5 Fakta Unik Ulat Karnivora, Kanibal yang Dapat Menyerupai Mangsanya

- Ulat karnivora baru di Hawaii memiliki perilaku memangsa yang unik
- Spesies ini mampu menyamarkan diri dari laba-laba dan menggunakan tulang mangsanya sebagai hiasan tubuh
- Para ilmuwan khawatir populasi spesies tersebut mungkin tidak stabil, dan terancam punah tanpa upaya konservasi
Di balik keindahan surga tropisnya, Hawaii merupakan rumah bagi berbagai spesies yang cantik, hingga predator yang sangat menyeramkan. Baru-baru ini, dunia Sains dikejutkan dengan temuan baru pada spesies ulat karnivora.
Yang umumnya kita kenal, ulat merupakan hewan herbivora maupun omnivora. Namun, keunikan dari temuan spesies baru oleh tim peneliti Universitas Hawaii ini adalah ulat pemakan daging dengan perilaku memangsa yang sangat berbeda dengan ulat pada umumnya.
Para ilmuwan berhasil mengidentifikasi spesies ini di pegunungan Pulau O'ahu, Hawaii. Karena keunikan perilakunya, ulat karnivora ini mendapat julukan the bone collector. Ia belum pernah ditemukan di spesies kupu-kupu atau ngengat dari ordo Lepidoptera lainnya. Selengkapnya, simak fakta menarik dari ulat pemakan daging dari Hawaii berikut ini.
1. Merupakan spesies larva ngengat yang baru dideskripsikan

Ulat pengumpul tulang (the bone collector) berukuran sekitar seukuran kuku jari. Setelah sekitar 2-3 bulan, ulat ini kemudian bermetamorfosis menjadi ngengat yang lebih kecil dari sebutir beras. Para peneliti melaporkan ulat tersebut merupakan larva ngengat dalam genus Hyposmocoma yang baru dideskripsikan dan belum memiliki nama ilmiah.
Detail perilaku dan kehidupan tentang ulat pengumpul tulang dijabarkan dalam sebuah studi yang terbit di jurnal Science pada 24 April lalu, dengan judul "Hawaiian caterpillar patrols spiderwebs camouflaged in insect prey's body parts". Jurnal ini ditulis oleh Daniel Rubinoff, Michael San Jose, dan Camiel Doorenweerd, yang merupakan ilmuwan dari Universitas Hawaii Manoa.
2. Hidup berdampingan dengan laba-laba

Uniknya, spesies ini hidup di jaring laba-laba di dalam batang pohon, di antara bebatuan, dan di dalam ruang tertutup lainnya. Cara hidupnya yang berdampingan dengan laba-laba ini belum pernah ditemukan sebelumnya pada spesies ulat apapun. Para ilmuwan memperkirakan perilaku tersebut sebagai upaya untuk bertahan hidup. Mereka mampu menyamarkan diri dari tuan rumah Arakhnida (laba-laba).
Bahkan, selama penelitian, para peneliti tidak menemukan ulat larva yang mati dibungkus jaring laba-laba. Ulat ini juga berkeliaran di sekitar jaring 4 spesies laba-laba yang bukan asli Hawaii. Hal ini memberikan fakta bahwa larva ngengat ini mampu beradaptasi dengan keberadaan laba-laba invasif (spesies pendatang).
3. Perilaku memangsa yang unik

Ulat karnivora ini memangsa serangga yang terperangkap di jaring laba-laba. Tulang-tulang mangsanya akan digunakan untuk menghias diri dengan tujuan bertahan hidup. Selain menempelkan serpihan serangga yang mati pada dirinya, ia juga menggunakan rangka luar laba-laba yang telah mengelupas.
Cara ulat ini menempelkan kerangka mangsanya ke tubuhnya pun unik, yaitu dengan menyesuaikan dan menyusun kerangka tulang sebelum ditempelkan ke tubuhnya. Jika potongan tulang terlalu besar, ulat ini akan mengunyahnya hingga kecil agar seluruh bagian tubuhnya bisa tertutupi dengan baik.
Mereka juga tidak pilih-pilih jenis serangga mati untuk menjadi hiasan tubuhnya. Dikutip dari Mental Floss, para peneliti menemukan ada bagian-bagian tubuh kumbang, lalat, kumbang kulit kayu, laba-laba, dan semut pada tubuh seekor larva.
4. Ulat karnivora juga kanibal

Hasil penelitian juga menyebut ulat ini merupakan hewan kanibal. Para peneliti mengetahui hal ini setelah menempatkan dua larva di kandang yang sama, yang menyebabkan larva yang lebih besar memangsa saudara-saudaranya yang lebih kecil dan lebih lemah. Inilah sebabnya hanya ditemukan satu pengumpul tulang per jaring laba-laba.
5. Merupakan spesies yang sangat langka

Penelitian yang dilakukan untuk mengidentifikasi ulat pengumpul tulang sangatlah lama. Selama 22 tahun berjalan, ilmuwan hanya menemukan 62 spesimen dalam kisaran 15 kilometer persegi hutan pegunungan Wai'anae, O'ahu.
Para ilmuwan khawatir populasi spesies tersebut mungkin tidak stabil, dan terancam oleh predator seperti fauna endemik Hawaii lainnya. Tanpa upaya konservasi, ulat pengumpul tulang kemungkinan akan punah.
Hingga saat ini, spesies ulat pemakan daging atau karnivora disebut sangat langka. Menurut Rubinoff, hanya ada sekitar 0,13% spesies Lepidoptera di planet ini yang merupakan karnivora. Sehingga sangat sulit bagi ulat untuk berevolusi dengan memakan daging, sekaligus punya kebutuhan mendesak untuk segera dilindungi keberadaannya.