Hubungan Amazon dengan Sahara yang Saling Menopang

Bicara soal perbedaan antara Hutan Hujan Amazon dengan Gurun Sahara, pastinya ada ribuan hal yang bisa kita pikirkan. Dari lokasi saja, kedua tempat ini sudah sangat berseberangan. Hutan Hujan Amazon berada di Amerika Selatan dan Gurun Sahara berada di Afrika yang terpaut sekitar 9.938 km. Curah hujan dan suhu kedua tempat ini jelas sangat berbanding terbalik sehingga akan sangat kontras jika dibandingkan.
Belum lagi kalau kita berbicara soal keanekaragaman hayati yang ada di kedua tempat ini, semuanya jelas akan sangat berbeda. Namun, di balik begitu berbedanya Hutan Hujan Amazon dan Gurun Sahara, keduanya ternyata memiliki hubungan timbal balik yang saling melengkapi. Bahkan, kalau salah satu di antaranya rusak, keduanya akan turut rusak. Kira-kira mengapa hal itu bisa terjadi, ya? Yuk, cari tahu jawaban tentang hubungan menarik antara Hutan Hujan Amazon dengan Gurun Sahara di bawah ini!
1. Kesuburan di Hutan Hujan Amazon tetap terjaga berkat Gurun Sahara

Terpaut jarak yang jauh bukan berarti tak bisa berbagi manfaat. Rasanya kalimat itu yang cocok menggambarkan situasi antara Hutan Hujan Amazon dengan Gurun Sahara. Beberapa tahun ke belakang, peneliti menemukan fakta menarik dari relasi antara kedua tempat ini. Gurun Sahara "membantu" menjaga kesuburan tanah yang ada di Hutan Hujan Amazon. Menariknya, cara yang dipakai Gurun Sahara untuk melakukan hal ini ialah melalui perantara debu!
Dilansir NASA, debu yang diembuskan Sahara menuju Amazon itu ibarat pupuk yang dapat membantu pertumbuhan tanaman di hutan hujan terbesar di dunia itu. Tiap tahunnya, diperkirakan kalau Gurun Sahara "melempar" hingga 182 juta ton debu ke udara yang nantinya berembus ke segala arah. Nah, debu-debu itu ada yang terbawa menuju Samudra Atlantik hingga mencapai Hutan Hujan Amazon. Berdasarkan data dari Cloud-Aerosol Lidar and Infrared Pathfinder Satellite Observation (CALIPSO) NASA pada 2006 saja, ada 27,7 juta ton debu yang dibawa dari Gurun Sahara sampai ke Amazon.
Sebenarnya bukan debu itu yang menjadi pupuk bagi Hutan Hujan Amazon secara spesifik, melainkan kandungan fosfor yang ada di dalamnya. Dilansir Less Saves the Planet, sebagian besar debu yang diembuskan Sahara menuju Amazon berasal dari Depresi Bodélé yang berada di Chad. Sekitar 10 ribu tahun yang lalu, terdapat danau paleola yang penuh dengan ikan di sana. Fosil-fosil ikan yang terkubur pascahilangnya danau paleola tersebut jadi sumber fosfor yang nantinya akan terangkut oleh debu yang diembuskan Sahara.
Dari 27,7 juta ton debu yang sampai ke Hutan Hujan Amazon, terdapat kandungan 22 ribu ton fosfor di dalamnya. Jumlah ini memang hanya sekitar 0,08 persen dari keseluruhan debu yang datang, tapi angka tersebut sudah cukup untuk menggantikan jumlah fosfor yang hilang dari Hutan Hujan Amazon karena terbawa sungai-sungai di sana. Berkat bantuan fosfor dari Gurun Sahara inilah, vegetasi yang ada di Hutan Hujan Amazon tetap terjaga.
2. Lantas, apa fungsi Hutan Hujan Amazon bagi Gurun Sahara?

Sebenarnya, untuk manfaat secara spesifik yang diberikan Hutan Hujan Amazon kepada Gurun Sahara belum bisa dipastikan. Sebab, apa yang dihasilkan di hutan hujan terbesar di dunia ini pada dasarnya akan berdampak bagi seluruh dunia. Dengan total luas 6,7 juta km persegi, Hutan Hujan Amazon jadi penyerap gas karbon dioksida daratan terbesar di Bumi, yakni dengan proporsi sekitar seperempat dari seluruh gas karbon dioksida yang diserap melalui daratan. Berkatnya, suhu seluruh dunia dapat lebih terkontrol.
Earth Reminder melansir kalau saat ini, kerusakan Hutan Hujan Amazon mulai menyebabkan emisi gas karbon dioksida yang mulai memengaruhi temperatur Bumi. Jika kondisi ini terus terjadi, Bumi akan terus memanas, es akan mencair, sampai keanekaragaman hayati berpotensi hancur di seluruh dunia. Oke, dampak-dampak itu rasanya tak berpengaruh bagi Gurun Sahara yang sedari awal sudah kering, panas, dan tak banyak vegetasi di dalamnya.
Namun, kenyataannya, perubahan iklim justru akan mengubah Gurun Sahara hingga ke tahapan yang ekstrem. Dilansir Live Science, perubahan iklim membuat daerah sekitar Gurun Sahara kekurangan curah hujan tiap tahunnya. Berdasarkan pengukuran sejak 1920—2013 silam, Gurun Sahara justru semakin melebar hingga 10 persen dari ukuran awalnya. Salah satu tanda dari makin meluasnya Gurun Sahara bisa dilihat pada Danau Chad.
Danau ini terletak di dekat daerah Sahel, bagian dari Gurun Sahara yang jadi perbatasan antara zona gurun dengan zona sabana di Afrika. Sebagian besar bagian dari danau ini mulai berubah menjadi gurun pasir. Negara seperti Libya yang dulunya tak memiliki gurun pasir pun kini sudah tertutupi gurun hingga 500 km, dilansir Earth. Cuaca yang tak menentu pun mulai terjadi di daerah Sahara dan sekitarnya. Kekeringan yang ekstrem dan banjir yang datang akibat badai yang datang tiba-tiba jadi dampak lain yang mulai menghantam gurun ini.
3. Apa yang terjadi jika salah satu dari kedua tempat itu hancur?

Dari penjelasan di atas, rasanya memang hubungan antara Hutan Hujan Amazon dengan Gurun Sahara begitu dinamis. Jika salah satunya tumbang, yang satunya lagi pun akan mengalami dampak yang signifikan. Jika suatu hari nanti Gurun Sahara tidak mengembuskan debunya ke Amazon, misalnya, lantas vegetasi di sana akan terpengaruh meski secara perlahan.
Ingat soal jumlah fosfor yang terbawa sungai di Amazon tiap tahunnya sama seperti jumlah fosfor yang diterima dari Gurun Sahara? Jika jumlah itu tak bisa digantikan, perlahan tanaman-tanaman yang ada di Amazon akan kekurangan nutrisi yang menyebabkan mereka akan musnah secara perlahan. Hal ini semakin diperparah lagi dengan kondisi Hutan Hujan Amazon yang turut tergerus akibat aktivitas manusia.
Dilansir Sentient Media, sejak 1970-an hingga hari ini, Hutan Hujan Amazon sudah kehilangan 20 persen areanya akibat berbagai alasan. Nah, jika Amazon duluan yang hancur atau hilang, Gurun Sahara akan menjadi masalah serius bagi manusia. Seperti yang sudah disebutkan di atas, hutan hujan tropis terbesar di dunia ini berfungsi sebagai penyerap karbon dioksida dan menyalurkan oksigen ke Bumi. Tanpanya, pemanasan global akan semakin memburuk dari waktu ke waktu.
Dengan demikian, cuaca di Gurun Sahara pun akan jadi tak menentu. Sudah dijelaskan di atas kalau kekeringan ekstrem ataupun badai sudah mulai melanda gurun pasir terbesar di dunia ini. Ketika area gurun juga semakin meluas, masyarakat yang hidup di negara-negara sekitar Gurun Sahara akan kehilangan sumber air, penghasilan, hingga pangan karena sungai yang mereka andalkan juga akan mengering seiring dengan ekspansi Gurun Sahara.
Pada dasarnya, Afrika dan Amerika Selatan dulunya memang bagaikan saudara saat Superbenua Pangea masih ada di Bumi karena wilayahnya saling terhubung. Kendati saat ini sudah berpisah hingga ribuan kilometer, siapa sangka kalau dua tempat penting di masing-masing benua ini masih terhubung satu sama lain. Bahkan, tanpa kehadiran keduanya, seluruh dunia bisa merasakan dampak buruk yang menyusul setelah itu.