Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Misteri Suara Luar Angkasa: Apakah Ada dan Menyeramkan?

potret wahana Soyuz TMA-16 di sekitar orbit Bumi
potret wahana Soyuz TMA-16 di sekitar orbit Bumi (commons.wikimedia.org/Expedition 20 Crew, NASA)

Kalau di Bumi, kita bisa mendengar berbagai jenis suara setiap detiknya, bahkan sekalipun berada di tempat yang terpencil. Nah, sekarang coba bayangkan kalau kita menjelajahi luar angkasa yang sangat luas itu. Kira-kira suara apa yang akan terdengar? Secara teori, suara itu merupakan energi getaran yang timbul dari benturan molekul udara yang merambat sampai membentuk gelombang longitudinal yang dideteksi telinga, dilansir Science World.

Adapun, salah satu komponen paling penting bagi sesuatu untuk menghasilkan suara adalah udara. Sementara itu, kita tahu betul kalau udara benar-benar absen di luar angkasa. Lantas, apakah itu membuat luar angkasa jadi tidak memiliki suara sama sekali? Nah, agar tidak bingung lagi, yuk, kita segera bahas misteri di balik keberadaan suara di luar angkasa. Siap-siap untuk terkejut dengan jawabannya, ya!

1. Suara memang sulit muncul di luar angkasa

Galaksi NGC 2207 dan IC 2163 yang hampir bertabrakan
Galaksi NGC 2207 dan IC 2163 yang hampir bertabrakan (commons.wikimedia.org/NASA/ESA and The Hubble Heritage Team (STScI))

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, suara jadi jenis energi yang memerlukan media tertentu sebagai penghantarnya. Dilansir Astronomy, di Bumi media penghantar suara ada dalam berbagai bentuk, semisal udara dan cairan. Sementara itu, pada tempat yang hampa udara atau tanpa molekul yang mampu menghantarkan gelombang suara, mustahil suara dapat merembet sampai terdengar oleh telinga kita.

Masalahnya, kondisi hampa udara inilah yang terjadi di luar angkasa. Malahan, kalau ada udara yang terekspos di luar angkasa, molekulnya akan langsung mengembang dan hilang dalam waktu relatif singkat. Kalaupun ada suara yang terdengar, biasanya itu berasal dari aktivitas planet atau bintang yang ada di sekitar dengan jarak tertentu. Menariknya, perbedaan komposisi gas di atmosfer planet dapat menghasilkan jenis suara yang berbeda kalau kita mengeluarkan suara di dalamnya.

Di Mars, misalnya, suara yang muncul ada di dalam planet itu akan cenderung sangat kecil sekaligus bergema karena lapisan atmosfer yang tipis dan dingin. Sementara itu, di Venus, suara kita akan terdengar lebih dalam dan bergema layaknya bas karena atmosfer yang tebal serta panas. Jadi, kalau merujuk pada definisi suara sebagai energi gelombang getaran, kita baru bisa mendengarnya saat gelombang itu menyentuh molekul perantara yang ada di planet, bintang, ataupun objek langit lain. Kalau membicarakan luar angkasa, suara dalam definisi tersebut mustahil untuk merembet.

2. Namun, bukan berarti luar angkasa tidak memiliki suara!

Ya, pada pembahasan di atas, kita menemukan jawaban kalau suara memang mustahil merembet di ruang hampa udara. Akan tetapi, sebenarnya luar angkasa yang kosong itu tetap memiliki suara khas, lho. Hanya saja, mekanisme kerja suara yang ada di luar angkasa itu berbeda dengan apa yang kita alami di Bumi saat ini. 

Dilansir NASA, ada cara bernama sonifikasi yang menyediakan metode baru dalam mengonseptualisasikan data digital yang diperoleh teleskop menjadi "suara" yang dapat didengar oleh manusia. Metode ini dilakukan dengan cara mengatur tingkat kecerahan warna dan posisi gambar yang ditangkap oleh teleskop dengan takaran tertentu. Nantinya, warna tersebut akan diberi nada dan volume sampai menghasilkan suara yang dapat didengar oleh indra pendengaran manusia. Teleskop Hubble yang dimiliki NASA sudah beberapa kali memberikan contoh metode ini, semisal suara dari Mice Galaxy, ARP 140, V838 Monocerotis, RS Puppis, Pismis 24, dan sebagainya.

Selain menginterpretasikan lewat gambar dari teleskop ruang angkasa, sebenarnya ada penjelasan lain soal keberadaan suara di luar angkasa. Jadi, sekalipun kondisi luar angkasa itu benar-benar vakum, bukan berarti tidak ada partikel sama sekali yang bisa melintas di sekitar. IFLScience melansir kalau bintang, seperti Matahari, terus mengirimkan partikel ke luar angkasa secara konstan. Namun, partikel ini punya kepadatan sangat rendah, yakni sekitar 1—100 partikel per meter kubik saja.

Walau sedikit, gelombang masih mungkin merembet pada partikel-partikel tersebut. Kalau merujuk pada definisi suara di Bumi, suara merembet lebih cepat pada media padat ketimbang cair dan gas. Sementara itu, di luar angkasa ada partikel lain yang bernama plasma. Partikel ini punya karakteristik yang unik karena di dalamnya elektron terpisah dari proton atau atom. Itu sebabnya, cara suara merembet di antara plasma jadi unik dan sukar untuk dijabarkan. Intinya, guna merembet di plasma, suara harus punya gelombang yang jauh lebih besar ketimbang pada partikel lain yang ada di Bumi.

Menariknya, beberapa objek luar angkasa dapat melepaskan gelombang suara yang keras tersebut, contohnya aktivitas bintang maupun suara lubang hitam. Meski begitu, frekuensinya amat sangat kecil, sekitar 57 oktaf, sehingga perlu disesuaikan agar bisa didengar oleh manusia, dilansir Astronomy. NASA pernah memperoleh suara dari lubang hitam pada 2022 silam lewat data sinar-X. Rekaman itu adalah aktivitas lubang hitam yang memakan plasma di Galaksi Perseus yang berjarak 250 juta tahun cahaya dari Bumi.

3. Kesimpulan

potret Orion Nebula dengan nama lain Messier 42
potret Orion Nebula dengan nama lain Messier 42 (commons.wikimedia.org/Rochus Hess)

Dari pembahasan di atas, rasanya mendefinisikan suara di luar angkasa itu jadi agak membingungkan, bukan? Kalau menggunakan definisi suara berdasarkan kemampuan pengindraan manusia, seharusnya mustahil ada suara yang terdengar di luar angkasa. Namun, seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang astronomi, kita akhirnya mulai menjajaki banyak fakta baru soal keberadaan suara di sana.

Siapa yang menyangka kalau ternyata suara luar angkasa dapat didefinisikan lewat kumpulan gambar teleskop luar angkasa seperti apa yang dilakukan NASA, kan? Selain itu, lewat partikel unik bernama plasma, suara masih memungkinkan untuk merembet di ruang hampa udara. Dilansir Scientific American, kalau kecepatan suara di Bumi itu sekitar 343 meter per detik atau 1.235 km per jam, kecepatan yang diperlukan bagi suara agar bisa merembet di antara partikel plasma itu sekitar 10 km per detik, bahkan lebih.

Luar angkasa sedari awal memang menyimpan begitu banyak misteri. Dengan ilmu pengetahuan yang kita miliki saat ini saja masih belum cukup untuk mendeskripsikan berbagai fenomena yang ada di sana. Fakta di atas saja tentu sudah cukup untuk membuat kita terkagum-kagum. Lantas, tak menutup kemungkinan kalau pada masa mendatang, kita bisa saja menemukan definisi baru atau yang lebih konkret soal keberadaan suara di luar angkasa.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Yudha ‎
EditorYudha ‎
Follow Us

Latest in Science

See More

Misteri Suara Luar Angkasa: Apakah Ada dan Menyeramkan?

18 Sep 2025, 23:04 WIBScience