, sehingga membuatnya jadi ingin terus mengejar tanpa niat menyerang secara nyata.
Naluri dasar inilah yang kerap membuat interaksi pertama antara kucing dan anjing menjadi sulit terbentuk, sehingga dibutuhkan waktu dan pembiasaan. Dengan pelatihan yang tepat, maka anjing pun akan menekan naluri mengejarnya, sementara kucing bisa merasa lebih aman dan percaya di sekitar anjing.
3. Perbedaan wilayah dan dominasi

Kucing dikenal sebagai hewan yang sangat teritorial, sehingga mereka merasa memiliki dan melindungi ruang pribadi yang memang dianggap aman. Pada saat anjing memasuki wilayah tersebut, maka kucing akan secara otomatis merasa terancam dan kerap menunjukkan perilaku agresif untuk bisa mempertahankan wilayahnya.
Bukan hanya soal wilayah, namun kedua hewan ini juga memiliki cara berbeda untuk menunjukkan dominasi, sebab anjing cenderung ingin menjadi pemimpin kelompok dan kucing kerap menunjukkan kekuasaan melalui kontrol area dan tatapan. Pada saat keduanya berusaha mempertahankan posisi, maka gesekan pun kerap tidak terhindarkan.
4. Pengalaman buruk di masa lalu

Seperti halnya manusia, hewan juga bisa membentuk persepsi dari pengalaman masa lalu yang kurang mengenakkan. Kucing yang pernah dikejar atau digigit anjing akan terus menyimpan rasa takut dan kewaspadaan tinggi terhadap spesies tersebut.
Memperkenalkan kembali kedua hewan yang memang pernah memiliki pengalaman negatif jelas memerlukan waktu dan kesabaran, sehingga harus bisa menciptakan lingkungan yang aman dan positif bagi keduanya. Dengan latihan yang konsisten dan pendekatan secara bertahap, maka kunci dan anjing bisa belajar menghapus trauma lama dan membangun hubungan yang lebih damai.
Kucing dan anjing sebetulnya tidak benar-benar menjadi musuh alami. Mereka hanya memiliki cara pandang dan proses komunikasi yang berbeda, namun jika pemiliknya paham alasan dibalik perilaku keduanya, maka proses adaptasi pun bisa berjalan dengan lebih mudah dan harmonis. Jadi ketidakakuran mereka bukanlah takdir, melainkan tantangan yang dapat diatasi dengan penuh kasih sayang!


















