5 Fakta Menarik Pulau Hashima, Pulau Mirip Kapal Perang di Jepang

- Pulau Hashima adalah pulau tak berpenghuni di Jepang, dikenal sebagai "Pulau Kapal Perang" karena bentuknya menyerupai kapal perang.
- Pulau ini dulunya pusat penambangan batu bara bawah laut penting di Jepang dengan kepadatan penduduk tertinggi di dunia pada tahun 1959.
- Tragedi kemanusiaan terjadi di pulau ini saat warga sipil Korea dan tawanan perang Tiongkok dipaksa bekerja di tambang bawah laut.
Pulau Hashima adalah salah satu pulau tak berpenghuni di Prefektur Nagasaki, Jepang. Pulau seluas 6,3 hektar ini terletak sekitar 15 kilometer dari Kota Nagasaki. Pulau ini memiliki garis pantai sepanjang 1,2 kilometer dan dikelilingi oleh tanggul beton setinggi 12 meter.
Pulau Hashima terlihat seperti kapal perang raksasa di tengah laut. Tidak heran, pulau ini dijuluki Gunkanjima atau “Pulau Kapal Perang” karena bentuknya menyerupai kapal perang. Bangunan-bangunan megah yang terbengkalai di dalamnya menjadi saksi bisu kejayaan industri Jepang di masa lalu.
Pulau Hashima telah lama ditinggalkan penduduknya. Apartemen bertingkat, sekolah, rumah sakit, dan bioskop yang usang membentuk panorama mirip kota hantu. Tak hanya itu, pulau ini juga menyimpan kisah tentang ambisi industri dan sejarah kelam penderitaan manusia. Lebih lanjut, berikut lima fakta menariknya.
1. Pusat penambangan batu bara bawah laut

Pulau ini dulunya merupakan pusat penambangan batu bara bawah laut yang penting di Jepang. Dilansir dari The Heritage of Gunkanjima, batubara pertama kali ditemukan di pulau itu sekitar tahun 1810. Mitsubishi membeli pulau ini pada 1890 dan mengubahnya menjadi pusat penambangan batu bara bawah laut pertama di dunia.
Mitsubishi juga membangun apartemen beton pertama di Jepang pada 1916 untuk melindungi pekerja dari topan. Bangunan ini menjadi simbol modernisasi, lengkap dengan sekolah, taman, dan jaringan listrik. Pulau ini memasok batu bara yang mendukung industrialisasi Jepang selama Perang Dunia II.
2. Memiliki kepadatan penduduk tertinggi di dunia

Pulau Hashima pernah menjadi salah satu tempat dengan kepadatan penduduk tertinggi di dunia. Pada tahun 1959, pulau Hashima dihuni 5.259 jiwa di area seluas 6,3 hektar. Dengan kepadatan mencapai 83.500 jiwa per km², pulau ini 9 kali lebih padat dari Tokyo saat itu.
Dilansir dari CNN, fasilitas seperti kolam renang, klub malam, dan toko serba ada tersedia, tetapi kehidupan di sini jauh dari nyaman. Penduduk tinggal di apartemen sempit tanpa privasi, dengan lorong-lorong gelap dan ventilasi minim. Listrik sering padam, air bersih langka, dan gemuruh mesin tambang terdengar terus menerus selama 24 jam.
3. Tempat kerja paksa selama Perang Dunia II

Di balik kemegahan industri, Hashima menyimpan tragedi kemanusiaan. Dimulai pada tahun 1930-an hingga akhir Perang Dunia II, warga sipil Korea dan tawanan perang Tiongkok menjalani wajib militer. Selama itu pula, sekitar 1.300 pekerja paksa asal Korea dan Tiongkok dipaksa bekerja di tambang bawah laut.
Dilansir dari The Guardian, para pekerja mengalami kekurangan gizi, penyiksaan, dan jam kerja ekstrem. Banyak yang tewas akibat longsor, penyakit, atau bunuh diri. Tragedi ini kemudian menjadi inspirasi dalam pembuatan film The Battleship Island (2017). Film ini menceritakan kisah empat pekerja Korea yang berusaha keluar dari Hashima.
4. Kosong sejak tahun 1974

Ketika minyak bumi menggantikan batu bara pada 1960-an, tambang batu bara mulai ditutup di seluruh negeri, tidak terkecuali Hashima. Pulau ini pun perlahan ditinggalkan oleh penduduknya. Dilansir dari The Heritage of Gunkanjima, Mitsubishi menutup tambang pada Januari 1974, hingga pulau tersebut benar-benar kosong pada April 1974.
Sejak saat itu, bangunan-bangunan yang ditinggalkan mulai dimakan usia. Badai topan dan air laut mempercepat kerusakan. Bangunan-bangunan kosong yang mulai runtuh menciptakan suasana yang menyeramkan. Menyebabkan pulau ini mendapat julukan pulau hantu.
5. Diakui sebagai situs warisan dunia UNESCO

Pulau Hashima telah dikelola sebagai bagian dari kota Nagasaki sejak penggabungan dengan bekas kota Takashima pada tahun 2005. Setelah ditutup selama 35 tahun, pada 2009, pemerintah membuka tur terbatas ke pulau ini, tetapi 95% area masih dilarang dikunjungi karena risiko runtuh.
Pada 2015, UNESCO menetapkan Hashima sebagai Situs Warisan Dunia dengan alasan nilai sejarah Revolusi Industri Meiji. Namun, keputusan ini memicu protes dari Korea Selatan dan Tiongkok karena mengabaikan kisah kerja paksa. Akhirnya, Jepang setuju menyertakan narasi korban dalam panduan tur.
Demikian lima fakta menarik seputar Pulau Hashima. Kini, Hashima menjadi destinasi populer bagi pecinta sejarah, misteri dan fotografer. Di balik reruntuhan betonnya, pulau ini mengingatkan kita pada harga kemajuan yang tak selalu manusiawi.