5 Fakta Menarik Ratu Lebah, Penguasa Koloni yang Hidupnya Penuh Drama

- Ratu lebah menjadi penguasa koloni melalui diet royal jelly yang mengubah larva biasa menjadi ratu dengan organ reproduksi yang berkembang sempurna.
- Perebutan tahta ratu lebah adalah peristiwa brutal di dalam sarang, hanya satu ratu yang diizinkan berkuasa setelah membunuh calon ratu lainnya.
- Kekuatan ratu lebah tidak hanya berasal dari tubuhnya, tapi juga dari zat kimia bernama feromon yang membuatnya mampu mengendalikan seluruh koloni secara biologis.
Hidup ratu lebah tidak hanya tentang bertelur. Ia adalah pemimpin tunggal yang menentukan nasib seluruh koloni di sarang. Di balik aktivitas lebah yang tampak teratur, ada dinamika biologis dan politik yang cukup keras, mulai dari perebutan tahta, makanan khusus untuk calon ratu, hingga penerbangan kawin yang berisiko tinggi.
Ratu lebah adalah pusat kehidupan koloni, dengan tubuh paling besar dan satu-satunya yang mampu bereproduksi. Perannya menunjukkan bagaimana kekuasaan dan ketertiban berjalan seimbang dalam dunia lebah. Berikut adalah beberapa fakta paling menarik tentang Ratu Lebah, pemimpin yang kehidupannya dipenuhi dinamika kekuasaan.
1. Diet eksklusif royal jelly yang mengubah larva biasa menjadi penguasa koloni

Ratu lebah tidak terlahir dengan genetik khusus yang membedakannya sebagai bangsawan. Statusnya diangkat melalui diet luar biasa yang menjadikannya ratu. Dilansir laman Australian Academy of Science, semua larva betina awalnya diberi makan zat seperti jeli yang diproduksi oleh lebah perawat, yang disebut royal jelly.
Rahasia pembeda takhta ada di sini yakni larva yang terpilih menjadi ratu akan terus-menerus diberi royal jelly ini, sementara larva lain dialihkan ke pola makan lebah roti (campuran serbuk sari, nektar, dan madu). Pola makan eksklusif inilah yang secara epigenetik, yaitu proses ketika lingkungan memengaruhi ekspresi gen, mengubah larva tersebut menjadi lebah reproduktif dengan organ yang berkembang sempurna.
Peran royal jelly ini teramat krusial. Tanpa makanan super tersebut, calon ratu otomatis menjadi lebah pekerja biasa yang steril. Seluruh koloni mendedikasikan diri untuk merawat dan menghasilkan makanan khusus ini. Keberlangsungan seluruh populasi sarang jelas bergantung pada keberhasilan metamorfosis sang Ratu yang istimewa.
2. Pertarungan berdarah yang menentukan siapa ratu sejati

Meskipun terdengar seperti cerita dongeng, perebutan tahta Ratu Lebah adalah peristiwa brutal di dalam sarang. Hanya satu ratu yang diizinkan berkuasa. Ketika sarang memutuskan memproduksi ratu baru, lebah pekerja akan menghasilkan beberapa calon ratu sekaligus demi meningkatkan peluang mendapatkan pemimpin yang kuat. Namun, hanya satu yang dapat menduduki singgasana.
Dilansir laman Chandler Honey, begitu ratu baru menetas, ia akan menggunakan sengatnya untuk membunuh calon ratu lain yang masih terperangkap di dalam selnya. Jika kebetulan dua ratu menetas bersamaan, mereka berhadapan dalam duel sengit yang disebut pertarungan ratu (queen fighting) hingga salah satu tewas.
Sengat Ratu Lebah berbeda total dari sengat lebah pekerja. Sengatnya halus seperti jarum, tidak bergerigi, sehingga bisa digunakan berkali-kali tanpa membahayakan dirinya. Ia menyimpan senjata mematikannya itu secara eksklusif untuk pertempuran internal dengan pesaing, memastikan dirinya menjadi pemimpin monarki tunggal di koloni.
3. Mengendalikan ribuan anggota koloni hanya dengan sinyal kimia

Kekuatan ratu lebah tidak hanya berasal dari tubuhnya, tapi juga dari zat kimia bernama feromon yang membuatnya mampu mengendalikan seluruh koloni secara biologis. Dilansir laman Mountain Valley Honey, Ratu lebah secara konstan melepaskan sinyal kimia, yang dikenal sebagai Feromon Ratu (Queen Pheromone), dari berbagai kelenjar di tubuhnya.
Feromon ini memiliki dua fungsi sangat penting yakni menarik rombongan lebah pekerja untuk merawatnya (retinue behavior) dan, yang paling mendasar, menekan perkembangan ovarium lebah pekerja lainnya. Sinyal kimia tersebut secara efektif memerintahkan setiap lebah betina di sarang untuk tidak bertelur karena ratu ada dan bereproduksi dengan baik.
Feromon ini adalah perekat yang menjaga persatuan dan tatanan sosial koloni. Ketika Ratu menua atau mati, produksi feromonnya akan menurun drastis. Penurunan sinyal ini akan langsung memicu lebah pekerja untuk memulai proses memproduksi sel ratu baru, atau dalam situasi darurat, lebah pekerja mungkin akan mulai bertelur sendiri, menandakan kekacauan dan kegagalan kepemimpinan.
4. Perkawinan udara sekali seumur hidup yang menentukan kesuburan koloni

Perkawinan Ratu Lebah adalah peristiwa sekali seumur hidup yang terjadi di udara terbuka. Misi berbahaya ini menentukan seluruh kemampuan reproduksinya hingga akhir hayat. Dilansir laman Apimaye, Ratu lebah perawan akan terbang keluar dari sarang untuk melakukan penerbangan kawin (nuptial flight) di area terbuka yang disebut Drone Congregation Area (DCA). Di sana, ia akan kawin dengan 15 hingga 20 lebah jantan (drone) dari berbagai koloni.
Peristiwa ini harus berlangsung cepat dan sukses karena lebah jantan yang berhasil kawin akan langsung mati setelah organ reproduksinya tertinggal pada ratu. Setelah penerbangan krusial ini, Ratu kembali ke sarang dan tidak akan pernah kawin lagi.
Ia menyimpan jutaan sperma di dalam kantung khusus bernama spermatheca dan menggunakannya secara bertahap untuk membuahi telur selama bertahun-tahun. Kualitas dan jumlah sperma yang tersimpan menjadi penentu mutlak berapa lama ia bisa menjadi Ratu yang produktif sebelum koloni memutuskan untuk menggantinya.
5. Memiliki umur super panjang yang jauh melampaui umur lebah pekerja

Ratu Lebah memiliki rentang hidup yang sangat luar biasa jika dibandingkan dengan anggota koloni lainnya. Keistimewaan ini diberikan oleh diet royal jelly sejak larva. Dilansir laman National Garden Scheme, lebah pekerja (betina) hanya hidup sekitar lima hingga tujuh minggu selama musim sibuk, sementara Ratu Lebah dapat hidup antara dua hingga tujuh tahun.
Umur yang sangat panjang ini memungkinkannya menjadi "ibu" bagi jutaan lebah pekerja sepanjang masa jabatannya, menjaga stabilitas dan kesinambungan populasi sarang. Namun, umur panjang Ratu bergantung pada kesuburannya. Seiring bertambahnya usia, kemampuan bertelur dan produksi feromonnya akan menurun.
Jika lebah pekerja merasakan bahwa Ratu sudah tidak produktif, mereka akan memicu proses penggantian dengan membesarkan ratu baru. Terkadang, lebah pekerja bahkan membunuh Ratu lama melalui proses balling (mengelilingi dan memanaskan tubuh Ratu lama), hal ini menunjukkan bahwa di koloni lebah, kekuasaan diberikan berdasarkan produktivitas, bukan sekadar usia.
Kelima fakta ini menunjukkan bahwa ratu lebah punya peran besar dalam kehidupan koloni. Ia memimpin seluruh sistem sosial di sarang, dari perkembangbiakan sampai pembagian tugas antarlebah. Keberhasilan koloni, termasuk produksi madu dan perlindungan sarang, sangat bergantung pada kondisi ratu dan sinyal yang ia keluarkan.


















