Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Studi: Data dari 1970-an Ungkap Adanya Air di Awan Venus

ilustrasi planet Venus (unsplash.com/Ayush Kumar)
ilustrasi planet Venus (unsplash.com/Ayush Kumar)
Intinya sih...
  • Awan Venus mengandung air, bukan asam sulfat
  • Data lama dari misi Pioneer NASA diselidiki ulang
  • Penemuan air di awan Venus membuka peluang kehidupan di sana
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Apakah mungkin ada kehidupan di planet Venus? Pertanyaan ini kembali mencuat setelah tim peneliti asal Amerika Serikat melakukan analisis ulang terhadap data lama dari misi Pioneer milik NASA yang diluncurkan pada tahun 1970-an.

Hasil temuan terbaru ini menemukan bahwa awan-awan di Venus ternyata sebagian besar tersusun dari air, bukan hanya asam sulfat seperti yang diyakini selama ini. Temuan ini membuka kembali perdebatan apakah Venus menjadikannya salah satu tempat paling potensial untuk mendukung bentuk kehidupan di luar planet kita.

1. Air di Venus bukan seperti di Bumi

Meski temuan baru ini menunjukkan bahwa awan Venus mengandung air, bukan berarti bentuknya sama seperti uap air yang membentuk awan di Bumi. Para peneliti menjelaskan bahwa dihidrogen monoksida (H₂O) di atmosfer Venus tampaknya terikat dalam material terhidrasi, bukan berupa tetesan air murni.

Namun begitu, ini tetap menjadi perubahan besar dari pemahaman sebelumnya yang menyebutkan bahwa awan Venus hampir seluruhnya terdiri dari asam sulfat. Penelitian terbaru ini menemukan bahwa hanya sekitar 22 persen dari material awan tersebut yang merupakan asam sulfat. Lalu bagaimana ilmuwan era 1970-an bisa keliru membaca data instrumen mereka sejauh itu?

2. Menyelami arsip misi pioneer

Ilustrasi arsip dokumen (freepik.com/freepik)
Ilustrasi arsip dokumen (freepik.com/freepik)

Untuk menjawab pertanyaan itu, para ilmuwan dari berbagai institusi, termasuk Cal Poly Pomona, University of Wisconsin, Arizona State University, dan juga NASA, melakukan penyelidikan ilmiah layaknya detektif. Mereka menelusuri kembali data lama dari misi Pioneer yang dikirim ke Venus pada tahun 1970-an.

Arsip berharga tersebut ternyata tersimpan dalam bentuk mikrofilm di kantor NASA Space Science Data Coordinated Archive. Langkah pertama sebelum analisis bisa dilakukan adalah menyelamatkan data itu dari arsip dan mengubahnya menjadi format digital.

3. Instrumen yang mengungkap rahasia awan Venus

Data yang digunakan berasal dari dua instrumen utama di wahana Pioneer Venus Large Probe. Ini merupakan bagian dari misi Pioneer yang benar-benar menembus lapisan awan Venus. Kedua instrumen tersebut adalah Neutral Mass Spectrometer (LNMS) dan Gas Chromatograph (LGC) yang dirancang untuk menganalisis gas-gas atmosfer.

Namun, menurut temuan Dr. Rakesh Mogul dan Dr. Sanjay Limaye, saat wahana itu turun ke lapisan atmosfer yang lebih tebal, saluran masuk kedua instrumen tersebut tersumbat oleh partikel aerosol dari awan Venus. Akibatnya, instrumen yang seharusnya hanya mengukur gas malah ikut menangkap jejak material padat dan cair dari awan. Ini menjadi kunci dalam mengungkap komposisi sebenarnya dari atmosfer planet tersebut.

4. Petunjuk dari penurunan CO₂ dan jejak aerosol

ilustrasi Venus (pexels.com/Johannes Plenio)
ilustrasi Venus (pexels.com/Johannes Plenio)

Para peneliti menemukan bukti penyumbatan instrumen ketika mendeteksi penurunan besar namun sementara dalam kadar karbon dioksida (CO₂) saat wahana menembus lapisan awan Venus. Alih-alih menganggap hal itu sebagai kesalahan alat, mereka melihatnya sebagai peluang untuk menganalisis partikel aerosol yang tersangkut di saluran masuk instrumen.

Dengan menelusuri suhu pembakaran partikel-partikel tersebut, tim peneliti bisa mengetahui pada suhu berapa aerosol meleleh dan gas apa yang dilepaskan. Saat probe terus turun dan suhu meningkat, partikel-partikel itu mulai mencair. Pola ini memberi petunjuk penting tentang komposisi kimiawi awan Venus yang selama ini diselimuti misteri.

5. Air tersembunyi

Hasil analisis menunjukkan lonjakan besar kadar air pada suhu 185°C dan 414°C. Ini menjadi tanda keberadaan senyawa hidrat seperti hydrated ferric sulfate dan hydrated magnesium sulfate. Dari sini, para peneliti menyimpulkan bahwa sekitar 62 persen aerosol di awan Venus terdiri dari air, meski hampir semuanya terikat dalam bentuk hidrat, bukan air bebas seperti di Bumi.

Sesuai dugaan, asam sulfat juga ditemukan, ditandai dengan pelepasan sulfur dioksida (SO₂) sekitar 215°C, suhu di mana asam sulfat mulai terurai.

Namun yang mengejutkan, muncul pelepasan SO₂ kedua pada 397°C yang menandakan adanya senyawa sulfat lain yang lebih stabil secara termal. Pada suhu yang sama, instrumen mendeteksi lonjakan ion besi yang memberi petunjuk bahwa senyawa misterius tersebut kemungkinan melibatkan unsur besi.

6. Asal unsur besi

Lantas, dari mana asal unsur besi yang terdeteksi di awan Venus? Para peneliti menduga, unsur tersebut berasal dari debu kosmik yang tertarik masuk ke atmosfer Venus lalu bereaksi dengan lapisan awan asam sulfat di planet tersebut.

Namun, temuan paling signifikan dari analisis ulang ini adalah keberadaan air dalam jumlah besar. Penemuan ini sekaligus menjelaskan perbedaan hasil pengukuran antara wahana yang benar-benar menembus awan Venus dan instrumen pengamat jarak jauh berbasis spektroskopi.

Alat pengamatan jarak jauh hanya mampu mendeteksi uap air bebas di atmosfer, bukan air yang terikat dalam bentuk hidrat. Oleh karena itu, data dari wahana pendarat jauh lebih akurat dalam memperkirakan total kandungan air di awan Venus.

Temuan ini tentu membawa implikasi bagi pencarian kehidupan di awan Venus. Selama ini, kekurangan air dianggap sebagai alasan utama mengapa kehidupan hampir mustahil bertahan di sana. Namun kini, penelitian terbaru menunjukkan bahwa air ternyata jauh lebih melimpah daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Referensi

"Venus' Clouds Contain Aerosols That Are 60% Water, According To Reanalyzed Pioneer Data". Diakses pada Oktober 2025. Universe Today.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Achmad Fatkhur Rozi
EditorAchmad Fatkhur Rozi
Follow Us

Latest in Science

See More

Benarkah Hujan Bisa Membersihkan Polusi Udara? Gak Sesederhana Itu!

28 Okt 2025, 09:06 WIBScience