Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Benarkah Hujan Bisa Membersihkan Polusi Udara? Gak Sesederhana Itu!

apakah hujan bisa membersihkan polusi udara?
ilustrasi hujan (pexels.com/Genaro Servín)

Setiap kali hujan turun setelah hari-hari dengan udara yang terasa berat oleh polusi udara, banyak orang berasumsi bahwa tetes hujan akan “mencuci” langit dan mengembalikan kesegaran udara. Secara logis, air memang memiliki kemampuan untuk melarutkan partikel, sehingga wajar jika muncul anggapan bahwa hujan dapat membersihkan atmosfer dari kotoran dan debu.

Hubungan antara hujan dan polusi udara jauh lebih kompleks dibandingkan yang kita kira. Tidak semua jenis polutan (zat kimia yang dapat merusak lingkungan dan organisme hidup di sekitarnya ) dapat dihilangkan hanya dengan curah hujan. Beberapa di antaranya justru mengalami perubahan kimia yang menghasilkan zat baru yang tetap berbahaya bagi lingkungan. Berikut penjelasan mengapa saat hujan turun tidak selalu berarti udara menjadi bersih sepenuhnya.

1. Hujan dapat menyerap partikel di udara, tapi tidak menyentuh semua jenis polutan

bagaimana dubai bisa punya awan buatan?
ilustrasi hujan (pexels.com/Pixabay)

Hujan memang dapat menangkap partikel padat di udara seperti debu, jelaga, dan asap kendaraan. Ketika butiran air terbentuk di atmosfer, partikel tersebut menempel pada permukaannya dan ikut terbawa turun ke permukaan bumi. Proses ini disebut wet deposition dan efektif menurunkan kadar partikel kasar dalam waktu singkat.

Namun, efektivitasnya terbatas. Gas polutan seperti karbon monoksida, ozon, dan senyawa organik volatil tidak mudah larut dalam air, sehingga tetap berada di udara meski hujan turun. Hal ini menjelaskan mengapa setelah hujan deras pun, kualitas udara tidak selalu membaik secara signifikan, terutama di kawasan dengan emisi tinggi seperti perkotaan padat.

2. Polusi yang terbawa hujan dapat menyebabkan kontaminasi di permukaan bumi

apakah hujan bisa membersihkan polusi udara?
ilustrasi hujan (pexels.com/Pixabay)

Proses pembersihan udara oleh hujan bukan berarti polusi menghilang, melainkan berpindah tempat. Ketika polutan ikut terbawa tetesan air, ia jatuh ke tanah, sungai, atau permukaan tanaman. Jika zat yang terbawa adalah sulfur dioksida atau nitrogen oksida, hujan tersebut dapat bersifat asam, atau dikenal sebagai acid rain.

Dampaknya bisa meluas. Hujan asam dapat menurunkan pH tanah, merusak struktur daun tanaman, dan mencemari sumber air. Dalam jangka panjang, hal ini mengganggu keseimbangan ekosistem, terutama di wilayah dengan aktivitas industri tinggi. Artinya, hujan memang menurunkan polusi udara, tetapi sekaligus memindahkan masalah ke bagian lain dari lingkungan.

3. Efektivitas hujan bergantung pada kondisi atmosfer

apakah hujan bisa membersihkan polusi udara?
ilustrasi hujan (pexels.com/Joey Kyber)

Tidak semua hujan memiliki kemampuan yang sama dalam membersihkan udara. Faktor seperti suhu, kelembapan, dan kecepatan angin memengaruhi seberapa banyak partikel yang bisa ditangkap. Pada kondisi udara lembap dengan awan tebal, butiran hujan cenderung lebih besar sehingga mampu membawa lebih banyak polutan turun ke permukaan.

Sebaliknya, pada cuaca panas dan kering, partikel polusi bisa kembali naik ke udara setelah hujan reda, terutama di daerah perkotaan yang mengalami efek pulau panas (urban heat island). Selain itu, hujan dengan intensitas ringan tidak cukup kuat untuk mengendapkan partikel halus yang berdiameter di bawah 2,5 mikrometer (PM2.5), jenis polutan yang paling berbahaya bagi kesehatan pernapasan.

4. Sumber polusi yang terus aktif menghambat pemulihan udara

apakah hujan bisa membersihkan polusi udara?
ilustrasi polusi (pexels.com/Kelly)

Meskipun hujan dapat menurunkan sementara kadar polusi udara, hasilnya tidak akan bertahan lama jika sumber pencemar tidak berhenti. Emisi kendaraan bermotor, pembakaran sampah, dan aktivitas industri akan terus menghasilkan gas dan partikel baru ke atmosfer. Karena itu, kualitas udara biasanya memburuk kembali hanya dalam waktu beberapa jam setelah hujan berhenti.

Fenomena ini sering diamati di kota besar dengan kepadatan kendaraan tinggi. Artinya, hujan memang membantu proses alami pembersihan udara, tetapi dampaknya bersifat sesaat. Perbaikan kualitas udara yang berkelanjutan tetap bergantung pada pengendalian sumber polusi di darat, bukan semata pada proses atmosfer.

5. Hujan dapat memicu pembentukan zat baru di udara

apakah hujan bisa membersihkan polusi udara?
ilustrasi hujan (pexels.com/Nikita Ananjevs)

Selain melarutkan polutan, hujan juga dapat memicu reaksi kimia baru di atmosfer. Ketika air bereaksi dengan gas seperti sulfur dioksida dan nitrogen oksida, terbentuklah asam sulfat dan asam nitrat. Senyawa ini dapat menghasilkan partikel sekunder berukuran sangat kecil yang tetap tersuspensi di udara.

Proses tersebut menyebabkan udara tampak bersih sesaat, tetapi kandungan partikel mikroskopis justru meningkat setelah hujan. Polusi jenis ini lebih sulit diukur secara kasat mata, namun berdampak jangka panjang terhadap kesehatan dan iklim. Jadi, hujan bukan sekadar “pembersih alami”, melainkan juga bagian dari siklus kimia atmosfer yang kompleks dan dinamis.

Hujan memang memiliki peran penting dalam menurunkan sebagian polusi udara, tetapi tidak dapat dianggap sebagai solusi utama untuk memperbaiki kualitas atmosfer. Sebagian polutan tetap bertahan di udara, sebagian lainnya berpindah ke tanah atau air. Pemahaman ini penting agar masyarakat tidak salah mengartikan hujan sebagai tanda udara telah benar-benar bersih.

Referensi

"Does Rain Clear Smoke and Improve Air Quality?" Smart Air. Diakses pada Oktober 2025.

"Does Rain Improve Air Quality? Exploring Rainfall’s Cleansing Effects". UHOO. Diakses pada Oktober 2025.

"What Rain Really Does to Air Quality: Myths vs Facts". Equinox. Diakses pada Oktober 2025.

"Can rain clean the atmosphere?" Massachusetts Institute of Technology. Diakses pada Oktober 2025.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Izza Namira
EditorIzza Namira
Follow Us

Latest in Science

See More

[QUIZ] Tes Pengetahuan Sejarah Indonesia Tingkat SD, Ingat?

28 Okt 2025, 09:40 WIBScience