Keren! 11 Keahlian yang Harus Dikuasi Seorang Ninja

Legenda shinobi no mono berpakaian hitam, yang lebih dikenal sebagai ninja, sangat terkenal dalam budaya populer, terutama di Jepang. Akan tetapi, kebenaran sejarah ninja, seperti yang ditunjukkan World History Encyclopedia, telah dilebih-lebihkan. Banyak dari apa yang diketahui tentang ninja hari ini berasal dari tradisi lisan atau catatan yang ditulis setelah masa kejayaannya pada abad ke-15 dan ke-16.
Ninja bukanlah imajinasi. Mereka setara dengan pasukan khusus, seperti Navy Seal atau Baret Hijau, tetapi versi Jepang abad pertengahan. Ninja menggunakan teknologi mutakhir dan sepenuhnya berorientasi kepada tujuan. Untuk mencapai kesuksesan yang membuat ninja menjadi legenda, mereka harus mengikuti aturan dan persyaratan tertentu.
1. Ninja adalah tentara bayaran

Secara historis, ninja adalah tentara bayaran yang harus menghasilkan uang. Alan Axelrod dalam bukunya, Mercenaries, membahas bagaimana ninja menjadi satu-satunya tentara yang disewa di Jepang feodal.
Ninja direkrut untuk pekerjaan yang berfokus kepada spionase, pembunuhan, pengintaian, dan sebagai kolumnis kelima. Mereka juga disewa untuk infiltrasi benteng musuh dan sabotase. Ninja dapat bekerja untuk misi individu ataupun kampanye militer.
Dilansir Business Insider, ninja di Jepang feodal membuat inflasi dari 8.000 dolar Amerika atau setara Rp113 juta menjadi 17.000 dolar Amerika atau setara Rp242 juta per tahun. Ninja hari ini bisa mendapatkan hingga 85.000 dolar Amerika atau setara Rp1,2 miliar hanya untuk kegiatan yang berhubungan dengan wisata di Jepang.
2. Ninja harus merahasiakan identitasnya

Bansenshukai, yang merupakan pelatihan untuk ninja dari abad ke-17, menyarankan bahwa komandan yang menyewa ninja harus merahasiakan identitas mereka. Aturan ini membuat banyak hal tentang ninja menjadi kabur. Bahkan, seberapa sukses ninja dalam misi mereka pun tidak diketahui.
Kerahasiaan itu juga meluas ke kehidupan pribadi mereka. Sangat sedikit orang yang tahu apakah seseorang itu ninja atau bukan. Kerahasiaan ini menimbulkan mitos yang beranggapan bahwa ninja menggunakan sihir. Padahal ninja tidak menggunakan sihir, tetapi pelatihan yang cukup ketat.
3. Ninja harus pintar bersembunyi

Pelatihan ninja dimulai pada masa kanak-kanak di tingkat keluarga, khususnya di provinsi Iga dan Koga, yang merupakan pusat pelatihan ninja pada abad ke-16. Salah satu aspek penting dari pelatihan ini adalah gerakan diam. Mereka harus mempelajari lingkungan sekitar. Contohnya, menghindari ranting dan batu yang mungkin menyebabkan suara.
Mereka juga perlu mewaspadai cahaya sekitar pada malam hari agar tidak menghasilkan bayangan dari tubuh mereka sendiri. Ninja menggunakan berbagai jenis sandal untuk berbagai medan, mulai dari area berlumpur hingga tikar tatami. Praktisi ninjutsu bentuk modern, pewaris keterampilan ninja, bahkan berlatih bergerak diam-diam di dalam air.
Praktisi modern berlatih berjalan di atas es dengan sandal kayu untuk mencapai keseimbangan sempurna. Reputasi inilah yang membentuk konsep bagaimana ninja berpakaian serbahitam atau merah tua untuk menyembunyikan noda darah. Seperti yang ditunjukkan dalam buku Mercenaries, gagasan ini sebagian besar salah dan imajinasi semata.
4. Ninja harus mampu bertahan dalam segala rintangan

Ninja harus belajar kesabaran dan daya tahan. Dari sinilah muncul seni modern ninjutsu, yang pada dasarnya adalah seni para ninja. Pelatihan seni ini mencakup hampir semua hal yang perlu diketahui ninja dalam suatu tugas. Oleh karena itu, ninja harus pintar dalam pengetahuan meteorologi, psikologi, keterampilan di alam liar, taktik, dan strategi dalam situasi tertentu.
Joel Levy dalam bukunya Ninja: the Shadow Warrior mengungkapkan bahwa guru ninjutsu menekankan praktik bertahan dari pelatihan ninja. Ini menyiratkan sikap tabah dan kemauan untuk menanggung amanat demi mencapai tujuan yang diinginkan.
5. Ninja harus memiliki keterampilan menyamar

Secara tradisional, ninja diharuskan mengetahui tujuh penyamaran dasar. Menurut buku Ninja Book, penyamaran ini disebut shichihode, yang secara harfiah berarti 'ekspresi dalam tujuh arah'. Tujuh penyamaran ini dimaksudkan agar ninja dapat bepergian dengan bebas. Menurut panduan pelatihan ninja Shoninki, penyamaran ini, yang disebut shushibo no kato, adalah biksu keliling, biksu Buddha, petapa gunung, pedagang, pengembara, penghibur jalanan, dan orang biasa.
Semua penyamaran ini memiliki tujuan. Dalam penyamaran pedagang, ninja bisa berbaur dengan orang, sedangkan jika menyamar sebagai penghibur, ninja bisa berbaur dengan orang banyak. Jika menyamar menjadi pertapa gunung, seorang ninja bisa mendekati seseorang dengan lebih mudah membawa senjata. Penyamaran ini tergantung pada situasi.
6. Ninja harus membawa enam barang penting dalam tugasnya
Manual pelatihan Shoninki juga merinci enam barang penting yang harus dibawa ninja setiap saat. Salah satunya amigasa, yang merupakan topi jerami bertepi lebar; kaginawa, yang merupakan kail bergulat; sekihitsu adalah pensil batu; kusuri, yaitu kedokteran lapangan; sanjaku tenugui, yang merupakan kain sepanjang 3 kaki; dan uchitake adalah alat pemicu api.
Amigasa adalah topi jerami untuk menutupi wajah dan mengintai tanpa diketahui. Kaginawa untuk membantu seorang ninja memanjat dan mengikat orang serta mengunci pintu geser dan kegunaan lainnya.
Sekihitsu digunakan untuk membuat tanda atau mencatat. Kusuri adalah obat. Kain dapat digunakan dalam berbagai situasi, seperti tali darurat atau perlindungan dari panas dan dingin. Uchitake, alat pemicu api, jelas berguna dalam situasi bertahan hidup.
7. Ninja harus terampil dengan semua peralatan yang digunakan dalam bertugas
Ninja perlu menguasai berbagai alat praktis untuk menembus pertahanan musuh. Bansenshukai mencantumkan beberapa jenis tangga tali fleksibel yang bisa digunakan ninja dalam misi. Ninja juga membawa alat penggali dan penyelidik. Selain itu, ninja memiliki semua jenis pengait, serta perlengkapan crampon untuk membantu memanjat dinding.
Ninja juga membawa nagabukuro, tas panjang yang terbuat dari kapas, dengan panjang hingga 9 meter. Ninja harus terbiasa dengan alat penyeberangan air berupa sirip buatan sendiri. Meskipun ada legenda bahwa ninja memiliki sepatu yang bisa berjalan di atas air, ini rupanya fiktif.
8. Ninja harus berlatih banyak seni bela diri

Pasalnya, ninja dilatih sejak kecil dalam pertempuran dengan dan tanpa senjata. Pelatihan fisik ini termasuk berlari, berenang, pertempuran tanpa senjata, dan berkuda.
Ninja juga harus menjadi pemanah yang ahli. Mereka biasanya menggunakan busur yang lebih kecil daripada yang dipakai seorang samurai. Semua pelatihan ini mirip dengan pelatihan samurai, kecuali ninja dilatih untuk mengkhususkan diri kepada senjata rahasia dan katana.
Menurut buku A History of Weapons karya John O'Bryan, ada pula shuriken, yang berarti 'pedang yang tersembunyi di tangan'. Senjata-senjata ini berasal dari berbagai senjata lempar, dan yang paling terkenal adalah hira atau bintang lempar.
O'Bryan menegaskan bahwa senjata-senjata ini tidak pernah dimaksudkan sebagai senjata pembunuh, tetapi digunakan sebagai pengalih perhatian. Senjata utama ninja adalah katana, yang juga bisa digunakan untuk membantu memanjat dengan memasukkan ujung pedang ke celah dinding.
9. Ninja harus ahli menggunakan segala jenis senjata mereka

Ninja juga memiliki banyak senjata yang mampu menipu atau membantu melarikan diri. Ninja membawa tetsu bishi, yang dapat dilemparkan ke tanah untuk memperlambat musuh yang mengejar mereka. Senjata lainnya adalah shuko, empat cakar besi memanjang yang digunakan di telapak tangan. Ada senjata serupa, Tekko-kagi, yang merupakan cakar yang mirip seperti karakter Wolverine di X-men.
Ninja juga menggunakan Kyoketsu Shogei, yang terdiri dari cincin logam yang diikat dengan tali panjang pada kombinasi sabit dan belati lurus. Ini digunakan untuk menjerat korban dan menarik mereka.
Ada pula Kusarigama, yang merupakan rantai yang dihubungkan dengan sabit. Belum lagi senjata inovatif seperti bubuk mesiu, senapan, dan granat. Penggunaan bubuk mesiu memungkinkan mereka membuat asap untuk membantu pelarian.
10. Ninja harus bisa menggunakan racun

Sebagai pembunuh, ninja dituntut untuk terbiasa dengan penggunaan berbagai metode racun. Seorang ninja bisa menempelkan racun pada kulit seseorang dan setelah keringat keluar di panasnya pertempuran, korbannya akan mati. Hal ini memunculkan dugaan bahwa korban meninggal karena serangan rahasia.
Cara lain meracuni termasuk membubuhkan racun di bawah kuku atau di kuku. Setelah ninja menyapu target, racun itu kemudian aktif. Buku Ninja, The Invisible Assassins menggambarkan bagaimana mereka menggunakan panah beracun yang diluncurkan melalui sumpitan, serta pistol air yang menyemprotkan racun ke mata korban.
11. Ninja harus menguasai banyaknya gerakan tangan

Buku Ninja Handbook menyebutnya Kuji-kiri atau sembilan segel. Ini adalah posisi tangan yang diadopsi dari teknik meditasi Buddha.
Ada 81 jenis posisi tangan, yang disebut pemotongan. Diperkirakan bahwa bahasa isyarat ini mirip dengan mudra agama Hindu dan memiliki tujuan spiritual, seperti meningkatkan energi seseorang, menyembuhkan diri sendiri dan orang lain, membangun intuisi, dan melatih kesadaran akan ruang dan waktu. Gerakan tangan rumit inilah yang membuat banyak orang mengira bahwa ninja itu menggunakan sihir atau mengutuk korbannya.
Berdasarkan artikel ini, seni bela diri seperti ninjutsu tetap lestari hingga hari ini. Seni dan ilmu shinobi telah berkembang dan diwakili oleh pasukan militer elite saat ini, seperti SEAL dan Delta Force. Jadi, sudah tahu, kan, betapa kerennya Ninja?