Apakah Hewan Bisa Bersedih? Ini Penjelasan Para Ilmuwan

Apakah kalian ingat kisah Hachiko? Dikisahkan Hachiko merupakan seekor anjing yang sangat setia pada majikannya. Setiap hari Hachiko menjemput majikannya di stasiun Shibuya setelah pulang bekerja.
Hingga suatu hari majikannya sakit dan meninggal saat bekerja, Hachiko masih setia menunggu majikannya pulang selama kurang lebih sembilan tahun. Selama sembilan tahun itu Hachiko diceritakan merasa sedih karena tidak menemukan majikannya hingga akhirnya Hachiko sakit dan meninggal.
Dari kisah Hachiko, muncul pertanyaan apakah hewan memiliki rasa sedih? Faktanya, beberapa ilmuwan telah melakukan pengamatan untuk mengetahui apakah hewan memiliki rasa sedih? Mengutip laman Livescience, Berikut ini beberapa penjelasan para ilmuwan.
1. Temuan kasus nyata pada hewan liar

Pada tahun 1972 terdapat seekor simpanse dari hutan hujan Tanzania yang bernama Flo mati. Anak dari Flo, yang bernama Flint mengalami perubahan perilaku setelah ibunya mati. Flint berubah menjadi lesu, kehilangan nafsu makan, dan terisolasi dari gerombolan simpanse lainnya.
Jane Goodall, seorang ahli primata mengatakan “Dia jarang makan, dan pada akhir minggu ketiga telah kehilangan lebih dari sepertiga berat badannya.” Kemudian Goodall melaporkan bahwa Flint mati setelah satu bulan ibunya mati.
Selain temuan kasus pada simpanse ini, para ilmuwan telah menemukan dan mencatat kasus lainnya pada hewan lain yang menunjukkan perilaku aneh setelah kerabat atau temannya mati.
2. Temuan kasus nyata pada hewan peliharaan

Stefania Uccheddu, seorang dokter hewan dan peneliti di Klinik dan Laboratorium Hewan San Marco di Italia, menceritakan sebuah kasus pada seekor anjing yang menjadi pasien di kliniknya bahwa anjing tersebut kehilangan nafsu makannya.
Dari hasil pemeriksaan sampel darah dari anjing tersebut, tidak ditemukan masalah medis yang dapat menyebabkan anjing tersebut menjadi kehilangan nafsu makannya.
Namun, diketahui satu minggu yang lalu saudara anjing ini telah mati. Setelah mengetahui kejadian ini, Uccheddu mulai mengadakan pengamatan terkait kematian anjing, selanjutnya didapatkan fakta bahwa muncul perilaku seperti kesedihan pada anjing ketika teman atau saudara mereka mati.
Perilaku itu ditunjukkan dengan lebih banyak tidur, hilang nafsu makan, dan tidak terlalu banyak melakukan aktivitas/bermain.
3. Konsep rasa sedih pada hewan

Sebenarnya tidak ada definisi atau batasan untuk digunakan sebagai acuan bahwa seekor hewan dikatakan memiliki rasa sedih atau tidak. Namun, untuk dapat menjawab pertanyaan apakah hewan bersedih? Barbara J. King, seorang antropolog membuat definisinya sendiri tentang rasa sedih pada hewan.
Dalam bukunya yang berjudul “Bagaimana Hewan Berduka” Barbara J. King menjelaskan bahwa kesedihan dapat diterjemahkan melalui perubahan fungsi penting, seperti pola makan, tidur, dan bersosialisasi yang dipicu oleh kematian.
4. Kesimpulan

Melihat dari temuan kasus di lapangan mengenai perubahan perilaku pada hewan setelah peristiwa kematian atau kehilangan serta berdasarkan pada definisi yang dibuat oleh Barbara J. King, dapat dikatakan bahwa hewan merasakan sebuah kesedihan dari faktor pemicu berupa kehilangan dari sebuah kematian saudara atau kerabat dari hewan tersebut. Karena dari temuan kasus di lapangan, terdapat perubahan perilaku pada hewan simpanse dan anjing setelah kerabatnya mati.
5. Pesan penting

Dengan kesimpulan bahwa hewan merasakan kesedihan dari definisi yang dibuat oleh Barbara J. King tadi, maka di sini ada pesan penting yang ditujukan untuk umat manusia. Seharusnya umat manusia lebih peduli terhadap dampak kemanusiaan di planet bumi ini atas segala tindakan yang berdampak pada keberlangsungan ekosistem seperti perburuan liar, perusakan habitat hutan, pencemaran polusi, dan masih banyak yang lainnya.
Demikianlah penjelasan para ilmuwan mengenai pertanyaan apakah hewan bisa merasakan kesedihan. Dengan pendekatan ilmiah dapat dikatakan benar bahwa hewan bisa merasakan kesedihan.