5 Hewan Laut Perusak Karang, Jadi Musuh Tersembunyi

- Bintang laut mahkota duri (Crown-of-thorns starfish) merusak karang dengan cara mencerna jaringan karang di luar tubuhnya.
- Ikan pemicu (Triggerfish) membongkar karang saat berburu, membuat struktur karang menjadi rapuh dan mudah hancur.
- Ikan kakatua (Parrotfish) menggigit karang dan mengikis jaringan karangnya sendiri, memperlambat pertumbuhan karang secara signifikan.
Terumbu karang adalah rumah megah bagi ribuan spesies laut, dari ikan kecil berwarna-warni hingga makhluk laut besar yang menawan. Sayangnya, di balik keindahannya yang memesona, karang juga rentan terhadap serangan para perusak yang jarang kita sadari keberadaannya. Mereka tidak hanya merusak fisik karang, tetapi juga mengganggu keseimbangan ekosistem laut secara keseluruhan.
Yang membuat masalah ini makin rumit adalah, beberapa di antara mereka justru terlihat biasa saja, bahkan cantik. Namun di balik rupa yang menipu, mereka adalah mesin penghancur yang bekerja diam-diam. Yuk, kenali siapa saja lima hewan laut yang menjadi musuh tersembunyi bagi karang!
1. Bintang laut mahkota duri (Crown-of-thorns starfish)

Bentuknya memang seperti bintang laut biasa, tetapi dengan tubuh penuh duri panjang beracun yang tajam. Hewan ini memakan karang dengan cara mengeluarkan perutnya, lalu mencerna jaringan karang di luar tubuhnya. Dalam jumlah besar, mereka bisa melahap area terumbu karang hingga berhektar-hektar hanya dalam hitungan minggu. Tidak heran, bintang laut mahkota duri sering disebut monster oleh para penyelam.
Ledakan populasi bintang laut mahkota duri biasanya terjadi akibat berkurangnya predator alami seperti triton terompet. Aktivitas manusia yang meningkatkan kadar nutrien di laut juga membuat larvanya berkembang lebih cepat. Jika tidak dikendalikan, keberadaannya bisa memusnahkan karang yang telah tumbuh ratusan tahun. Akibatnya, keindahan bawah laut pun perlahan memudar.
2. Ikan pemicu (Triggerfish)
Sekilas, ikan pemicu terlihat seperti ikan tropis yang lucu dengan warna cerah dan bentuk mulut unik. Tapi jangan tertipu, giginya yang kuat digunakan untuk memecahkan cangkang hewan-hewan kecil yang hidup di karang. Saat berburu, mereka sering membongkar karang, memecah bagian-bagiannya untuk mencari mangsa. Aktivitas ini membuat struktur karang menjadi rapuh dan mudah hancur.
Selain itu, ikan pemicu juga punya kebiasaan mengaduk-aduk pasir dan puing di sekitar karang. Akibatnya, karang tertutup sedimen hingga kesulitan mendapatkan sinar matahari yang dibutuhkan untuk fotosintesis alga simbionnya. Dampak kerusakannya mungkin tidak langsung terlihat, tapi dalam jangka panjang cukup fatal. Ikan ini memang cantik, tapi perilakunya bisa bikin karang menangis.
3. Ikan kakatua (Parrotfish)

Ikan kakatua terkenal dengan gigi paruhnya yang tajam, yang digunakan untuk menggigit karang. Mereka memakan alga yang menempel di permukaan karang, tapi juga sambil mengikis jaringan karangnya sendiri. Dalam setahun, seekor ikan kakatua dewasa bisa menghasilkan hingga ratusan kilogram pasir putih dari sisa karang yang dikunyah. Aktivitas ini membuat permukaan karang rusak dan sulit pulih.
Meski memiliki peran positif dalam membersihkan alga, populasi ikan kakatua yang terlalu banyak bisa menjadi masalah. Gigitan mereka yang terus-menerus dapat memperlambat pertumbuhan karang secara signifikan. Efeknya seperti amplas yang mengikis meja kayu setiap hari, lama-lama habis juga. Jadi, keseimbangannya harus dijaga agar tidak menjadi bencana bagi karang.
4. Siput laut (Drupella)

Kalau kamu membayangkan siput laut sebagai makhluk kecil tak berbahaya, Drupella akan membuatmu berpikir ulang. Siput ini punya mulut seperti bor kecil yang digunakan untuk menembus jaringan karang hidup. Setelah membuat lubang, mereka mengisap jaringan karang hingga habis, meninggalkan kerangka putih yang rapuh. Kerusakan yang mereka timbulkan sering tidak terdeteksi sampai sudah meluas.
Yang mengejutkan, ledakan populasi Drupella sering dipicu oleh kerusakan karang itu sendiri. Saat predatornya berkurang, siput ini berkembang tanpa kendali dan menyerang karang sehat yang tersisa. Karena ukurannya kecil, penyelam sering tidak sadar jika koloni Drupella sedang merayap di karang. Inilah kenapa banyak orang tak menyangka siput bisa jadi perusak besar.
5. Cacing pemakan karang (Polychaeta, cacing api, dan cacing pipih)

Cacing laut mungkin berukuran kecil, tapi dampaknya ke karang bisa bikin geleng-geleng kepala. Jenis yang paling sering jadi masalah adalah cacing pipih pemakan Acropora (AEFW) dan pemakan Euphyllia. Dua jenis karang ini terkenal sebagai elemen penting di ekosistem terumbu karena bentuknya yang rumit dan jadi rumah bagi banyak organisme laut. Kalau sudah diserang cacing ini, koloni karang bisa perlahan keropos dari dalam.
Cacing dari kelas Polychaeta juga termasuk yang suka menyerang karang. Mereka punya tubuh beruas dan bisa menyusup ke jaringan karang tanpa disadari, terutama karena ukuran mereka yang sangat kecil. Dari luar, semuanya terlihat baik-baik saja, padahal di dalam, jaringan karang pelan-pelan dimakan habis.
Masalahnya, karang yang sudah terkena cacing-cacing ini jadi gampang retak, rapuh, dan lebih rentan terserang penyakit laut lain. Selain itu, lubang-lubang kecil yang ditinggalkan bisa jadi sarang untuk organisme perusak lainnya.
Terumbu karang adalah salah satu harta karun alam yang paling rapuh dan berharga. Kehadirannya tidak hanya mempercantik laut, tapi juga menjadi penopang kehidupan bagi banyak spesies. Sayangnya, keberadaan hewan-hewan perusak membuat misi menjaga karang semakin menantang.
Namun, bukan berarti kita tidak bisa berbuat apa-apa. Dengan memahami siapa saja musuh karang, kita bisa ikut mendukung upaya pelestarian, mulai dari mengurangi polusi laut hingga menjaga populasi predator alami mereka. Laut yang sehat adalah tanggung jawab bersama, dan menjaga karang berarti menjaga kehidupan itu sendiri.