5 Fakta Bangau Triwarna, Mengubah Warna Paruh saat Musim Kawin

- Bangau triwarna berasal dari Amerika dan tinggal di kawasan pesisir serta berbagai habitat air.
- Mereka memakan ikan, amfibi, krustasea, hingga serangga air.
- Mereka hidup dalam koloni saat beristirahat dan bereproduksi.
Sesuai dengan nama, bangau triwarna (Egretta tricolor) memiliki tiga kombinasi warna yang berbeda pada bulu yang menutupi tubuh. Warna bulu bagian punggung didominasi warna biru batu, bagian perut dan dada berwarna putih, serta bagian sekitar leher berwarna merah keunguan. Sebagai anggota keluarga bangau (famili Ardeidae), ukuran bangau triwarna bisa dibilang masuk dalam kategori sedang.
Panjang tubuh mereka berkisar antara 56—76 cm, rentang sayap 97 cm, dan bobot 334—415 gram. Ada dimorfisme seksual terkait dengan ukuran tubuh. Adapun, ukuran jantan masih lebih besar ketimbang betina. Berkat tubuh yang ramping, bangau triwarna punya kesan paruh dan leher yang berukuran lebih panjang dari bangau lain. Selain soal penampilan luar, tentu ada beberapa fakta menarik lain dari burung ini yang akan segera kita kupas tuntas. Jadi, kalau ingin kenalan dengan bangau triwarna, simak ulasan berikut sampai tuntas, ya!
1. Peta persebaran, habitat, dan makanan favorit

Bangau triwarna termasuk hewan yang berasal dari Dunia Baru alias sekitar benua Amerika. Mereka menghuni Amerika Utara, Amerika Tengah, sampai Amerika Selatan. Secara spesifik, burung ini tinggal dekat dengan kawasan pesisir, semisal bagian timur Amerika Serikat, barat Meksiko, seluruh negara di Amerika Tengah dan Kepulauan Karibia, Kolombia, Ekuador, Peru, Venezuela, Guyana, dan Brasil. Data Zone by Birdlife melansir kalau luas area persebaran bangau triwarna mencapai 24,7 juta km persegi.
Mereka ternyata cukup fleksibel soal pilihan habitat. Sebab, bangau triwarna ditemukan di sekitar hutan tropis, hutan bakau, sungai, danau, pesisir pantai, kawasan air payau, rawa, dan dataran basah. Yang jelas, bangau ini perlu berada di dekat sumber air dengan elevasi antara 0—600 meter di atas permukaan air. Hal tersebut disebabkan karena kawasan sumber air menyimpan banyak sumber pangan bagi bangau triwarna.
Berbicara soal makanan, spesies bangau ini termasuk burung karnivor. Pilihan makanan mereka terbilang cukup bervariasi, mulai dari berbagai jenis ikan, amfibi, krustasea, gastropoda (moluska), lintah, cacing, laba-laba, sampai serangga air. Cara berburu bangau triwarna dilakukan dengan bergerak perlahan di air sambil membuka sayap untuk dijadikan tudung, kemudian langsung menyambar target begitu ada dalam jangkauan.
2. Kehidupan sosial

Sama seperti spesies bangau lain, sebenarnya bangau triwarna hidup dalam koloni. Dalam satu koloni, jumlah individu bisa saja hanya terdiri dari beberapa ekor saja, tetapi ada pula koloni yang berisikan ratusan individu. Koloni bangau triwarna selalu bersama pada waktu beristirahat, migrasi, dan bereproduksi.
Sementara itu, ketika harus mencari makan, bangau ini cenderung sebagai hewan soliter. Dilansir Audubon, bangau triwarna akan membentuk batas wilayah kecil di tempat mencari makan. Uniknya, mereka sama sekali tak menolerir kehadiran bangau lain di wilayah tersebut, sekalipun berasal dari koloni yang sama. Kondisi ini akan terus berlaku sampai waktu mencari makan selesai.
Sebenarnya, bangau triwarna tak banyak berkomunikasi dengan anggota kelompok. Namun, mereka tetap punya panggilan khas yang terdengar seperti, ‘kyoowk’ dengan nada serah yang keras dan tajam. Koloni bangau ini juga rutin melakukan migrasi saat musim dingin terjadi di bagian utara. Kala itu, mereka akan bergerak ke arah Amerika Selatan dan kembali ke Amerika Utara menjelang musim kawin.
3. Mampu mengubah warna tubuh pada momen tertentu

Salah satu kemampuan menakjubkan dari bangau triwarna adalah mengubah warna pada bagian tubuh tertentu. Perubahan ini terjadi menjelang musim kawin. Adapun, jantan maupun betina sama-sama akan melakukannya. Paruh, kaki, dan beberapa bulu jadi yang mengalami perubahan tersebut.
Animal Diversity Web melansir kalau paruh bangau triwarna yang semula berwarna kuning dengan ujung hitam berubah jadi warna biru dengan ujung hitam yang tetap ada. Kemudian, kaki yang tadinya berwarna kuning berubah jadi merah jambu. Terakhir, ada sebagian bulu jambul di kepala yang berubah jadi warna putih dan dapat mereka tegakkan saat bertemu pasangan.
4. Sistem reproduksi

Musim kawin bagi burung ini dimulai sekitar pertengahan bulan Maret. Bangau triwarna termasuk hewan monogami alias setia dengan satu pasangan sepanjang hidup. Pasangan yang baru terbentuk biasanya akan langsung membuat sarang di tempat berkumpul koloni. Sarang tersebut dibuat dari berbagai jenis ranting yang dibangun di atas alang-alang. Setelah sarang selesai dan kedua calon induk mengubah warna tubuh, barulah perkawinan bisa terjadi.
Animalia melansir kalau bangau triwarna betina menghasilkan sekitar 3—4 butir telur dalam satu musim kawin. Namun, pada kasus yang langka, betina mampu mengeluarkan sampai 7 butir telur. Telur tersebut akan menjalani masa inkubasi selama 21—25 hari. Setelah anak menetas, induk jantan dan betina sama-sama memenuhi kebutuhan makanan serta menjaga anak dari predator secara bergantian.
Anak bangau triwarna sudah bisa meninggalkan sarang untuk hidup independen ketika berusia 5 minggu atau setelah bisa terbang. Sementara itu, usia yang mampu dicapai burung ini di alam liar bisa dibilang cukup impresif. Sebab, seekor bangau triwarna diketahui memiliki usia maksimal sampai 17 tahun.
5. Status konservasi

Merujuk pada IUCN Red List, saat ini status konservasi bangau triwarna masuk dalam kategori hewan dengan risiko rendah (Least Concern). Tren populasi mereka juga dicatat stabil dalam beberapa tahun ke belakang. Diperkirakan kalau ada sekitar 190—200 ribu bangau triwarna yang masih tersebar di seluruh dunia.
Tidak disebutkan apakah ada masalah yang mungkin dihadapi spesies ini yang dapat mengganggu keseimbangan populasi. Maka dari itu, sejauh ini tidak ada upaya konservasi yang dilakukan secara khusus untuk bangau triwarna. Kalau ancaman di masa depan mungkin sama seperti hewan lain di seluruh dunia, yakni kehilangan habitat akibat ekspansi lahan yang dilakukan manusia.
Menariknya, kehadiran bangau triwarna di habitat alami ternyata jadi salah satu indikator yang digunakan peneliti terkait kesehatan ekosistem. Dilansir Animal Diversity, lewat pengamatan jumlah individu, kondisi bulu, kondisi telur, tingkat kematian, sampai tingkat keberhasilan mencapai usia dewasa dari spesies ini menandakan kalau ketersediaan ikan atau makhluk air lainnya masih terjaga dengan baik. Tak hanya menawan, ternyata burung ini juga sangat bermanfaat untuk ekosistem, ya!