7 Fakta Tupai Merah Eurasia, Pemanjat Ahli hingga Tokoh dalam Mitologi

- Tupai merah Eurasia adalah hewan pemanjat ahli di pepohonan.
- Warna bulu tupai merah dapat berubah sesuai musim dan wilayah.
- Tupai merah suka menyimpan makanan dengan menguburnya di dalam tanah atau menaruhnya di celah pohon.
Pegunungan, hutan, dan taman alam di belahan Eropa serta Asia Utara menyimpan keberadaan makhluk kecil yang sering memikat perhatian manusia, yaitu tupai merah Eurasia atau Sciurus vulgaris. Hewan ini memiliki daya tarik bukan hanya karena wujudnya yang menggemaskan, tetapi juga karena perannya yang besar dalam menjaga keseimbangan ekosistem hutan.
Meskipun ukurannya relatif kecil, ia mampu menunjukkan keterampilan bertahan hidup yang luar biasa dengan berbagai cara, mulai dari menyimpan makanan hingga membangun sarang yang aman. Keunikan lain yang membuatnya menarik adalah variasi warna bulunya yang berbeda-beda tergantung musim dan wilayah. Penyebarannya pun cukup luas, mencakup hampir seluruh daratan Eropa, Rusia, Mongolia, hingga Jepang bagian utara. Penasaran dengan detail kehidupannya? Mari kita simak fakta-faktanya berikut.
1. Pandai membuat sarang cadangan

Dilansir laman Woodland Trust, tupai merah Eurasia adalah hewan yang erat kaitannya dengan kehidupan hutan, terutama hutan konifer dan hutan campuran yang kaya pohon berbiji. Mereka membangun sarang yang disebut dreys, berbentuk bola dengan diameter sekitar 25–30 cm, menggunakan ranting, daun, dan lumut. Sarang ini biasanya diletakkan di percabangan pohon tinggi untuk menghindari predator dan kelembapan.
Menariknya, tupai merah tidak hanya membuat satu sarang, melainkan bisa memiliki beberapa rumah cadangan. Hal ini berfungsi sebagai perlindungan apabila sarang utama rusak, dipenuhi parasit, atau terancam predator. Ketika musim hujan, sarang cadangan ini juga menjadi alternatif aman agar tetap kering dan hangat.
2. Warna bulu yang dapat berubah sesuai musim

Dilansir laman Animal Diversity Web, salah satu daya tarik terbesar tupai merah adalah tampilan fisiknya yang bervariasi dan khas. Panjang tubuhnya berkisar antara 19–23 cm, dengan ekor berbulu lebat sepanjang 15–20 cm yang berfungsi menjaga keseimbangan saat memanjat. Berat tubuhnya relatif ringan, hanya sekitar 250–340 gram, membuatnya lincah bergerak di pepohonan.
Warna bulunya bisa berubah sesuai musim dimana merah terang di musim panas dan lebih gelap atau cokelat tua di musim dingin. Di daerah tertentu, ada juga yang berbulu hitam, tetapi bagian perutnya selalu berwarna putih krem. Ciri khas lainnya adalah jumbai bulu di telinga yang lebih panjang saat musim dingin, menambah kesan anggun sekaligus memberi perlindungan ekstra dari dingin.
3. Senang menyimpan makanan dengan menguburnya di dalam tanah

Dilansir laman Ark Wildlife, tupai merah Eurasia adalah hewan omnivora ringan dengan menu utama berupa biji pohon, kacang, jamur, dan buah hutan. Mereka juga sesekali memakan serangga kecil, telur burung, atau bahkan getah pohon ketika makanan utama sulit ditemukan. Cara makannya cukup unik yaitu mereka menggunakan kaki depan untuk memegang makanan sambil menggigitnya dengan gigi seri yang kuat.
Selain itu, tupai merah terkenal suka menyimpan makanan dengan cara menguburnya di tanah atau menaruhnya di celah pohon. Kebiasaan ini disebut caching, dan meskipun banyak yang lupa mereka ambil kembali, benih yang terlupakan sering tumbuh menjadi pohon baru. Mereka juga memiliki indra penciuman tajam yang memungkinkan mereka menemukan makanan yang terkubur bahkan di bawah salju setebal 30 cm.
4. Memiliki dua musim kawin dalam setahun

Dilansir laman Animal Diversity Web, tupai merah memiliki dua musim kawin dalam setahun, biasanya pada Februari–Maret dan Mei–Juni. Masa kehamilannya berlangsung sekitar 38–39 hari, setelah itu induk betina melahirkan 1–6 anak di dalam sarang yang hangat.
Bayi tupai lahir dalam kondisi buta dan tidak berbulu, sehingga akan sangat bergantung pada induknya. Dalam beberapa minggu, bulu mulai tumbuh dan mereka belajar mencari makan sendiri. Induk biasanya bisa melahirkan dua kali dalam setahun, tergantung ketersediaan makanan.
Di alam liar, umur tupai merah relatif singkat, sekitar 3–5 tahun, meskipun ada yang mampu bertahan lebih lama hingga 7 tahun dalam kondisi ideal. Tingginya angka kematian terutama disebabkan oleh predator alami seperti burung pemangsa, kucing liar, serta persaingan dengan tupai abu-abu di Inggris.
5. Ahli memanjat pohon hingga kecenderungan menggunakan tangan kiri

Dilansir laman Animal Diversity Web, kemampuan panjat tupai merah Eurasia tidak diragukan lagi, bahkan menjadikannya salah satu hewan paling lincah di pepohonan. Mereka mampu bergerak cepat dari satu dahan ke dahan lain, melompat sejauh beberapa meter, serta memanfaatkan ekor panjang untuk menjaga keseimbangan.
Menariknya, penelitian menunjukkan bahwa tupai merah bisa memiliki kecenderungan menggunakan “tangan” kiri atau kanan saat memegang pinecone untuk dimakan. Fenomena ini menyerupai preferensi tangan kanan atau kiri pada manusia. Perilaku lateralitas seperti ini jarang ditemukan pada hewan kecil, sehingga menjadi bukti unik kecerdasan tupai.
6. Sangat perfeksionis dalam menyimpan makanan

Salah satu ciri khas tupai merah Eurasia adalah sifat perfeksionisnya dalam menyimpan makanan. Melansir BioOne, Mereka tidak asal menimbun, melainkan benar-benar memilih biji atau kacang yang berkualitas baik sebelum disimpan. Indra penciumannya memungkinkan tupai merah membedakan biji yang busuk tanpa perlu membukanya terlebih dahulu.
Mereka kemudian menanam makanan di berbagai lokasi sebagai persediaan untuk musim dingin. Teknik penyimpanan ini sering disebut sebagai strategi scatter-hoarding, di mana makanan ditempatkan di banyak titik agar risiko kehilangan berkurang. Bahkan, tupai merah sanggup menemukan kembali simpanannya di bawah salju yang tebal.
7. Dipercaya sebagai pembawa pesan dalam mitologi Nordik

Dilansir laman Coquetdale Squirrel Group, selain perannya di alam, tupai merah juga memiliki tempat dalam sejarah dan mitologi manusia. Dalam mitologi Nordik, tupai bernama Ratatoskr dipercaya sebagai pembawa pesan yang berlari naik-turun pohon dunia Yggdrasil, menyampaikan kabar antara elang di puncak dan naga di akar pohon. Simbol ini menjadikan tupai merah sebagai hewan penting dalam kepercayaan kuno Skandinavia.
Di Finlandia, ekor tupai merah bahkan pernah digunakan sebagai bentuk mata uang sebelum koin logam diperkenalkan. Seiring waktu, tupai merah juga menjadi ikon budaya dalam cerita rakyat dan sastra Eropa.
Tupai merah Eurasia hingga kini masih tercatat dengan status “Least Concern” menurut IUCN, artinya tidak dalam ancaman kepunahan secara global. Namun, kenyataannya tidak sesederhana itu, karena di beberapa wilayah populasinya terus menurun akibat hilangnya habitat dan invasi tupai abu-abu Amerika. Upaya konservasi terus dilakukan, mulai dari menjaga habitat hutan hingga proyek reintroduksi di berbagai kawasan.