Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apa yang Terjadi Jika Semua Orang di Dunia Punya IQ di Atas 200?

pexels-diva-plavalaguna-6147031.jpg
ilustrasi beberapa orang sedang berdiskusi (pexels.com/Diva Plavalaguna)
Intinya sih...
  • Orang-orang punya umur lebih panjang dan hidup lebih sehat
  • Tantangan kriminalitas yang baru
  • Ledakan masalah kesehatan mental
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Pernahkah kamu membayangkan, bagaimana jadinya dunia kalau semua orang punya IQ di atas 200? Sebagai gambaran, IQ 200 itu setara atau bahkan lebih tinggi dari tokoh-tokoh jenius dunia seperti Albert Einstein, Leonardo da Vinci, atau Isaac Newton. Ini level kejeniusannya bukan main, dan jika semua manusia punya kemampuan secerdas itu, tentu dunia akan jadi tempat yang sangat berbeda dari sekarang.

Namun, perubahan itu tidak selalu berarti lebih baik dalam semua aspek. Yuk, kita bahas apa saja kemungkinan yang akan terjadi jika setiap orang di planet ini adalah jenius sejati!

1. Orang-orang punya umur lebih panjang dan hidup lebih sehat

Salah satu dampak positif yang cukup jelas adalah kualitas hidup manusia akan meningkat drastis. Orang-orang dengan IQ tinggi cenderung hidup lebih lama dan lebih sehat. Studi besar dari Skotlandia yang dimulai sejak tahun 1932 menunjukkan bahwa anak-anak dengan IQ 15 poin di atas rata-rata memiliki kemungkinan hidup 21 persen lebih lama. (BMJ, 2001)

Kalau semua orang punya IQ di atas 200, artinya hampir semua dari kita bisa hidup lebih panjang dan sehat. Selain itu, akan ada lebih banyak orang pintar yang mampu menjadi dokter, peneliti, dan ilmuwan. Dengan begitu, inovasi medis akan lebih cepat berkembang dan pengobatan untuk penyakit-penyakit kompleks bisa ditemukan lebih cepat.

2. Tantangan kriminalitas yang baru

Kriminalitas kecil mungkin akan berkurang, tapi kejahatan kerah putih seperti manipulasi finansial atau penipuan farmasi bisa jadi makin canggih. Untungnya, penegak hukum juga akan jauh lebih pintar. Jadi, pertarungannya akan setara: antara penjahat jenius dan penegak hukum jenius.

Namun, di sisi lain, dengan 7 miliar otak super, kemungkinan besar teknologi dan solusi untuk masalah global seperti krisis energi atau kelangkaan air bersih bisa ditemukan jauh lebih cepat. Dunia mungkin tidak jadi utopia sempurna, tapi bisa jadi jauh lebih efisien.

3. Ledakan masalah kesehatan mental

ilustrasi seorang pria mengalami depresi (Pexels.com/Andrew Neel)
ilustrasi seorang pria mengalami depresi (Pexels.com/Andrew Neel)

Sayangnya, ada satu sisi gelap dari kecerdasan tinggi: hubungan antara IQ tinggi dan penyakit mental. Banyak tokoh jenius yang punya riwayat gangguan mental, seperti Nikola Tesla dan Emily Dickinson. Penelitian menunjukkan bahwa orang dengan IQ tinggi punya risiko lebih besar mengalami gangguan kecemasan atau bipolar.

Salah satu studi dari University of Glasgow menemukan bahwa orang-orang yang punya skor IQ tinggi sejak kecil cenderung lebih rentan terhadap ciri-ciri mania saat dewasa. Jadi, jika semua orang punya IQ tinggi, masalah kesehatan mental bisa jadi makin banyak dan kompleks.

4. Kepercayaan agama bisa menurun

Ada kecenderungan bahwa semakin tinggi IQ seseorang, semakin kecil kemungkinan mereka berpegang pada keyakinan religius yang kuat. Hal ini karena orang yang sangat cerdas cenderung mengandalkan logika dan penalaran ketimbang kepercayaan berbasis iman.

Namun, bukan berarti semua orang jenius akan meninggalkan agama. Sejarah juga mencatat banyak tokoh cerdas yang juga sangat religius. Namun, secara umum, akan terjadi pergeseran cara pandang manusia terhadap dunia dan kehidupan.

5. Pendidikan dan karier berubah total

Sekolah seperti yang kita kenal saat ini akan jadi kuno. Orang-orang bisa mempelajari hal kompleks dalam waktu singkat, dan sistem belajar bisa sangat personal, disesuaikan dengan minat dan kemampuan masing-masing individu. Profesi pun akan jadi lebih variatif, dan mungkin muncul bidang-bidang kerja baru yang belum pernah ada sebelumnya. Rutinitas kerja akan beralih ke pemecahan masalah dan kreativitas, karena pekerjaan biasa bisa diselesaikan dengan mudah oleh “otak super”.

6. Inovasi ilmiah dan teknologi melaju kilat

ilustrasi ilmuwan melihat mikroskop (pexels.com/RDNE Stock project)
ilustrasi ilmuwan melihat mikroskop (pexels.com/RDNE Stock project)

Proyek-proyek sains yang biasanya makan waktu puluhan tahun, mungkin bisa diselesaikan dalam hitungan minggu. Bayangkan jika setiap orang di Bumi bisa memahami sains, teknologi, dan matematika tingkat tinggi, kita bisa saja menemukan cara efisien untuk menjernihkan air laut, energi alternatif tanpa batas, atau bahkan menjelajah galaksi lain. Dunia akan melaju ke masa depan dalam kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

7. Interaksi sosial jadi lebih rumit

Menariknya, walaupun semua orang cerdas, bukan berarti komunikasi antar manusia jadi lebih gampang. Orang dengan IQ tinggi kadang kesulitan dalam hal empati dan emosi. Bisa jadi interaksi sosial terasa lebih “berat” karena semua orang menuntut pemahaman cepat dan diskusi mendalam. Namun, di sisi lain, debat dan konflik karena ketidaktahuan bisa berkurang, karena diskusi akan lebih rasional.

Jadi, jika seluruh manusia memiliki IQ di atas 200, dunia bisa jadi lebih sehat, lebih inovatif, dan penuh keajaiban teknologi, tapi juga lebih kompleks dari sisi sosial dan emosional. Kecerdasan bukan jaminan dunia jadi lebih damai, tapi tetap bisa jadi alat hebat untuk memperbaiki banyak hal, asal digunakan dengan bijak. Kalau kamu sendiri, lebih pilih hidup di dunia seperti sekarang, atau dunia penuh orang jenius tapi penuh tantangan baru?

Referensi

BBC Future. Diakses pada Agustus 2025. Has Humanity Reached Peak Intelligence?
Live Science. Diakses pada Agustus 2025. How Did Humans Get to Be So Smart?
The Guardian. Diakses pada Agustus 2025. Intelligence, Creativity and Bipolar Disorder May Share Underlying Genetics
TopTenz. Diakses pada Agustus 2025. 10 Things That Would Happen if Everyone Was a Literal Genius
Whalley, L. J., & Deary, I. J. (2001). Longitudinal cohort study of childhood IQ and survival up to age 76. BMJ, 322(7290), 819. https://doi.org/10.1136/bmj.322.7290.819

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Achmad Fatkhur Rozi
EditorAchmad Fatkhur Rozi
Follow Us