Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Daftar Gunung Emas di Indonesia, Rawan Penambangan Ilegal

ilustrasi tambang emas Grasberg, Papua (commons.wikimedia.org/Richarderari)
ilustrasi tambang emas Grasberg, Papua (commons.wikimedia.org/Richarderari)
Intinya sih...
  • Indonesia kaya akan sumber daya alam, termasuk emas yang tersebar di berbagai penjuru nusantara.
  • Tambang Grasberg memiliki cadangan bijih emas senilai USD40 miliar, Gunung Botak menjadi kawasan tambang emas tradisional yang padat dan tak terkendali.
  • Kegiatan penambangan di Gunung Tumpang Pitu mengancam ekosistem laut, banjir lumpur, dan air irigasi masyarakat.

Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam, termasuk emas yang tersebar di berbagai penjuru nusantara. Kekayaan ini tak hanya tersimpan di dalam perut bumi, tetapi juga di balik pegunungan yang menjulang tinggi.

Sejumlah gunung di Indonesia bahkan dijuluki sebagai “gunung emas” karena menyimpan cadangan emas dalam jumlah besar, baik yang telah dieksplorasi oleh perusahaan tambang maupun yang masih dikelola secara tradisional oleh masyarakat. Artikel ini akan mengulas daftar gunung-gunung emas di Indonesia, mulai dari tambang raksasa di Papua hingga wilayah tambang rakyat di Kalimantan.

1. Gunung Grasberg di Papua

Emas batangan dengan kemurnian 99,99 persen yang diproduksi PT Freeport Indonesia (PTFI) untuk PT Aneka Tambang Tbk (Antam). (dok. PTFI)
Emas batangan dengan kemurnian 99,99 persen yang diproduksi PT Freeport Indonesia (PTFI) untuk PT Aneka Tambang Tbk (Antam). (dok. PTFI)

Kisah tambang Grasberg dimulai pada pertengahan tahun 1930-an ketika penjajah Belanda menemukan endapan tembaga di gletser Pegunungan Jayawijaya, Papua. Operasi penambangan dimulai pada tahun 1972, namun tambang tersebut sebagian besar telah habis pada pertengahan tahun 1980-an.

Baru pada tahun 1988 ketika PT Freeport Indonesia (anak perusahaan Freeport-McMoRan Copper & Gold, Inc.,) mulai mengeksplorasi endapan tambahan di area tersebut, mereka menemukan bahwa lokasi tersebut berpotensi menjadi lokasi yang sangat menguntungkan.

Diperkirakan memiliki cadangan bijih emas senilai USD40 miliar, tambang Grasberg telah mencapai status mistis, mendapatkan gelar tambang penghasil emas terbesar dan paling menguntungkan yang pernah ada.

2. Gunung Botak, Maluku

Emas di Gunung Botak pertama kali mencuat ke publik sekitar tahun 2011, saat warga setempat menemukan butiran emas di kawasan perbukitan tandus di Desa Dava, Kecamatan Waeapo, Kabupaten Buru. Penemuan ini cepat menyebar dari mulut ke mulut, sehingga menarik ribuan penambang dari berbagai daerah di Indonesia untuk datang dan mencoba peruntungan.

Ledakan kedatangan penambang rakyat ini menyebabkan Gunung Botak berubah drastis menjadi kawasan tambang emas tradisional yang sangat padat dan tak terkendali. Aktivitas penambangan liar pun meningkat pesat, dengan metode tradisional menggunakan merkuri dan sianida, yang kemudian menimbulkan persoalan serius terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat.

Pemerintah daerah dan pusat sempat beberapa kali menutup dan menertibkan lokasi tambang, namun aktivitas penambangan ilegal terus berlangsung karena potensi emas di kawasan tersebut dianggap masih sangat menjanjikan.

Meski begitu, Gunung Botak tetap menjadi simbol “demam emas” di Indonesia Timur, sekaligus mencerminkan tantangan dalam pengelolaan sumber daya alam yang berlimpah namun tidak selalu diiringi pengawasan dan pengelolaan yang baik.

3. Gunung Tumpang Pitu, Banyuwangi

ilustrasi emas batangan/emas antam (freepik)
ilustrasi emas batangan/emas antam (freepik)

Gunung Tumpang Pitu adalah sebuah gunung kecil (450 mdpl) yang kaya akan kandungan emas, perak, dan tembaga yang terletak di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Kegiatan pertambangan korporasi di wilayah ini dimulai pada tahun 1995, ketika izin otorisasi diberikan kepada PT Hakman Metalindo di wilayah gunung tersebut.

Proses eksplorasi yang dilakukan kemudian menyebabkan kawasan hutan mengering, serta merusak ekosistem laut akibat pembuangan limbah yang tidak terkelola dengan baik. Wilayah yang dieksplorasi oleh perusahaan tersebut meliputi hutan lindung, lahan pertanian produktif, serta pemukiman masyarakat, yang menyebabkan warga setempat angkat suara.

Ekstraksi mineral tidak hanya mengancam mata pencaharian sehari-hari, tetapi juga membuat wilayah tersebut lebih rentan terhadap bencana alam. Gunung Tumpang Pitu berperan sebagai penghalang pelindung terhadap tsunami yang rentan terjadi di wilayah tersebut, yang terakhir kali menghantam pada tahun 1994.

Selain itu, gunung ini juga berfungsi sebagai pemecah angin barat daya, yang sangat kuat selama bulan-bulan tertentu dalam setahun, dan dengan demikian berfungsi untuk mengurangi risiko angin topan.

Kegiatan penambangan telah menyebabkan banjir lumpur yang besar, berdampak pada masyarakat di kaki gunung dan juga daerah pesisir. Selain itu, ekstraksi emas membutuhkan banyak air dan air yang dibutuhkan untuk proses tersebut berasal dari sungai Kaliban dan Kali Gonggo, yang menjadi sumber air bagi masyarakat untuk irigasi dan keperluan lainnya.

4. Gunung Pongkor, Bogor

Pengunjung memasuki Museum Tambang Pongkor di Kabupaten Bogor, Jawa Barat (IDN Times/Doni Hermawan)
Pengunjung memasuki Museum Tambang Pongkor di Kabupaten Bogor, Jawa Barat (IDN Times/Doni Hermawan)

Sejak ditemukan emas pada 1988, Pongkor resmi ditambang pada 1994 oleh Unit Bisnis Pertambangan (UBP) Emas. Setidaknya, ada 6 terowongan atau lorong yang sudah dibuat untuk pengambilan ore atau bijih emas secara tertutup atau underground.

Hasil survei yang dilakukan tahun 1981-1982 menunjukan di wilayah tersebut terdapat kadar buih 4 gpt Emas dan 126 gpt perak. Kegiatan penambangan pun mulai dilakukan pada 1988-1991

Tambang tersebut di antaranya terdiri dari Kubang Handak, Ciguha, Kubang Cicau, Ciurug, Pasir Jawa, dan Pamoyanan. Tidak hanya emas, mereka juga menambang feronikel, bauksit, batu bara, perak, alumina, dan jasa pemurnian emas.

5. Gunung Mas, Kalimantan Tengah

ilustrasi area tambang (pexels.com/Vlad Chețan)
ilustrasi area tambang (pexels.com/Vlad Chețan)

Penduduk asli Kalimantan sudah mengenal emas sejak berabad-abad silam. Emas sudah menjadi komoditas penting di Kalimantan sejak tahun 977. Mijnbouw Maatschappij Kahajan (Perusahaan Pertambangan Kahayan) melakukan pertambangan di kawasan tersebut.

Kahayan kemudian berhenti pada 1903. Hal tersebut dikarenakan manajemen tambang yang kurang baik, ditambah dengan emas yang dihasilkan tidak sesuai yang diharapkan, tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan.

Setelah kemerdekaan Indonesia, aktivitas menambang emas di Gunung Mas mulai kembali dilakukan dengan cara tradisional. Kemudian, pada 1980, terdapat penemuan deposit emas berskala besar di Kalimantan Tengah yang mendorong Perjanjian Kontrak Karya seluas 36 juta ha oleh pemerintah.

6. Gunung Pani, Gorontalo

ilustrasi emas (pexels.com/Zlaťáky.cz)
ilustrasi emas (pexels.com/Zlaťáky.cz)

Tambang emas Gunung Pani Pohuwato telah ada sejak tahun 1898. Masyarakat lokal kala itu harus berebut dengan Belanda. Kemudian, penjajah menguasainya melalui perusahaan pertambangan Exploratie Syndicaat Pagoeat di blok tambang di dua lokasi, yakni Bumbulan (Gunung Pani) dan Molosifat (Popayato Serumpun). Perusahaan berada di bawah payung organisasi dagang Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) Belanda.

Bahkan salah satu bukti keberadaan tambang Pohuwato sudah ada sejak zaman kolonial berupa peraturan pemerintah kolonial Belanda sebagai penguasa di Pagoeat (Pohuwato), wajib membayar upeti berupa emas kepada mereka melalui Controleur, Jogugu dan Marsaoleh yang ditunjuk oleh pemerintahan.

Area tambang akhirnya diteruskan masyarakat lokal, sehingga ada perkampungan di sekitar lokasi area gunung, yakni Desa Hulawa, Kecamatan  Buntulia, Kabupaten Pohuwato. Dalam bahasa Gorontalo, Hulawa berarti emas. Guna menghindari perpecahan antara masyarakat lokal pada 1980-an, mereka membentuk Koperasi Unit Desa (KUD) Dharma Tani Marisa.

Pada tahun 1987 masyarakat setempat menjadikan Gunung Pani sebagai tempat mata pencarian. Lalu di 1988, banyak masyarakat melakukan penambangan di lokasi, sehingga Bupati Gorontalo membantu masyarakat.

Gunung-gunung emas di Indonesia menunjukkan betapa kayanya negeri ini akan sumber daya alam. Namun di balik kilau emas yang menjanjikan, tersembunyi berbagai tantangan serius, mulai dari kerusakan lingkungan, aktivitas tambang ilegal, hingga konflik sosial yang kompleks.

Untuk itu, pengelolaan potensi emas harus dilakukan secara bijak dan berkelanjutan, agar manfaatnya tidak hanya dinikmati sesaat, tetapi juga memberikan kesejahteraan jangka panjang bagi masyarakat lokal dan menjaga kelestarian lingkungan untuk generasi mendatang.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Achmad Fatkhur Rozi
Misrohatun H
Achmad Fatkhur Rozi
EditorAchmad Fatkhur Rozi
Follow Us