Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenapa saat Cuaca Panas Kita Jadi Cepat Marah?

kenapa saat cuaca panas kita jadi cepat marah?
ilustrasi marah (pexels.com/ Andrea Piacquadio)
Intinya sih...
  • Otak kehilangan keseimbangan dalam mengatur emosi
  • Perubahan suhu mengacaukan keseimbangan hormon
  • Dehidrasi mengganggu fungsi otak dan stabilitas emosi
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Cuaca panas sering kali membuat tubuh terasa lemas, kulit lengket, dan kepala terasa berat. Namun, yang menarik, kondisi ini juga kerap membuat seseorang lebih mudah tersulut emosi meski tanpa alasan jelas. Suhu udara yang meningkat ternyata berpengaruh langsung terhadap cara tubuh dan otak berfungsi.

Saat tubuh harus bekerja keras menjaga suhu agar tetap stabil, sistem pengendali emosi juga ikut terdampak. Reaksi marah yang muncul bukan sekadar perasaan, melainkan respons biologis yang kompleks. Berikut beberapa penjelasan ilmiah mengapa cuaca panas dapat membuat seseorang cepat marah.

1. Otak kehilangan keseimbangan dalam mengatur emosi

ilustrasi emosi (pexels.com/Nicola Barts)
ilustrasi emosi (pexels.com/Nicola Barts)

Ketika udara panas, tubuh berusaha menstabilkan suhu agar tidak melebihi batas normal. Proses ini melibatkan sistem saraf dan membutuhkan energi yang besar. Saat energi tubuh lebih banyak digunakan untuk menjaga keseimbangan suhu, bagian otak yang berfungsi mengatur emosi kehilangan sebagian kapasitasnya. Kondisi ini membuat pengendalian diri menjadi lebih lemah sehingga seseorang lebih mudah bereaksi berlebihan terhadap hal kecil.

Panas juga memengaruhi aliran darah ke otak. Ketika pembuluh darah melebar untuk melepaskan panas, pasokan oksigen ke area tertentu dalam otak bisa berkurang. Akibatnya, bagian otak yang bertugas mengendalikan impuls bekerja kurang optimal, sementara bagian yang menimbulkan reaksi emosional menjadi lebih aktif. Hasilnya, seseorang menjadi lebih mudah tersinggung dan sulit berpikir jernih.

2. Perubahan suhu mengacaukan keseimbangan hormon

ilustrasi marah (pexels.com/Keira Burton)
ilustrasi marah (pexels.com/Keira Burton)

Tubuh manusia memiliki sistem hormonal yang sensitif terhadap perubahan suhu. Ketika suhu meningkat, produksi hormon stres seperti kortisol ikut naik karena tubuh menafsirkan panas berlebih sebagai tekanan. Kortisol yang tinggi membuat tubuh siaga terus-menerus, menimbulkan rasa gelisah, tegang, dan mudah tersulut emosi. Semakin lama tubuh berada dalam kondisi ini, semakin mudah emosi negatif muncul tanpa sebab yang jelas.

Selain itu, kadar serotonin yakni senyawa yang menjaga kestabilan suasana hati  dapat menurun saat tubuh terpapar panas dalam waktu lama. Penurunan serotonin membuat seseorang sulit merasa tenang dan mudah terganggu oleh rangsangan kecil. Kombinasi antara peningkatan hormon stres dan penurunan hormon penenang inilah yang menjadikan cuaca panas terasa lebih menekan secara emosional.

3. Dehidrasi mengganggu fungsi otak dan stabilitas emosi

ilustrasi dehidrasi (vecteezy.com/johnstocker)
ilustrasi dehidrasi (vecteezy.com/johnstocker)

Cuaca panas membuat tubuh cepat kehilangan cairan melalui keringat. Ketika cairan tubuh berkurang, volume darah menurun, sehingga pasokan oksigen dan glukosa ke otak ikut berkurang. Otak yang kekurangan asupan energi akan bekerja lebih lambat dan sulit mengatur emosi. Akibatnya, seseorang menjadi mudah lelah, sulit fokus, dan lebih cepat merasa marah.

Selain itu, dehidrasi memengaruhi keseimbangan elektrolit seperti natrium dan kalium yang penting bagi kerja sel saraf. Ketika keseimbangannya terganggu, sinyal antar sel otak tidak berjalan lancar sehingga pengaturan suasana hati ikut kacau. Karena itu, ketika merasa mudah tersinggung di cuaca panas, penyebabnya sering kali sederhana: otak sedang kekurangan cairan untuk bekerja secara optimal.

4. Gangguan tidur mengubah cara otak merespons stres

ilustrasi gangguan tidur (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi gangguan tidur (pexels.com/cottonbro studio)

Suhu tinggi di malam hari membuat tubuh sulit menurunkan suhu inti yang dibutuhkan untuk tidur nyenyak. Akibatnya, waktu tidur berkurang dan kualitasnya menurun. Ketika tidur tidak cukup, tubuh kehilangan kemampuan alami untuk memulihkan sistem saraf dan menyeimbangkan hormon. Efeknya tidak hanya rasa lelah, tetapi juga penurunan kemampuan otak untuk mengendalikan stres dan emosi.

Tidur yang terganggu juga membuat otak lebih sensitif terhadap tekanan kecil. Suara bising, antrean panjang, atau hal sepele lain terasa lebih menjengkelkan dibanding biasanya. Kondisi ini membentuk lingkaran yang berulang: cuaca panas membuat sulit tidur, tidur yang buruk meningkatkan stres, lalu stres memperkuat rasa marah saat siang hari.

5. Lingkungan panas meningkatkan tekanan sosial dan psikologis

kenapa saat cuaca panas kita jadi cepat marah?
ilustrasi cuaca panas (pexels.com/David Brown)

Cuaca panas tidak hanya memengaruhi tubuh, tetapi juga cara seseorang berinteraksi dengan lingkungan. Ketika udara terasa menekan, orang cenderung mencari kenyamanan dengan berebut ruang, pendingin udara, atau tempat teduh. Situasi ini menciptakan ketegangan sosial yang membuat suasana semakin tidak nyaman. Dalam kondisi seperti itu, jarak emosional antarindividu menjadi lebih pendek dan reaksi marah lebih cepat muncul.

Secara psikologis, panas juga dapat menurunkan toleransi terhadap ketidaknyamanan. Hal-hal yang biasanya bisa diterima dengan sabar menjadi terasa mengganggu. Ketika banyak orang berada dalam kondisi tertekan secara bersamaan, efeknya meluas menjadi suasana sosial yang lebih tegang. Itulah mengapa di tempat yang padat dan panas, potensi konflik cenderung meningkat tanpa alasan yang tampak jelas.

Cuaca panas ternyata tidak hanya menguji ketahanan fisik, tetapi juga kestabilan emosi. Panas memengaruhi cara tubuh bekerja, dari otak hingga hormon, yang pada akhirnya berdampak pada suasana hati. Jadi, jika kamu merasa lebih mudah marah saat udara sedang terik, mungkin tubuhmu sedang berusaha keras menjaga keseimbangan yang tak kasatmata. Pernahkah kamu merasakan hal yang sama ketika suhu di sekitarmu terasa terlalu tinggi?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hella Pristiwa
EditorHella Pristiwa
Follow Us

Latest in Science

See More

3 Tanda-Tanda Tsunami, Kenali dan Pahami Cara Menghadapinya

05 Nov 2025, 14:09 WIBScience