10 Astronaut yang Meninggal Dunia dalam Misi Luar Angkasa, Tragis!

Di luar Kennedy Space Center Florida, terdapat dinding cermin raksasa dengan tinggi lebih dari 12 meter dan lebar 15 meter. Dinding yang disebut Space Mirror Memorial ini bersinar terang, dengan 25 nama astronaut yang meninggal dunia saat berpartisipasi dalam program luar angkasa AS, hingga pertengahan 2024. Pada 2014, ada Michael Alsbury, astronaut komersial pertama yang meninggal dunia dalam misi luar angkasa ketika VSS Enterprise milik Virgin Galactic hancur berkeping-keping di Gurun Mojave, California.
Tak hanya itu, para kosmonaut Rusia juga menghadapi bahaya yang sama dalam perlombaan luar angkasa dan seterusnya, seperti yang dialami rekan-rekan astronaut mereka. Itu berarti, mereka juga mengalami kematian yang tragis.
Minat terhadap wisata luar angkasa akhir-akhir ini memang meningkat, dibuktikan dengan berita Katy Perry yang ke luar angkasa pada 14 April 2025 lalu. Hal ini membuat banyak orang beranggapan bahwa perjalanan luar angkasa dianggap sangat aman. Namun, berbagai perlindungan dan pelatihan ekstensif yang kini diwajibkan bagi para astronaut, baik sipil maupun non-sipil, harus dibayar dengan harga yang mahal di masa lalunya. Mulai dari kebakaran yang sebenarnya dapat dicegah, kegagalan parasut, hingga tenggelam, risiko perjalanan luar angkasa sangat banyak, beragam, dan tentunya mematikan.
Berikut ini kita akan membahas tentang para astronaut pemberani yang rela mengorbankan nyawa mereka demi mengejar kemajuan bagi umat manusia. Siapa saja, ya, mereka?
1. Valentin Bondarenko

Valentin Bondarenko, seperti banyak astronaut lainnya, bermimpi bisa ke luar angkasa sejak kecil. Sebagai salah satu kosmonaut perintis pertama di tengah Perang Dingin dan perlombaan antariksa, Uni Soviet merahasiakan kematian tragisnya. Fakta ini baru terungkap pada 1986, ketika peringatan 25 tahun penerbangan orbital pertama Yuri Gagarin.
Valentin Bondarenko sendiri meninggal dunia pada Maret 1961. Saat itu, 20 kosmonaut, termasuk Yuri Gagarin, bergiliran duduk di dalam ruang bertekanan kedap suara yang dirancang untuk mereplikasi kondisi di luar angkasa. Selain simulasi isolasi penerbangan orbital, yang akhirnya dijuluki "Kamar Keheningan"—tekanan atmosfer tersebut diturunkan hingga setara dengan ketinggian lebih dari 4,8 kilometer. Nah, agar kadar oksigen cukup untuk bernapas, konsentrasinya ditingkatkan tiga kali lipat menjadi 68 persen.
Valentin Bondarenko duduk sendirian dan terkurung di dalam ruang tersebut selama 10 hari. Nah, ketika peringatan muncul bahwa waktunya telah habis, ia pun menarik sensor medis. Valentin Bondarenko menyeka pasta perekat (lem) dari kulitnya dengan kain yang dibasahi alkohol. Sayangnya, ia ceroboh hingga membuang lem pasta tersebut. Lem pasta itu pun mendarat di kumparan pemanas di dekatnya, menyala, dan api dengan cepat melahap ruangan yang kaya oksigen, serta menyambar pakaian wol yang dikenakan Valentin Bondarenko.
Staf bergegas untuk membuka ruangan, tetapi proses depresurisasi masih berlangsung, sehingga pintu tidak bisa dibuka. Selama beberapa menit yang menyiksa, Valentin Bondarenko terbakar hidup-hidup. Jadi, saat staf bisa mengeluarkannya dan membawanya ke rumah sakit, ia hanya bertahan hidup selama 8 jam. Valentin meninggal pada usia 24 tahun. Ada yang menarik, ada beberapa catatan yang mengatakan bahwa Yuri Gagarin berada di sisinya saat Valentin meninggal dunia.
2. Elliot See dan Charles Bassett

Pada masa-masa awal program luar angkasa, bukan hal yang aneh jika para astronaut direkrut dari kelompok penerbang tertentu, yang memiliki reputasi mampu menerbangkan apa saja. Begitulah yang terjadi ketika Elliot See dan Charles Bassett sedang dalam perjalanan ke St. Louis dengan T-38, jet supersonik yang diterbangkan Elliot See, untuk memulai uji terbang kapsul luar angkasa Gemini mereka. Padahal hanya beberapa bulan lagi mereka akan terbang ke luar angkasa.
Disamping itu, St. Louis adalah tempat pesawat ruang angkasa Gemini dibangun. Namun, karena kondisi cuaca yang buruk di landasan pendaratan lokasi tersebut, Elliot See terpaksa melakukan pendaratan darurat. Meskipun seorang pilot yang ulung, nasib tidak berpihak pada Elliot See.
Di sisi lain, jarak pandang yang buruk membuat jet tersebut gagal mendarat. Jet itu pun menabrak gedung di dekatnya, dan menabrak fasilitas penyimpanan di sebelahnya. Kru darat di gedung tersebut mengalami beberapa luka ringan, tetapi untungnya tidak ada yang meninggal dunia. Kabar baiknya, pesawat ruang angkasa Gemini di dekatnya tidak rusak.
Namun, Elliot See dan Charles Bassett tidak seberuntung itu. Kecelakaan itu melemparkan mereka keluar dari pesawat, yang kemudian terbakar. Kedua astronaut tersebut tewas seketika.
3. Para astronaut Apollo 1

Setelah Presiden John F Kennedy mengumumkan niat Amerika Serikat untuk mendaratkan manusia di bulan pada akhir dekade tersebut, yakni pada 1961, perlombaan antariksa dimulai dengan sungguh-sungguh. Tujuannya ambisius. Meski begitu, pada 1967, program antariksa Mercury dan Gemini berhasil memahami penerbangan orbital untuk membuka jalan bagi langkah NASA selanjutnya, yaitu pendaratan di bulan. Nah, di tahap inilah program Apollo muncul. Ketiga astronaut bernama Virgil "Gus" Grissom, Ed White, dan Roger Chaffee, dipilih untuk tahap pertamanya.
Gus Grissom sebenarnya adalah salah satu dari Mercury Seven, atau orang-orang pertama yang terpilih menjadi astronaut Amerika pada 1959. Setelah misi Gemini 3 pada Maret 1965, 2 tahun sebelum kematiannya, ia berkata kepada Time, "Jika kami meninggal, kami ingin orang-orang menerimanya. Kami berada dalam bisnis yang berisiko dan kami berharap jika sesuatu terjadi pada kami, hal itu tidak akan menunda program. Penaklukan luar angkasa sepadan dengan risiko nyawa."
Pada 27 Januari 1967, ketiga astronaut tersebut memulai uji terbang peluncuran darat di Cape Canaveral, dengan kapsul komando Apollo 1 yang baru. Selama pengujian, busur listrik menyulut atmosfer yang kaya akan oksigen di dalam kapsul. Di samping itu, para teknisi dengan panik mencoba untuk membuka palka (pintu), sementara para astronaut terjebak dalam kobaran api di dalamnya. Namun, hasil penyelidikan mengatakan bahwa ketiga astronaut tersebut meninggal karena serangan jantung, bukan karena luka bakar (terbakar hidup-hidup), melainkan karena keracunan karbon monoksida.
4. Vladimir Komarov

Tahun 1967 penuh dengan kejadian tragis pertama dalam perlombaan antariksa. Pada l Januari tahun itu, awak misi Apollo 1 tewas dalam kobaran api. Selang 2 bulan kemudian, Uni Soviet mengalami tragedi terkait antariksanya juga. Seperti halnya bencana Apollo 1, penyebabnya adalah kurangnya kehati-hatian dan banyaknya pengambilan risiko. Nah, korbannya ini adalah kosmonaut Vladimir Komarov.
Pesawat ruang angkasa Soyuz mungkin familier di telinga kamu, terutama jika kamu tertarik dengan sejarah penerbangan antariksa. Pasalnya, pesawat Soyuz terus digunakan lebih dari 50 tahun sejak penerbangan perdananya. Namun, Yuri Gagarin sendiri mengidentifikasi lebih dari 200 masalah yang dialami pesawat ruang angkasa itu. Yuri bahkan sempat meminta kepada rekan-rekan dan atasannya untuk menunda penerbangan. Namun, adanya tekanan politik untuk melanjutkan peluncuran tersebut membuatnya tidak bisa ditunda. Jadi, pada 27 April 1967, Vladimir Komarov masuk ke dalam Soyuz 1 dan diluncurkan ke luar angkasa.
Prediksi Yuri Gagarin terbukti benar, terutama setelah Vladimir Komarov mencapai orbit. Serangkaian kendala teknis mengganggu penerbangan, termasuk pengereman roket yang gagal menyala. Vladimir Komarov berjuang untuk membawa pesawat itu kembali ke atmosfer.
Saat pesawat luar angkasa Soyuz jatuh ke Bumi, kerusakan juga terjadi pada parasutnya, yang menyebabkan Vladimir Komarov meninggal dalam keadaan terbakar. Jenazah Vladimir adalah jenazah astronaut pertama yang meninggal dengan keadaan hangus selama misi luar angkasa. Ia pun dimakamkan di Kremlin. Pahlawan dari Uni Soviet ini bahkan mendapatkan pesan perdamaian dari Presiden AS Lyndon B Johnson.
5. Bencana pesawat ulang-alik Challenger

Setelah perlombaan antariksa berakhir pada 1969, dengan pendaratan pertama di bulan, baik Uni Soviet maupun AS, beserta negara-negara lain, mulai berfokus pada orbit dekat Bumi. Pesawat ulang-alik adalah salah satu produk paling menarik pada periode ini. Pesawat ulang-alik diluncurkan pada 1981 dan melakukan penerbangan terakhirnya pada 2011. Dirancang untuk mengangkut tim astronaut dan muatan ke orbit, kembali ke Bumi, dan mengulanginya lagi, pesawat ini menjanjikan di masa depan sebagai perjalanan antariksa reguler. Namun, ada tragedi mengejutkan yang terjadi di depan mata banyak orang pada 28 Januari 1986, ketika pesawat ulang-alik Challenger meledak 73 detik setelah lepas landas.
Challenger sangat diandalkan bagi beberapa penerbangan bersejarah, termasuk penerbangan astronaut perempuan dan astronaut kulit hitam AS pertama yang pergi ke luar angkasa, yakni Sally Ride dan Guion Bluford. Penerbangan ke-25, yang diberi nama STS-51-L, merupakan sejarah yang tak bisa dilupakan ketika astronaut sipil pertama, yaitu seorang guru bernama Christa Corrigan McAuliffe, ikut dalam misi ini bersama dengan 6 awak lainnya: Francis Scobee, Michael Smith, Ellison Onizuka, Judith Resnik, Ronald McNair, dan Gregory Jarvis.
Di balik layar, para insinyur memang sudah khawatir tentang suhu dingin. Peluncuran pun sempat ditunda untuk waktu yang singkat. Namun, lampu hijau akhirnya diberikan juga.
Kurang dari 2 menit dalam penerbangan, sebuah O-Ring pada salah satu roket pendorong pesawat ulang-alik mengalami kegagalan. Hal ini terjadi akibat suhu beku. Dalam sekejap, pesawat ulang-alik yang sarat bahan bakar itu hancur berkeping-keping akibat ledakan besar. Semua astronaut tewas, dan diketahui mereka tidak tewas seketika. Pasalnya, puing-puing yang ditemukan dan rekaman video menunjukkan bahwa kompartemen kru sempat selamat dari ledakan. Jadi, ketujuh astronaut meninggal dunia karena sesak napas saat mereka jatuh ke Bumi, bukan karena ledakan.
6. Tragedi pesawat ulang-alik Columbia

Pada 2003, pesawat ulang-alik Columbia sudah menjadi pesawat ulang-alik yang diandalkan dalam penerbangan antariksa. Dalam tragedi ini, penerbangan ke-113, STS-107, bahkan telah dilakukan eksperimen yang dirancang untuk menyelidiki efek gayaberat mikro.
Pesawat ulang-alik Columbia akhirnya lepas landas pada 16 Januari 2003. Pesawat ulang-alik ini membahwa tujuh astronaut di dalamnya: Rick D Husband, William C McCool, Kalpana Chawla, David M Brown, Laurel B Clark, Michael P Anderson, dan Ilan Ramon. Sebagai warga negara Israel, Ilan Ramon menjadi orang pertama dari Israel yang mencapai antariksa. Ia bahkan membawa gulungan Taurat yang diberikan oleh seorang penyintas Holocaust.
Di ruang muatan pesawat ulang-alik Columbia terdapat laboratorium sains, yang disebut Modul Penelitian Ganda Spacehab. Nah, dengan laboratorium ini, para kru diminta untuk mengumpulkan sejumlah pengetahuan ilmiah selama misi 16 hari tersebut. Setelah kru menyelesaikan 80 percobaan yang melelahkan tapi membuahkan hasil, mereka mempersiapkan pengorbit untuk masuk kembali.
Jadi, tak lama setelah lepas landas, sepotong insulasi busa tangki bahan bakar eksterior pesawat ulang-alik terlepas. Benda ini terjebak dalam slipstream pesawat ruang angkasa yang berakselerasi dengan cepat. Benda itu pun menabrak tepi depan sayap pesawat ulang-alik, yang akhirnya merusak ubin tahan panas. Saat pesawat ulang-alik meluncur ke atmosfer dengan kecepatan 27.000 kilometer per jam, ubin tahan panas di bagian bawah pesawat ulang-alik suhunya mencapai 1600 derajat Celsius.
Meskipun para insinyur menyadari kerusakan tersebut, tidak ada tindakan lebih lanjut yang diambil. Jadi, plasma super panas menembus pesawat ulang-alik dan menyebabkannya hancur. Akibatnya, ketujuh astronaut tewas.
7. Soyuz 11

Soyuz 11 seharusnya menjadi misi yang patut dirayakan. Selang 2 bulan sebelum peluncurannya pada 6 Juni 1971, Uni Soviet berhasil menempatkan stasiun luar angkasa pertama umat manusia, yakni Salyut 1 ke orbit. Di samping itu, awak Soyuz 11 akan menjadi penghuni pertamanya.
Disisi lain, kosmonaut Georgi Dobrovolski, Vladislav Volkov, dan Viktor Patsayev menjadi bintang di Uni Soviet. Misi mereka tidak semudah yang mereka harapkan, sehingga mental mereka terpuruk. Meskipun demikian, para awak tetap bertahan di stasiun luar angkasa tersebut. Mereka bahkan menanam kubis. Selain itu, Viktor Patsayev merayakan ulang tahunnya di luar angkasa dan menjadi orang pertama yang melakukannya.
Awak Soyuz 11 juga merupakan orang pertama, dan sejauh ini satu-satunya, yang meninggal di luar angkasa. Sebelum memasuki kembali atmosfer, kapsul Soyuz 11 harus membuang modul-modul yang tidak lagi diperlukan untuk perjalanan pulang, sehingga hanya menyisakan modul masuk kembali ke atmosfer dan para kosmonaut di dalamnya. Saat proses ini berlangsung, sebuah katup terbuka, dan kapsul masuk ke atmosfer dengan cepat serta mengalami penurunan tekanan saat mulai jatuh ke Bumi.
Meskipun keheningan radio sejak awal pendaratan sempat membuat kru darat khawatir, optimisme tetap ada ketika Soyuz 11 berhasil mendarat di bawah parasutnya. Sayangnya, harapan berubah menjadi kengerian setelah kru penyelamat membuka kapsul, dan mendapati ketiga kosmonaut tewas dengan luka-luka yang terlihat jelas akibat penurunan tekanan atmosfer yang cepat dan asfiksia.
8. Robert Henry Lawrence Jr

Astronaut kulit hitam pertama bernama Robert Henry Lawrence Jr., tidak hidup cukup lama untuk mencapai luar angkasa. Pasalnya, ia tewas saat latihan untuk mencapai luar angkasa dalam sebuah kecelakaan tragis. Pada 1960-an, militer AS terlibat dalam perlombaan luar angkasa. Di sisi lain, pilot Angkatan Udara bernama Robert Henry Lawrence Jr., diminta untuk mempersiapkan diri dalam misi luar angkasa.
Sebelum program pesawat ulang-alik sipil NASA, Angkatan Udara AS merancang dan menempatkan stasiun luar angkasa kecil di orbit, dengan dua awak yang bertugas selama 30 hari. Stasiun-stasiun ini akan melakukan pengintaian berbasis luar angkasa, atau memata-matai Uni Soviet dan musuh lainnya dari orbit. Nah, hal ini pun membutuhkan keahlian khusus. Oleh sebab itu, Robert Henry Lawrence Jr. dipilih sebagai orang yang tepat, mengingat dia juga meraih gelar doktor, yang diperolehnya setelah menjadi perwira penelitian nuklir untuk Angkatan Udara AS.
Kombinasi ilmu pengetahuan dan bakat penerbangan inilah yang membuat Robert Henry Lawrence Jr. direkrut oleh Angkatan Udara AS untuk program stasiun luar angkasa militernya, yang disebut Laboratorium Pengorbit Berawak. Pada 8 Desember 1967, Robert Henry Lawrence Jr. akhirnya melakukan uji terbang sebagai instruktur bagi seorang peserta pelatihan. Misinya adalah melatih para pilot untuk meluncur pada sudut yang curam—persis seperti yang perlu dilakukan pilot ketika kembali dari luar angkasa. Sayangnya, saat jet F-104 Starfighter mereka mendarat, roda pendaratannya hancur. Kedua kursi pilot terlempar, dan menewaskan Robert Henry Lawrence Jr. di usia 32 tahun.
9. Michael J Adams

Michael J Adams ditugaskan untuk misi X-15 pada pertengahan November 1967. Sayangnya, itu menjadi hari terakhirnya. Dengan demikian, ia mendapatkan gelar yang malang sebagai astronaut AS pertama yang tewas selama misi luar angkasa, karena alasan teknis.
Kecepatan dan ketinggian yang terlibat dalam penerbangan luar angkasa menimbulkan banyak tantangan teknis, dan program X-15 menghasilkan informasi berharga untuk membantu menyelesaikannya. X-15 adalah pesawat roket eksperimental, yang dirancang untuk terbang di tepi atmosfer yang ekstrem, dan dengan kecepatan hipersonik. Menerbangkan pesawat dalam kondisi ini membutuhkan keterampilan manusia super, dan Michael J Adams menjadi ahli yang terbaik dari semuanya.
Setelah memperoleh gelar sarjana di bidang Teknik Penerbangan, Michael J Adams belajar astronautika di MIT sebelum memasuki Sekolah Pilot Uji Angkatan Udara AS, di mana ia menjadi yang terunggul. Setelah Angkatan Udara AS memilihnya untuk program astronaut, Michael J Adams mulai menerbangkan X-15 pada 1966, atau penerbangan ketujuhnya, pada 15 November 1967, yang menjadi penerbangan terakhir baginya.
Fase-fase awal penerbangan fatal itu berjalan dengan baik. Meskipun ada gangguan listrik kecil, Michael J Adams berhasil terbang setinggi 81.076 meter. Sayangnya, Adams melakukan manuver yang berisiko, atau membuat pesawat itu berputar. X-15 meluncur turun dengan kecepatan Mach 5 yang mendebarkan. Nah, terlepas dari upaya terbaik Michael J Adams yang hampir berhasil, pesawatnya jatuh di Gurun Mojave hingga menewaskannya.
10. Sergey Vozovikov

Pada kenyataannya, setiap bagian dari penerbangan luar angkasa adalah proyek yang berisiko, sehingga pelatihan untuk menjadi astronaut harus semaksimal mungkin dari awal hingga akhir. Bahkan setelah misi selesai, sekembalinya para astronaut, calon astronaut masih menghadapi risiko mendarat di air, sehingga harus sama mahirnya mengambang di air seperti halnya di luar angkasa. Pelatihan ini, tentu saja, memiliki risikonya sendiri, seperti yang ditunjukkan oleh kisah tragis Sergey Vozovikov.
Pada Juli 1993, hanya beberapa tahun setelah runtuhnya Uni Soviet, Rusia terhuyung-huyung dari krisis ke krisis. Akibatnya, program luar angkasa di negara itu terus dilanjutkan dengan cepat. Sebagai kosmonot yang baru terpilih, Sergey Vozovikov sedang mempersiapkan misi ke stasiun luar angkasa Rusia Mir, yang sekarang telah lama terbakar dan jatuh ke bumi. Sebagai bagian dari pelatihannya, ia mengambil bagian dalam program pelatihan bertahan hidup di air atau di Laut Hitam, tidak jauh dari Krimea. Tragisnya, Sergey Vozovikov tersangkut jaring ikan yang hanyut dan akhirnya meninggal dunia karena tenggelam. Ia meninggal di usia 35 tahun.
Untuk mencapai kemajuan teknologi seperti sekarang, khususnya di bidang antariksa, tragedi pasti selalu mengiringinya. Banyak astronaut yang gugur saat menjalani misinya untuk mencapai luar angkasa atau sekembalinya dari luar angkasa. Jadi, mereka bisa disebut pahlawan, ya!