Referensi
"Why Some People Tolerate Spicy Foods Better Than Others". McGill University. Diakses Oktober 2025.
"Why Can Some People Handle Spicy Food Better Than Others?". Heat Supply. Diakses Oktober 2025.
"Is Spice Tolerance Genetic?". Kean Health. Diakses Oktober 2025.
"How To Increase Your Spice Tolerance". BBC. Diakses Oktober 2025.
Mengapa Kemampuan Pedas Tiap Orang Berbeda? Ini Alasannya

- Setiap orang punya batas toleransi berbeda terhadap makanan pedas, dipengaruhi oleh faktor genetik dan kebiasaan.
- Toleransi pedas bisa dilatih dengan memperkenalkan makanan pedas secara bertahap dan konsisten ke dalam menu harian.
- Sensasi panas saat makan makanan pedas bukan rasa, melainkan reaksi tubuh terhadap zat kimia bernama capsaicin.
Ada orang yang bisa menikmati cabai super pedas tanpa masalah. Namun, ada juga yang baru mencicipi sedikit sambal saja sudah kepedasan. Sensasi pedas memang unik karena tiap orang bisa merasakannya dengan cara berbeda. Tak heran jika ada yang menikmatinya sebagai tantangannya, tapi di lain sisi juga menghindarinya sama sekali.
Lantas, mengapa kemampuan pedas tiap orang berbeda? Jawabannya tak cuma soal seberapa kuat lidahmu, tapi juga berkaitan dengan faktor genetik dan kebiasaan. Yuk, cari tahu apa yang sebenarnya terjadi di balik sensasi pedas ini!
Mengapa kemampuan pedas tiap orang berbeda?
Setiap orang punya batas toleransi berbeda terhadap makanan pedas. Faktanya, hal tersebut juga dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu genetik dan kebiasaan. Secara biologis, rasa pedas muncul karena zat capsaicin yang terdapat pada cabai. Zat ini menempel pada reseptor TRPV1 di mulut dan lidah, lalu mengirim sinyal ke otak bahwa ada sensasi panas atau terbakar.
Nah, jumlah dan sensitivitas reseptor ini berbeda pada setiap orang. Semakin banyak reseptor yang kamu miliki, makin kuat rasa pedas yang dirasakan. Karena itu, ada orang yang sudah kepedasan hanya dengan sedikit lada, sedangkan lainnya bisa menikmati cabai super pedas tanpa masalah.
Selain faktor genetik, kebiasaan atau “latihan” juga berpengaruh besar. Orang yang sering mengonsumsi makanan pedas sejak kecil cenderung memiliki toleransi yang lebih tinggi karena tubuhnya terbiasa menerima rangsangan capsaicin. Lama-kelamaan, otak pun tidak lagi merespons rasa pedas dengan intensitas yang sama.
Apakah toleransi terhadap makanan pedas bisa ditingkatkan?

Kabar baiknya toleransi pedas bisa dilatih, lho. Caranya dengan memperkenalkan makanan pedas secara bertahap dan konsisten ke dalam menu harianmu.
Kamu bisa mulailah dari jenis cabai dengan tingkat kepedasan rendah, seperti paprika. Setelah lidahmu mulai terbiasa, bisa naik ke tingkat berikutnya, misalnya ke cabai chipotle atau cabai merah besar. Perlahan kamu bisa mencoba jenis yang lebih pedas seperti cabai rawit atau cabai setan. Proses ini disebut desensitisasi di mana reseptor di lidahmu secara perlahan beradaptasi terhadap sensasi panas dari capsaicin.
Namun, penting untuk melakukannya secara perlahan dan teratur. Kalau langsung melompat dari makanan hambar ke cabai super pedas, justru bisa membuat prosesnya menyiksa, bukan menyenangkan.
Kenapa lidah terasa panas saat makan pedas?
Sensasi panas dan terbakar saat makan makanan pedas sebenarnya bukan rasa, melainkan reaksi tubuh terhadap zat kimia bernama capsaicin. Capsaicin bekerja dengan menempel pada reseptor panas di saraf sensorik, tepatnya reseptor TRPV1 atau Transient Receptor Potential Vanilloid 1. Reseptor ini biasanya aktif ketika tubuh merasakan suhu tinggi, seperti saat menyentuh benda panas.
Saat capsaicin menempel pada reseptor tersebut, otak mengira kamu sedang mengalami panas ekstrem, padahal sebenarnya tidak. Akibatnya, tubuh bereaksi seperti sedang “kepanasan”, muncul sensasi terbakar di mulut, keringat mengucur, air mata keluar, dan hidung berair.
Jadi, faktor genetik dan kebiasaan jadi kunci utama mengapa kemampuan pedas tiap orang berbeda. Nah, setelah tahu rahasianya, siap menantang diri dengan cabai yang lebih ekstrem?
FAQ seputar mengapa kemampuan pedas tiap orang berbeda
Kenapa ada orang yang tahan pedas dan ada yang tidak? | Karena jumlah dan sensitivitas reseptor TRPV1 di lidah tiap orang berbeda. Semakin banyak reseptornya, semakin kuat rasa pedas yang dirasakan. |
Apakah kemampuan makan pedas bisa dilatih? | Bisa. Dengan sering mengonsumsi makanan pedas secara bertahap, tubuh akan terbiasa dan toleransi terhadap capsaicin meningkat. |
Apakah faktor genetik berpengaruh pada toleransi pedas? | Ya, genetik menentukan seberapa sensitif reseptor TRPV1 seseorang terhadap capsaicin, sehingga memengaruhi kemampuan menahan pedas. |
Kenapa rasa pedas bisa bikin berkeringat dan menangis? | Karena otak mengira kamu sedang kepanasan, lalu memicu respons tubuh seperti mengeluarkan keringat, air mata, dan hidung berair. |


















