Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenapa Rasa Makanan di Pesawat Jadi Berbeda? Ini 5 Fakta Ilmiahnya!

ilustrasi pesawat
ilustrasi pesawat (pexels.com/ Jeffry SS)
Intinya sih...
  • Tekanan kabin pesawat membuat lidah kehilangan sensitifitas, mengurangi rasa manis dan asin hingga 30 persen.
  • Kelembapan udara yang rendah menyebabkan sulit mencium aroma makanan, mempengaruhi cita rasa makanan di pesawat.
  • Kebisingan mesin pesawat dan proses memasak yang berbeda juga memengaruhi indera perasa dan rasa makanan di pesawat.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kalau sering bepergian dengan moda transportasi udara, kamu pasti memperhatikan rasa makanan yang disajikan. Makanan di pesawat seringkali gak seenak saat makan di darat. Padahal menunya sama, tapi cita rasanya seperti terasa berbeda.

Ternyata, perbedaan rasa ini bukan kebetulan semata, lho. Karena ada penjelasan ilmiah di balik fenomena ini. Supaya gak makin penasaran, coba, deh, simak hal apa saja yang memengaruhi rasa makanan di pesawat jadi berbeda.

1. Tekanan kabin pesawat ternyata bikin lidah kehilangan sensitifitas

ilustrasi pesawat
ilustrasi pesawat (pexels.com/ Vinh Lam)

Saat berada di ketinggian 30 ribu kaki, tekanan udara di dalam kabin jadi jauh lebih rendah. Kondisi ini membuat indera pengecap kita bekerja kurang maksimal. Rasa manis dan asin jadi berkurang hingga 30 persen dari biasanya.

Akibatnya, makanan yang sebenarnya berbumbu cukup akan terasa hambar. Rasa gurih, asin, dan manis yang biasanya dominan jadi gak terlalu kentara. Inilah alasan kenapa makanan pesawat sering terasa kurang bumbu.

2. Kelembapan udara yang sangat rendah

ilustrasi pesawat
ilustrasi pesawat (pexels.com/ Farid S)

Udara di dalam kabin pesawat sangat kering, bahkan kelembapannya lebih rendah dari gurun pasir. Kondisi ini bikin mulut dan hidung kita ikut kering sehingga sulit mencium aroma makanan. Padahal, aroma punya peran besar dalam menentukan cita rasa.

Ketika hidung kering, kemampuan mencium wangi masakan pun menurun drastis. Hasilnya, otak gak bisa menangkap keseluruhan rasa dari makanan yang disajikan. Jadi bukan salah chef semata kalau makanan terasa hambar.

3. Kebisingan mesin pesawat mempengaruhi indera perasa

ilustrasi pesawat
ilustrasi pesawat (pexels.com/ Kelly)

Suara bising mesin pesawat ternyata juga berpengaruh pada sensasi rasa. Riset menunjukkan kebisingan bisa menurunkan kemampuan otak dalam merespons rasa tertentu, terutama rasa manis. Itulah sebabnya makanan terasa datar ketika dimakan sambil mendengar suara mesin terus-menerus.

Sebaliknya, rasa gurih justru bisa lebih menonjol saat kondisi bising. Hal ini membuat maskapai lebih sering memilih menu dengan cita rasa kuat, seperti kari atau pasta tomat. Semua demi menjaga pengalaman makan penumpang tetap menyenangkan selama penerbangan.

4. Proses memasak dan penyajian makanan berbeda

ilustrasi pesawat
ilustrasi pesawat (pexels.com/ RDNE Stock Project)

Makanan di pesawat biasanya dimasak di darat lalu disimpan dengan standar keamanan tertentu. Saat disajikan, makanan hanya dipanaskan ulang sehingga teksturnya sudah berubah. Akibatnya, rasa segar dan nikmatnya jadi ikut berkurang.

Selain itu, bumbu pada makanan sengaja dibuat tidak terlalu tajam. Tujuannya agar bisa diterima oleh penumpang dengan selera yang berbeda-beda. Jadi wajar kalau rasa makanan terasa lebih ringan dibandingkan masakan restoran.

5. Maskapai sengaja menyesuaikan menu

ilustrasi maskapai
ilustrasi maskapai (pexels.com/ Pixabay)

Untuk mengatasi hambarnya makanan, beberapa maskapai menambahkan bumbu ekstra pada menu makanannya. Rasa yang dipilih biasanya lebih kuat seperti pedas, asam, atau gurih. Hal ini terbukti lebih bisa dinikmati di udara dibandingkan rasa manis atau lembut. Contohnya, hidangan kari atau sup berbumbu cenderung lebih enak disantap di pesawat. Bahkan beberapa maskapai sengaja bekerja sama dengan chef profesional untuk menyusun menu khusus penerbangan.

Rasa makanan di pesawat jadi berbeda bukan semata-mata karena kualitasnya buruk. Ada faktor ilmiah seperti tekanan udara, kelembapan, kebisingan, hingga proses penyajian yang memengaruhi. Dengan tahu hal ini, kamu bisa lebih memahami kenapa pengalaman makan di udara berbeda dengan di darat. Tapi semoga gak membuatmu ogah makan juga, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us