5 Fakta Golden Snub-nosed Monkey, si Pesek Cantik Tetangga Panda

Jauh di pedalaman hutan pegunungan Tiongkok, dengan salju menutupi wilayah tersebut pada Desember hingga Maret, hiduplah sejenis monyet unik berwarna mencolok dan berparas elok. Namanya golden snub-nosed monkey atau monyet emas hidung pesek.
Sesuai namanya, mereka merupakan monyet berwarna emas dengan bentuk hidung yang unik. Teori mengatakan kalau bentuk hidungnya tersebut membuatnya jadi satu dari sedikit primata yang mampu bertahan hidup di tengah gempuran suhu di bawah titik beku, lho. Penasaran? Yuk, simak fakta-fakta golden snub-nosed monkey lebih jauh!
1. Si monyet emas berhidung pesek

Golden snub-nosed monkey atau selanjutnya kita sebut monyet emas hidung pesek merupakan jenis monyet arboreal berukuran sedang. Di antara rindangnya pepohonan, mereka tampak mencolok dengan bulu berwarna emas cerahnya. Ada yang berwarna emas kecokelatan, ada juga yang berwarna emas kemerahan.
Untuk melindunginya dari hawa dingin, mereka memiliki lapisan bulu panjang di area bahu, lengan atas, dan punggung. Adapun, punggung berwarna hitam keabu-abuan untuk jantan dan kecokelatan untuk betina.
Selain berbeda warna, jantan dan betina juga berbeda ukuran. Dicatat laman New England Primate Conservancy, jantan memiliki tinggi 68 sentimeter dengan berat 19,9 kilogram, sementara betina cuma setinggi 51,8 sentimeter dan berat 12,2 kilogram.
Tak hanya bulu berwarna mencolok, monyet emas juga punya paras wajah yang menarik. Mereka memiliki hidung pendek dan datar di wajahnya yang berwarna biru pucat lengkap dengan sepasang lubang yang menghadap ke depan.
2. Bukan satu-satunya monyet berhidung pesek
Monyet emas bukan satu-satunya yang berhidung pesek. Mereka itu 1 dari 5 spesies monyet hidung pesek yang membentuk genus Rhinopithecus.
Ada black snub-nosed monkey yang tinggal di antara Sungai Yangtze dan Mekong di Provinsi Yunna, tutur laman Britannica. Ada juga gray snub-nosed monkey di Gunung Fanjing, di bagian selatan Tiongkok. Ada Tonkin snub-nosed monkey di hutan tropis utara Vietnam. Terakhir, ada Myanmar snub-nosed monkey yang baru ditemukan 2010 lalu di bagian utara Myanmar.
Mereka memiliki ukuran tubuh, warna bulu, hingga tempat tinggal berbeda. Namun, semua monyet dalam genus ini sama-sama memiliki hidung dengan bentuk unik.
3. Primata yang tahan dingin ekstrem!

Di antara kelima spesies yang ada, golden snub-nosed monkey dan black snub-nosed monkey adalah spesies yang tinggal di ketinggian. Menurut Britannica, monyet emas tinggal di hutan konifera di pegunungan bagian tengah Tiongkok dengan ketinggian 1.800—2.700 meter. Lebih hebat lagi, black snub-nosed monkey bisa hidup di ketinggian mencapai 4.000 meter!
Monyet emas berbagi habitat dengan beruang panda. Di wilayah ini, temperatur bisa turun di bawah titik beku saat musim dingin dan cuma mencapai 25 derajat celsius saat musim panas.
Bentuk hidung monyet jenis ini diduga ada kaitannya dengan tempat tinggalnya yang superdingin itu walaupun sampai saat ini masih belum ada penelitian tentangnya. Menurut laman All That’s Interesting, bentuk hidung monyet emas yang pendek melindunginya dari radang dingin. Bagaimana kalau menurutmu?
4. Bentuk kelompok sosial terbesar

Menurut laman All That’s Interesting, saat musim dingin, monyet emas berkelompok hingga 20—30 ekor. Namun, saat musim panas, beberapa kelompok bergabung hingga terdiri dari 200, bahkan hampir 600 ekor! Itu artinya spesies ini membentuk kelompok sosial terbesar di antara primata nonmanusia lainnya.
Membentuk kelompok besar bisa menambah tingkat bertahan hidup monyet emas dari serangan predator, seperti serigala dan elang. Selain itu, berkelompok juga menambah tingkat keberhasilan mencari makan di lingkungan pegunungan yang sangat musiman.
Kelima spesies snub-nosed monkey merupakan pemakan daun, tapi juga menyantap bunga, buah-buahan, hingga biji-bijian. Sementara, spesies yang tinggal di ketinggian, seperti monyet emas dan monyet hitam, juga makan lumut kerak atau lichen.
5. Betina, selain induk, bantu menyusui bayi

Menurut laman How Stuff Works, monyet emas betina diamati melakukan apa yang disebut allomaternal nursing. Maksudnya betina yang bukan induk menyusui anak betina lain. Temuan studi yang diterbitkan oleh jurnal Science Advances pada 2019 ini terbilang menarik karena perilaku ini awalnya diduga jarang, bahkan tidak ditemukan pada monyet Dunia Lama seperti snub-nosed.
Studi tersebut juga mengatakan kalau perilaku ini saling timbal balik, yang artinya sebagian besar betina menyusui anak induk monyet emas bila induk tersebut pernah menyusui anak betina lain. Allomaternal nursing bisa menambah tingkat bertahan hidup anak monyet emas menjelang musim dingin dengan memberikan nutrisi yang cukup.
Sungguh primata yang menarik, ya! Sayangnya, keberadaan mereka terancam oleh penggundulan hutan dan perburuan. Padahal, monyet emas berperan besar di ekosistemnya sebagai penyebar biji-bijian untuk membantu regenerasi vegetasi di habitatnya. Semoga keberadaan mereka bisa semakin terjaga, ya!