Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Penjelasan Sains tentang 6 Fenomena 'Mistis' yang Dialami Manusia

Unsplash/Stefano Pollio

Ada banyak hal di dunia ini yang masih belum bisa dijelaskan secara gamblang dan bahkan masuk dalam ranah pseudosains (ilmu semu). Namun, jika kita mau belajar dan ingin tahu, sebenarnya hal-hal misterius dan berbau mistis tersebut bisa dijelaskan dan dipahami sebagai bagian dari kejadian yang biasa-biasa saja.

Mungkin kamu pernah mengalami satu atau dua dari hal-hal misterius di bawah ini. Penasaran dengan penjelasan ilmiahnya? Yuk, disimak!

1. Deja vu

maxmag.gr

Deja vu diambil dari kata yang terdapat dalam bahasa Prancis yang artinya "pernah dilihat' atau "pernah dialami sebelumnya". Nah, kamu pastinya pernah mengalami fenomena deja vu, bukan? Fenomena ini terjadi pada saat seseorang merasakan sensasi yang begitu kuat dan menganggap bahwa dirinya pernah melakukan hal yang sama persis dengan yang ia lakukan saat ini.

Kalau kata orang zaman dulu, fenomena ini dianggap berhubungan dengan hal-hal mistis. Bagaimana sains memandang deja vu? Menurut laman Scientific American, sebelumnya ilmuwan menganggap fenomena ini sebagai fenomena ingatan palsu. Artinya, memori dalam otak akan mengolah dan mencampur ingatan nyata dengan ingatan semu yang mengakibatkan munculnya "kesadaran ganda".

Akan tetapi, berdasarkan studi terbaru, rupanya otak yang normal mampu bekerja dengan sangat baik dalam memilah mana memori nyata dan mana yang tidak. Hal ini dibuktikan pada penelitian yang dilakukan pada 2006 oleh riset dan laboratorium Leeds Memory Group dari Universitas Leeds di Inggris. Di luar dugaan bahwa aktivitas otak pada saat deja vu terjadi, mayoritas dilakukan oleh bagian otak bernama lobus frontal.

Bagian otak ini mengatur pengambilan keputusan yang berkaitan dengan memori. Nah, di saat lobus frontal bekerja dalam memindai layaknya hard disk komputer, ada beberapa memori manusia yang diolah dan disinkronisasi sehingga muncul fenomena seperti "pernah dialami" tersebut. Jadi, deja vu adalah hal wajar dan menandakan otak bekerja dengan baik, di mana biasanya banyak terjadi pada orang-orang muda dengan ingatan yang masih kuat.

2. Pantosmia

medicalnewstoday.com

Pantosmia atau phantosmia merupakan fenomena di mana seseorang mengalami halusinasi penciuman. Fenomena ini jarang, namun bisa terjadi oleh siapa saja tanpa ada kaitannya dengan hal-hal mistis. Biasanya, seseorang bisa mengalami halusinasi dalam mencium aroma wangi, busuk, darah, dan bahkan bau sesuatu yang hangus terbakar.

Dicatat dalam laman Mayo Clinic, fenomena pantosmia bisa disebabkan oleh beberapa hal medis, misalnya infeksi pernapasan dan cedera pada kepala. Dalam hal yang lebih parah, penderita pantosmia juga berkorelasi dengan tumor otak dan penyakit parkinson. Pada umumnya, penderita pantosmia lebih sering mencium hal-hal yang kurang menyenangkan.

Aroma seperti bau busuk, asap, kebakaran, dan bahkan belerang mungkin muncul pada orang-orang yang mengalami fenomena ini. Nah, dalam kasus COVID-19 yang saat ini masih menjadi wabah global, sebagian pasien COVID-19 juga rupanya mengalami halusinasi penciuman, ditulis dalam laman sains Smithsonian Magazine.

Jadi, jika kamu sering mengalami halusinasi penciuman, sebaiknya kamu memeriksakan diri ke dokter karena bisa jadi itu merupakan gejala sebuah penyakit. Kasus pantosmia (dan parosmia) lebih diwaspadai karena saat ini dunia sedang dilanda wabah COVID-19 yang juga berhubungan dengan pernapasan manusia.

3. Poltergeist

Pexels.com/Cameron Readius

Secara sederhana, poltergeist bisa diartikan sebuah fenomena yang sulit dijelaskan mengenai pergerakan benda dengan sendirinya. Bahkan, dalam hal yang lebih ekstrem, poltergeist dianggap mampu membuat benda dan manusia melayang di udara beberapa detik.

Menurut kalangan paranormal, kejadian-kejadian yang berkaitan dengan poltergeist adalah kejadian supernatural yang tidak bisa dijelaskan oleh logika. Benarkah demikian? Faktanya, tidak ada satu pun bukti sahih yang mampu mengungkap poltergeist itu sendiri. Nyaris semuanya hanya berupa kesaksian, tayangan video, dan semua yang berkaitan dengan rekayasa fake atau kepalsuan.

Live Science dalam lamannya menjelaskan bahwa kasus-kasus poltergeist lebih sering dipalsukan oleh anak-anak karena mereka menginginkan perhatian lebih dari orang tuanya. Bukan hal baru, bahkan kisah ini sudah ada sejak abad pertengahan. Ada banyak studi dan penelitian poltergeist yang melibatkan kamera tersembunyi, namun ribuan video tersebut tidak menunjukkan sesuatu yang aneh.

Bagi sains, justru akan aneh jika ada hantu atau roh yang dapat menggerakkan benda secara ekstrem karena hal itu sangat bertolak belakang dengan hukum fisika. Nyatanya, tidak ada satu pun bukti kuat yang bisa dijadikan pegangan oleh sains akan hal ini. Jika poltergeist itu memang ada, maka seharusnya semua manusia di dunia ini bisa mengalami hal yang sama.

4. Ketindihan

sleepcycle.com

Mungkin kamu pernah mengalami hal ini. Bahkan, di dunia ini ada sebagian orang yang sangat sering mengalami ketindihan atau sleep paralysis. Seperti ditulis dalam laman Scientific American, ketindihan atau sleep paralysis merupakan fenomena kelumpuhan sementara yang terjadi pada saat seseorang sedang tertidur.

Namun, ternyata ketindihan tidak terjadi pada saat seseorang sedang tidur secara total. Biasanya, fenomena ini terjadi pada saat seseorang memasuki fase antara sadar dan tertidur, sehingga mimpi-mimpi atau memori dalam otak manusia bisa begitu tampak nyata. Pada saat otak masih menganggap tubuh kita belum memasuki fase tidur - padahal kita sudah dalam kondisi tidur - maka otak memerintahkan tubuh untuk terbangun.

Kelumpuhan tidur bisa juga terjadi karena seseorang langsung melewati fase tidur secara drastis. Secara umum, fase tidur dibedakan menjadi beberapa bagian, yakni tidur ringan; tidur dalam; dan tidur REM (rapid eye movement) atau tidur yang paling dalam. Nah, fase tidur REM inilah yang melibatkan mimpi.

Apabila kita dalam kondisi fisik yang lelah bisa saja akan langsung melompati dua fase tidur dan langsung menuju ke fase tidur REM. Dalam hal ini, otak masih menganggap bahwa tubuh berada pada fase-fase tidur yang ringan. Padahal, kesadaran kita sudah berada di alam tidur REM tadi. Itu sebabnya, kita akan kesulitan menggerakkan tubuh kita di saat kita terbangun mendadak akibat lompatan fase ini.

5. Kesurupan

theringer.com

Kesurupan biasanya diidentikkan dengan fenomena di mana seseorang dimasuki oleh entitas seperti roh atau bahkan iblis. Di dunia ini, hampir di semua negara mengenal dengan apa yang dinamakan kesurupan. Bahkan, dalam banyak kasus, kesurupan bisa terjadi secara massal yang melibatkan banyak orang sekaligus.

Bagaimana sains memandang fenomena ini? Dalam sebuah jurnal sains berjudul "The Neuroscience of Trance" yang diterbitkan dalam laman Harvard, fenomena kesurupan yang sering terjadi juga digunakan oleh banyak praktik perdukunan untuk tujuan-tujuan tertentu, misalnya menarik dana dalam setiap ritualnya. Beberapa ilmuwan juga melakukan studi mendalam akan hal ini.

Studi dan penelitian yang dilakukan oleh beberapa ilmuwan Max Planck Institute tersebut mengungkap bahwa perubahan kesadaran atau kesengajaan akan hal tersebut, ternyata juga mampu menyerap realitas lingkungan menjadi bagian dari psikologis seseorang. Misalnya, ada seseorang yang kesurupan oleh hantu, maka sebetulnya yang terjadi adalah kesadaran orang tersebut dibuat menyerupai sosok hantu yang ia yakini.

Yup, dengan kata lain, kesurupan bisa dikatakan lebih ke arah fenomena yang dibuat-buat secara sengaja. Penelitian lainnya mengungkap hal yang sama bahwa kesurupan bisa terjadi akibat perubahan kesadaran dan ini erat kaitannya dengan mental dan psikologis. Studi ini dijabarkan oleh Wolfgang Miltner, seorang ahli psikologi dari Universitas Friedrich Schiller Jena di Jerman.

6. Tubuh manusia terbakar dengan sendirinya

tampabay.com

Ada sebuah fenomena unik di mana manusia bisa terbakar dengan sendirinya. Fenomena ini dinamakan spontaneous human combustion atau SHC, sebuah istilah yang pernah heboh di era 1800-an karena ada beberapa kasus manusia yang terbakar dengan sendirinya. Apakah fenomena aneh ini benar-benar bisa terjadi? Bagaimana tanggapan sains?

Dicatat dalam laman Live Science, kisah-kisah tentang manusia yang terbakar dengan sendirinya marak terjadi pada 1800 hingga 1900-an, di mana hampir semuanya adalah kisah fiksi. Sebagian besar tubuh manusia terdiri dari air. Itu artinya, harus ada pemicu yang menyebabkan tubuh manusia bisa terbakar.

Dalam sejarahnya, biasanya kasus-kasus yang diklaim sebagai SHC hanyalah berupa foto atau gambar dan tidak melibatkan penyelidikan forensik. Uniknya, hampir semua korban SHC adalah orang lanjut usia yang memang dekat dengan api, misalnya merokok, berada di dekat perapian, dan suka mengonsumsi alkohol. Sebuah kombinasi yang mematikan, bukan?

Menurut studi kasus yang dilakukan ilmuwan dan pihak forensik kepolisian, seluruh kasus SHC bisa dijelaskan secara gamblang. Biasanya, kombinasi antara merokok, perapian, dan alkohol menjadi penyebab utamanya. Kebanyakan dari mereka tertidur di dekat perapian sambil menggenggam minuman beralkohol. Bahkan, ada kasus rokok yang membakar habis tubuh korban karena memang di sekitar korban banyak minuman beralkohol.

Nah, bagaimana? Setelah mengetahui fakta-fakta sains di balik fenomena "mistis" yang pernah terjadi, tentunya kamu tidak lagi menganggap bahwa fenomena tersebut berkaitan dengan mistis, bukan? Semoga artikel ini dapat membuka wawasan baru untuk kamu, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Arifina Budi A.
EditorArifina Budi A.
Follow Us