Referensi
Longrich, N. R., Tokaryk, T., & Field, D. J. (2011). Mass extinction of birds at the Cretaceous–Paleogene (K–Pg) boundary. Proceedings of the National Academy of Sciences, 108(37), 15253–15257. https://doi.org/10.1073/pnas.1110395108
National Geographic. Diakses pada Agustus 2025. How Did Dino-Era Birds Survive the Asteroid ‘Apocalypse’?
Natural History Museum. Diakses pada Agustus 2025. Why Are Birds the Only Surviving Dinosaurs?
Science.org. Diakses pada Agustus 2025. Quaillike Creature Was the Only Bird to Survive the Dinosaur-Killing Asteroid Impact
Smithsonian Magazine. Diakses pada Agustus 2025. Why Birds Survived and Dinosaurs Went Extinct After Asteroid Hit Earth
The Conversation. Diakses pada Agustus 2025. How Did Birds Survive While Dinosaurs Went Extinct?
Bagaimana Burung Berhasil Bertahan dari Kepunahan Dinosaurus?

- Burung berasal dari kelompok dinosaurus pemakan daging kecil, bukan dari yang berukuran raksasa.
- Kepunahan massal disebabkan oleh tumbukan asteroid di Chicxulub, Meksiko, dan aktivitas gunung berapi besar.
- Burung memiliki tubuh kecil dan hemat energi, diet fleksibel, sayap penting untuk bertahan hidup, tulang ringan, sistem pernapasan efisien, dan strategi reproduksi yang cepat.
Kisah kepunahan dinosaurus memang sudah sering kita dengar. Sekitar 66 juta tahun lalu, hewan raksasa yang pernah menguasai Bumi itu lenyap akibat bencana besar. Namun, yang jarang disadari, ada satu kelompok dinosaurus yang berhasil bertahan: burung. Ya, burung yang kita lihat setiap hari di sekitar kita adalah keturunan langsung dari dinosaurus pemakan daging kecil.
Lalu, apa yang membuat burung bisa selamat, sementara sepupu-sepupu dinosaurus mereka punah? Jawabannya ada pada kombinasi unik dari tubuh, gaya hidup, dan kemampuan adaptasi mereka. Mari kita bahas lebih dalam.
1. Asal usul burung dari theropoda
Burung berasal dari kelompok dinosaurus pemakan daging yang disebut theropoda, sama seperti keluarga Tyrannosaurus rex. Bedanya, burung berevolusi dari theropoda kecil berbulu, bukan dari yang berukuran raksasa. Fosil burung tertua berusia lebih dari 150 juta tahun, memperlihatkan bentuk mirip dinosaurus kecil berbulu dengan gigi tajam. Namun, seiring waktu, burung kehilangan gigi mereka dan berevolusi menjadi berparuh. Bisa bayangkan kalau merpati zaman sekarang masih punya gigi runcing?
2. Bencana besar
Kepunahan massal di akhir periode Kapur (Cretaceous-Paleogene atau K-Pg) disebabkan oleh tumbukan asteroid di Chicxulub, Meksiko, ditambah aktivitas gunung berapi besar dan perubahan iklim ekstrem. Kombinasi ini memicu kebakaran hutan, “musim dingin nuklir” akibat debu yang menutupi matahari, suhu global yang anjlok, hingga runtuhnya rantai makanan.
Dinosaurus non-unggas, yang berukuran besar dan sangat bergantung pada ekosistem stabil, tidak mampu bertahan. Tubuh mereka butuh makanan banyak, sementara sumber daya mendadak hilang. Nah, di sinilah burung punya keunggulan.
3. Tubuh kecil dan hemat energi

Burung pada masa itu umumnya berukuran kecil sehingga kebutuhan makan mereka jauh lebih sedikit dibanding dinosaurus raksasa. Metabolisme burung yang berdarah panas (endoterm) juga membuat mereka bisa bertahan di kondisi dingin dan gelap setelah tumbukan asteroid. Dengan tubuh mungil, burung juga bisa mencari tempat perlindungan di semak, pepohonan, bahkan lubang-lubang kecil yang tidak bisa dimanfaatkan dinosaurus besar.
4. Diet fleksibel
Burung terkenal sebagai pemakan segala. Sejak awal evolusinya, banyak burung bisa makan biji, serangga, hewan kecil, bahkan bangkai. Bandingkan dengan dinosaurus besar yang hanya bisa makan tumbuhan tertentu atau daging segar. Saat ekosistem kolaps, makanan besar habis, tapi biji-bijian dan serangga kecil masih bisa bertahan, itulah yang jadi “penyelamat” burung.
5. Sayap yang sangat penting untuk bertahan hidup
Kemampuan terbang memberi burung keuntungan besar. Mereka bisa kabur dari area yang tidak ramah, bermigrasi ke tempat baru, dan cepat memanfaatkan habitat yang masih layak huni. Mobilitas ini membantu burung mengurangi persaingan, menyebar ke berbagai wilayah, bahkan menemukan “zona aman” dari dampak bencana global.
6. Tulang ringan dan sistem pernapasan efisien

Burung memiliki rangka ringan dengan tulang berongga serta sistem pernapasan yang sangat efisien. Struktur ini memungkinkan mereka tetap bisa bertahan meski atmosfer penuh debu dan oksigen menurun setelah tumbukan asteroid. Sementara banyak hewan lain mati karena stres pernapasan, burung punya “mesin tubuh” yang lebih tangguh.
7. Strategi reproduksi yang cepat
Burung bertelur dan mampu berkembang biak lebih cepat dibanding dinosaurus besar yang butuh waktu lama untuk tumbuh. Dengan siklus hidup singkat, populasi burung bisa pulih lebih cepat setelah bencana. Sarang yang tersembunyi juga membantu melindungi anak burung dari kondisi ekstrem.
Selamatnya burung dari kepunahan massal bukanlah kebetulan, melainkan hasil dari adaptasi dan fleksibilitas evolusi. Hari ini, burung bukan sekadar penyintas, tapi juga warisan hidup dinosaurus. Mereka membawa jejak nenek moyang purba sekaligus menjadi bukti bahwa kadang, yang kecil dan lincah justru lebih mampu bertahan dari badai kehidupan.