Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Alasan Kenapa Membakar Sampah Bukan Solusi yang Baik

Pexels/Lisa Fotios
Pexels/Lisa Fotios

Menurutmu ada berapa banyak sampah yang kita hasilkan setiap harinya? Satu truk sampah? Percayalah, jumlahnya lebih dari itu. Lebih menyedihkan lagi karena kita tak sepenuhnya bisa mengelola sampah-sampah tersebut dan pada akhirnya membiarkan mencemari lingkungan kita.

Salah satu cara yang paling sering dilakukan orang untuk benar-benar menyingkirkan sampah adalah dengan membakarnya. Akan tetapi, hal ini perlu dipertanyakan kembali; Apakah solusi tersebut baik? Apa yang terjadi jika kita, semua manusia, membakar semua sampah yang kita buat? Berikut ini adalah penjelasan ilmiahnya.

1. Menimbulkan banyak asap yang mencemari udara

Pexels/Kai Dewitt
Pexels/Kai Dewitt

Membakar sampah memang menghilangkan sampah itu sepenuhnya. Hanya saja, kamu perlu bersiap untuk konsekuensinya, yaitu mendapati asap yang tak karuan banyaknya.

Asap yang diciptakan dan kita hirup dari pembakaran sampah bisa meninggikan risiko kemunculan kanker pada tubuh kita. Diperkirakan 4,2 juta kematian prematur di 2016 disumbang akibat polusi di sekitar kita. Saat ini setidaknya 41 persen sampah dunia dihilangkan dengan cara dibakar.

2. Abu juga turut bercampur di udara

Unsplash/Collab Media
Unsplash/Collab Media

Permasalahan asap ini sempat coba diselesaikan dengan adanya tempat pembakaran industrial yang memiliki cerobong sangat tinggi. Beberapa tempat macam ini ada di Asia dan Eropa. Diharapkan cerobong tersebut bisa membantu orang-orang untuk tidak menghirupnya.

Kenyataannya walaupun demikian, asap pembakaran sampah tetap memberikan polusi udara. Malahan hasil pembakaran itu menciptakan abu yang beterbangan di udara dan itu sangat beracun bila terhirup.

Earthjustice melaporkan bahwa abu yang terhirup bisa memicu kambuhnya asma, peradangan, hingga reaksi imunologi. Yang lebih parah, abu tersebut bisa memicu kanker. Di Singapura, abu-abu tersebut yang begitu banyak sampai bisa dijadikan pulau buatan.

3. Gas buangan hasil pembakaran mengandung banyak dioksin yang berbahaya

Unsplash/ Agustín Ljósmyndun
Unsplash/ Agustín Ljósmyndun

Selain abu, hasil pembakaran sampah juga menciptakan gas buangan yang di dalamnya terdapat banyak kandungan dioksin. Dioksin sendiri merupakan komponen yang terkenal beracun dan memiliki sifat karsinogenik atau pemicu kanker.

Beberapa negara telah memberlakukan peraturan ketat yang menuntut pabrik atau pengelola pembakaran tersebut untuk memiliki penyaring udara. Tujuannya tak lain adalah agar kandungan dioksin asap tersebut berkurang. Sayangnya, tak semua negara kuat dalam memberlakukan aturan tersebut, sehingga masih ada tempat pembakaran yang sangat kotor dan asapnya penuh dengan dioksin.

4. Pembakaran sampah organik menimbulkan tambahan emisi karbon dioksida

Unsplash/ Collab Media
Unsplash/ Collab Media

Fakta menarik lainnya adalah asap pembakaran sampah organik ternyata banyak mengandung karbon dioksida. Setidaknya ada 400 kg karbon dioksida yang dilepaskan ke udara setiap jamnya. Tercatat pada 2016, Amerika diperkirakan menghasilkan 12 juta ton karbon dioksida.

Wisconsin Department of Health Services menginformasikan paparan karbon dioksida kepada tubuh memberikan banyak efek negatif kepada kesehatan. Beberapa gejala yang bisa muncul saat menghirupnya adalah sakit kepala, pusing, susah bernapas, naiknya tekanan darah, dan banyak lagi.

5. Pembakaran sampah memang bisa dipakai untuk menciptakan energi listrik, tetapi tetap memberikan pencemaran

Wikimedia Commons/Norbert Nagel
Wikimedia Commons/Norbert Nagel

Swedia adalah salah satu negara yang mencoba memanfaatkan pembakaran sampah mereka. Setengah dari sampah mereka masuk ke dalam tempat pembakaran dan diubah menjadi energi untuk membangkitkan listrik di sana. Setidaknya 8,5 persen listrik di sana diciptakan dari pembakaran tersebut.

National Geographic melaporkan bahwa pembakaran sampah lewat tempat-tempat industri tetap memberikan pencemaran, walau jumlahnya lebih sedikit ketimbang pembakaran biasa di sembarang tempat. Ini pun dengan syarat ada aturan ketat dari pemerintah terhadap perusahaan-perusahaan tersebut agar peduli ke lingkungannya.

6. Cara terbaik membakar sampah adalah melalui pyrolysis dan gasifikasi

Flickr/Asian Development Bank
Flickr/Asian Development Bank

Mengingat pembakaran sampah masih dirasa kurang efektif dalam mengurangi sampah serta polusi, orang-orang mencoba cara lain. National Geographic menyebutkan bahwa cara paling efektif memusnahkan sampah adalah melalui teknik gasifikasi dan pyrolysis.

Gasifikasi merupakan proses pelelehan plastik dengan temperatur sangat tinggi yang hampir tidak memiliki oksigen. Keabsenan oksigen ini membuat racun semacam dioksin tidak terbentuk. Hasil dari pembakaran ini adalah terbentuknya gas sintetis yang bisa dipakai menyalakan turbin. Sayangnya, secara keseluruhan, gas alam masih lebih murah ketimbang produksi gas sintetis ini, sehingga kurang diinginkan orang-orang.

Solusi kedua adalah pyrolysis. Di teknik ini, sampah plastik diparut dan dilelehkan dengan suhu tinggi yang lebih rendah daripada gasifikasi, namun dengan keberadaan oksigen yang lebih sedikit pula. Panas tersebut memecah polimer plastik menjadi hidrokarbon yang lebih kecil dan dapat disuling menjadi bahan bakar diesel serta produk petrokimia lainnya.

7. Masih mencari teknologi yang tepat untuk menghilangkan sampah

Unsplash/Sigmund
Unsplash/Sigmund

PBS melaporkan bahwa di Amerika, 31 fasilitas pembakaran sampah telah tutup sejak tahun 2000 dengan berbagai penyebab. Mulai dari kurangnya pemasukan hingga tidak mampu mengembangkan fasilitasnya. Ini membuktikan bagaimana membakar sampah bukan solusi yang efektif, mengingat ada banyak dana pula yang diperlukan.

Hingga saat ini, orang-orang masih mencari cara terbaik untuk menghilangkan sampah-sampah yang ada. Yang paling bisa diaplikasikan adalah melakukan daur ulang. Belum diketahui langkah terbaik apa yang bisa didapatkan di kemudian hari.

Jadi, kesimpulannya pembakaran bukan jalan yang baik untuk meniadakan sampah. Menurutmu, apa cara terbaik mengatasi sampah, tanpa merusak lingkungan dan tidak merugikan kita?

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Bayu D. Wicaksono
Achmad Fatkhur Rozi
3+
Bayu D. Wicaksono
EditorBayu D. Wicaksono
Follow Us