Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Ilmuwan Ungkap Time Travel Bisa Dilakukan, Apa Bisa Jadi Kenyataan?

ilustrasi waktu (unsplash.com/Heather Zabriskie)
Intinya sih...
  • Penelitian fisikawan Australia menunjukkan perjalanan waktu bisa dilakukan tanpa paradoks.
  • Konsep relativitas Einstein memungkinkan adanya kurva waktu tertutup, mengubah pemahaman tentang dinamika klasik.
  • Meski hanya teori, penelitian ini memberi harapan manusia dapat menjelajahi masa lalu dan masa depan.

Waktu dan ruang selalu menjadi misteri yang memikat para ilmuwan dan masyarakat awam. Salah satu pertanyaan besar yang masih menjadi teka-teki adalah apakah perjalanan melintasi waktu benar-benar mungkin dilakukan.

Penelitian dari fisikawan Australia, Germain Tobar, menawarkan jawaban yang mengguncang dunia ilmiah. Ia menyatakan bahwa time travel bisa dilakukan tanpa menciptakan paradoks waktu. Hasil dari penelitian ini diterbitkan dalam jurnal Classical and Quantum Gravity. 

1. Grandfather paradox

ilustrasi waktu (pixabay.com/PaarPeter)

Ketika berbicara tentang perjalanan waktu, kita sering dihadapkan pada konsep yang disebut grandfather paradox. Paradoks ini menggambarkan skenario di mana seorang pengembara waktu kembali ke masa lalu dan menghalangi pertemuan orang tuanya.

Jika hal itu terjadi, bagaimana mungkin pelancong waktu tersebut ada di masa depan untuk kembali ke masa lalu?

Namun, Germain Tobar dari Universitas Queensland berhasil mengatasi paradoks ini. Berdasarkan perhitungan matematisnya, Tobar menunjukkan bahwa ruang-waktu bisa beradaptasi untuk menghindari paradoks.

Sebagai contoh, jika seorang pelancong waktu mencoba menghentikan penyebaran penyakit di masa lalu, penyakit tersebut tetap akan menyebar melalui cara lain. Dengan kata lain, upaya pelancong waktu tidak akan mengubah hasil akhir secara drastis.

2. Teori relativitas Einstein dan kurva waktu tertutup

Penelitian Tobar didasarkan pada teori relativitas Einstein yang memprediksi adanya kurva waktu tertutup (closed time-like curves). Kurva ini memungkinkan sebuah peristiwa terjadi baik di masa lalu maupun masa depan dari dirinya sendiri. Hal ini mengubah pemahaman kita tentang dinamika klasik.

Fisikawan Fabio Costa, pembimbing penelitian ini, menyebut bahwa perhitungan Tobar membuktikan bahwa perjalanan waktu bisa dilakukan tanpa melanggar hukum fisika klasik maupun prinsip kebebasan berkehendak.

"Bagaimana pun seseorang menciptakan paradoks, ruang-waktu akan menyesuaikan diri untuk menghindari ketidakkonsistenan," ujar Costa.

3. Perjalanan waktu jadi teori yang masih berada di atas kertas

ilustrasi penelitian (pixabay.com/Pexels)

Meski secara matematis time travel dimungkinkan, realisasinya dalam dunia nyata masih jauh dari jangkauan. Saat ini, mesin waktu hanya ada dalam bentuk konsep teoretis dan perhitungan matematis di atas kertas.

Namun, para ilmuwan optimistis. Bahkan Stephen Hawking, salah satu fisikawan terbesar di era modern, pernah mengatakan bahwa perjalanan waktu adalah kemungkinan yang patut dieksplorasi.

Jika suatu hari kita berhasil mencapainya, penelitian Tobar menunjukkan bahwa kita akan memiliki kebebasan untuk bertindak di masa lalu tanpa mengkhawatirkan paradoks.

 

Penemuan Germain Tobar membuka jendela baru dalam diskusi tentang perjalanan waktu. Meskipun saat ini masih dalam ranah teori, penelitian ini memberi harapan bahwa suatu hari, manusia mungkin dapat menjelajahi masa lalu dan masa depan. 

Referensi

Tobar, Germain, and Fabio Costa. “Reversible Dynamics with Closed Time-like Curves and Freedom of Choice.” Classical and Quantum Gravity 37, no. 20 (July 10, 2020): 205011. 
"A Physicist Says 'Paradox-Free' Time Travel Is Theoretically Possible". Diakses pada Desember 2024. Science Alert

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Achmad Fatkhur Rozi
Rifki Wuda Sudirman
Achmad Fatkhur Rozi
EditorAchmad Fatkhur Rozi
Follow Us