Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Alasan Luhut Cs Pilih Dirikan PT Baru buat Donasi Tes PCR

Logo GSI Lab, (instagram.com/gsilab.id)
Logo GSI Lab, (instagram.com/gsilab.id)

Jakarta, IDN Times - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan membeberkan alasannya memilih untuk mendirikan PT Genomik Solidaritas Indonesia (GSI) bersama rekan-rekannya untuk kegiatan sosial penanganan pandemik COVID-19, khususnya dalam pengadaan alat tes PCR.

Luhut mengatakan, dia serta rekan-rekannya dari Grup Indika, Adaro, Northstar, dan lain-lain tak mendirikan yayasan karena bantuannya memang tersedia dari perusahaan-perusahaan pemegang saham GSI.

"Kenapa saya tidak menggunakan nama yayasan? Karena memang bantuan yang tersedia berada dari perusahaan. Dan memang tidak ada yang saya sembunyikan di situ," tulis Luhut dalam unggahan cerita di akun Instagram-nya beberapa waktu lalu.

1. Anak buah Luhut sebut donasi pengadaan PCR terbatas

Ilustrasi. Pengoperasian laboratorium PCR COVID-19. (ANTARA FOTO/Makna Zaezar)
Ilustrasi. Pengoperasian laboratorium PCR COVID-19. (ANTARA FOTO/Makna Zaezar)

Sebelum mendirikan GSI, Luhut dan rekan-rekannya memang mengumpulkan donasi untuk membantu pengadaan alat tes PCR di Indonesia. Donasi yang dikumpulkan kemudian dibelikan instrumen tes PCR seperti alatnya, reagen, ekstraksi RNA, dan Viral Transport Medium (VTM) yang digunakan untuk menampung hasil swab yang akan mendeaktifkan virusnya sebelum kemudian bisa dilakukan ekstraksi RNA.

Donasi tersebut pun didistribusikan ke beberapa fakultas kedokteran (FK) universitas di Indonesia untuk menyediakan layanan tes PCR, dan digunakan untuk penelitian lain.

Namun, anak buah Luhut yakni Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves, Septian Hario Seto mengatakan donasi tak bisa terus-menerus dilakukan karena dananya terbatas. Oleh sebab itu, Luhut dan rekan-rekannya mendirikan PT GSI untuk melakukan pengadaan alat tes PCR secara mandiri.

"Kalau memang ingin membantu penanganan pandemi, mengapa harus mendirikan GSI yang berbentuk PT yang orientasinya mencari keuntungan? Kenapa tidak yayasan saja?" ucap Septian.

"Bantuan yang sifatnya donasi sudah dilakukan Pak Luhut dan teman-temannya melalui donasi alat PCR, ekstraksi RNA, reagen dan beberapa alat lab lainnya ke fakultas kedokteran. Namun, karena sifatnya donasi, yah kita hanya bisa membantu sesuai dengan dana donasi yang dikumpulkan. Setelah itu harus mandiri," sambung dia.

2. Pengadaan PCR secara mandiri dinilai lebih berkelanjutan

Layanan tes PCR di GSI Lab  (instagram.com/gsilab.id)
Layanan tes PCR di GSI Lab (instagram.com/gsilab.id)

Septian mengatakan dengan pengadaan alat tes PCR dan penyediaan fasilitas genome sequencing melalui PT GSI, maka pemberian bantuannya akan lebih berkelanjutan. Dia mengatakan melalui perusahaan tersebut, Luhut cs bisa membantu menangani pandemik COVID-19. Sebab, keuntungan perusahaan didonasikan untuk kegiatan-kegiatan tersebut.

"GSI digunakan kembali untuk tujuan sosial, seperti memberikan PCR gratis untuk yang tidak mampu, nakes, ataupun orang-orang yang di Wisma Atlet. Mereka bahkan juga membantu Kemenkes untuk melakukan genome sequencing secara gratis untuk mendeteksi varian delta. Model ini lebih sustainable karena tidak mengandalkan donasi," kata dia.

3. Pemegang saham tak raup untung

Layanan tes PCR di GSI Lab  (instagram.com/gsilab.id)
Layanan tes PCR di GSI Lab (instagram.com/gsilab.id)

Berdasarkan dokumen yang diperoleh IDN Times dari Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum (AHU) Kementerian Hukum dan HAM, pendirian PT GSI disahkan dalam Surat Keputusan (SK) nomor AHU-0020334.AH.01.01 Tahun 2020 sebagai perusahaan swasta nasional. Tercatat ada 6 perusahaan dan 3 yayasan pemegang saham PTI GSI. Berikut datanya:

  1. PT Anarya Kreasi Nusantara dengan 242 lembar senilai Rp242 juta
  2. PT Kartika Bina Medikatama dengan 100 lembar senilai Rp100 juta
  3. PT Modal Ventura YCAB dengan 242 lembar saham senilai Rp242 juta
  4. PT Perdana Multi Kasih dengan 242 lembar saham senilai Rp242 juta
  5. PT Toba Bumi Energi dengan 242 lembar saham senilai Rp242 juta
  6. PT Toba Sejahtra dengan 242 lembar saham senilai Rp242 juta
  7. Yayasan Adaro Bangun Negeri dengan 485 lembar saham senilai Rp485 juta
  8. Yayasan Indika Untuk Indonesia dengan 932 lembar saham senilai Rp932 juta
  9. Yayasan Northstar Bhakti Persada dengan 242 lembar saham senilai Rp242 juta.

Meski masih mengantongi saham GSI, Luhut melalui Septian memastikan pemegang saham tak pernah meraup keuntungan dari bisnis tersebut. Pasalnya, pemegang saham wajib mengembalikan 51 persen dari keuntungan untuk tujuan sosial.

"Oleh karena itu, sampai detik ini tidak ada pembagian keuntungan seperti dividen kepada pemegang saham. Hasil laba yang lain digunakan untuk melakukan reinvestasi terhadap peralatan atau kelengkapan lab yang lain (salah satunya adalah untuk melakukan genome sequencing). Perlu diketahui, ketika diawal operasi GSI ini menggunakan fasilitas tanah dan bangunan secara gratis yang diberikan oleh salah satu pemegang saham," kata Septian.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hana Adi Perdana
EditorHana Adi Perdana
Follow Us