Amazon Gelontorkan Rp211,4 Triliun Bangun Data Center di Australia

- Amazon meluncurkan investasi besar di Australia untuk memperluas pusat data, menciptakan ribuan lapangan kerja, dan mendukung pertumbuhan bisnis lokal.
- Amazon akan membangun pembangkit listrik tenaga surya untuk energi berkelanjutan, meningkatkan konektivitas, kapasitas server, dan keamanan siber di pusat data barunya.
Jakarta, IDN Times - Amazon mengumumkan investasi sebesar 20 miliar dolar Australia (Rp211,4 triliun) pada Sabtu (14/6/2025) untuk mengembangkan pusat data di Australia selama lima tahun ke depan. Langkah ini mencerminkan komitmen perusahaan dalam memenuhi permintaan global terhadap layanan komputasi awan dan kecerdasan buatan (AI).
Investasi ini, salah satu yang terbesar di sektor teknologi Australia, memperkuat posisi negara tersebut sebagai pusat digital Asia-Pasifik. Pemerintah Australia menyambut baik rencana ini sebagai dorongan besar bagi perekonomian nasional.
1. Dampak ekonomi dan lapangan kerja
Amazon akan memperluas pusat data di Sydney dan Melbourne, dua dari 37 wilayah data globalnya. Proyek ini diperkirakan menciptakan lebih dari 11 ribu lapangan kerja setiap tahun, mencakup sektor konstruksi, teknologi, dan operasional.
"Ini investasi yang akan mengubah lanskap ekonomi Australia," ujar Perdana Menteri Anthony Albanese dalam pernyataan di media sosial X.
Proyek ini juga diperkirakan menambah 35 miliar dolar Australia (Rp370 triliu) ke PDB Australia hingga 2027, serta mendorong pertumbuhan bisnis lokal di bidang energi, telekomunikasi, dan logistik. Amazon Web Services (AWS) akan mengandalkan tenaga kerja lokal terampil demi efisiensi operasional.
“Kami melihat Australia sebagai calon pusat teknologi global. Ini bukan sekadar infrastruktur, tapi pembangunan ekosistem inovasi,” kata CEO AWS Matt Garman, dikutip dari Sydney Morning Herald.
2. Infrastruktur dan energi berkelanjutan

Untuk mendukung ekspansi, Amazon akan membangun tiga pembangkit listrik tenaga surya di Victoria dan Queensland. Fasilitas ini bertujuan menyuplai energi berkelanjutan ke pusat data yang boros listrik.
“Kami berkomitmen menjalankan operasi ramah lingkungan,” ujar juru bicara AWS, dilansir dari MarketScreener.
Langkah ini selaras dengan target Amazon mencapai emisi karbon nol bersih dan memperkuat kapabilitas AI Australia. Infrastruktur baru juga akan meningkatkan konektivitas dan kapasitas server, mendukung tuntutan komputasi AI generatif. Reuters melaporkan bahwa proyek ini mencakup peningkatan keamanan siber guna melindungi data pelanggan.
Menteri Industri dan Inovasi Australia, Tim Ayres, menyebut langkah ini sebagai langkah krusial dalam memperkuat infrastruktur digital nasional.
“Amazon menunjukkan kepercayaan besar pada masa depan Australia sebagai pusat teknologi,” ujarnya, dikutip dari UNN.
3. Strategi global Amazon

Investasi di Australia merupakan bagian dari ekspansi global Amazon di bidang AI dan cloud computing. Sejak awal 2024, perusahaan telah menanamkan dana besar di berbagai negara, termasuk 20 miliar dolar Amerika Serikat (AS) (Rp325,9 triliun) di Pennsylvania, 10 miliar dolar AS (Rp162,9 triliun) di North Carolina, dan lebih dari 5 miliar dolar AS (Rp81,4 triliun) di Taiwan.
“Kami sedang membangun fondasi untuk masa depan teknologi global,” kata David Zapolsky, Kepala Urusan Global Amazon, dikutip dari CNBC.
Persaingan di sektor ini semakin ketat, dengan Microsoft, Google, dan Nvidia juga agresif memperluas infrastruktur. Amazon, lewat AWS, berupaya mempertahankan posisinya sebagai pemimpin layanan cloud dunia. GuruFocus mencatat, saham Amazon diprediksi naik 13,8 persen setelah pengumuman ini, mencerminkan optimisme pasar.
“Ini adalah perlombaan dominasi AI dan cloud. Australia pasar strategis karena lokasinya dan kualitas SDM-nya,” ujar analis Bloomberg, dikutip dari Techmeme.
Proyek ini juga diharapkan mendorong pertumbuhan startup lokal dalam mengembangkan solusi AI berbasis AWS.