Arah Kebijakan Moneter dan Makroprudensial 2025 Fokus pada Hal Ini

- BI akan tetap fokus pada keseimbangan ekonomi dan pertumbuhan, dengan ruang penurunan suku bunga acuan jika inflasi terkendali dan pertumbuhan sesuai target.
- Strategi operasi moneter pro-market akan diperkuat, termasuk melalui intervensi pasar valuta asing dan pendalaman pasar uang.
- Bank Indonesia komitmen mendorong likuiditas untuk sektor riil yang menciptakan lapangan kerja, transparansi suku bunga dasar kredit, serta implementasi Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia 2020-2030.
Jakarta, IDN Times – Bank Indonesia (BI) mengungkapkan, arah kebijakan moneter dan makroprudensial untuk tahun 2025 tetap berfokus pada keseimbangan antara stabilitas ekonomi dan menjaga pertumbuhan ekonomi.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, ruang penurunan suku bunga acuan masih terbuka dengan memperimbangkan laju inflasi dan pertumbuhan ekonomi bergerak sesuai target.
"Untuk suku bunga BI Rate, kami akan terus memfokuskan kebijakan agar inflasi tetap terkendali sesuai sasaran, sambil memberikan ruang bagi penurunan suku bunga jika kondisi mendukung. Ini akan kami lakukan dengan pendekatan yang hati-hati, mengingat pentingnya menjaga stabilitas ekonomi dalam jangka panjang," ujar Perry dikutip Kamis (7/11/2024).
1. Perkuat strategi operasi moneter yang pro-market

BI juga berencana untuk memperkuat strategi operasi moneter pro-market, termasuk melalui intervensi pasar valuta asing dan pendalaman pasar uang.
Hal ini sejalan dengan rencana pembaruan blueprint pendalaman pasar uang Indonesia hingga tahun 2030.
"Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dalam mengelola kebijakan fiskal dan moneter, termasuk upaya mendukung sektor riil, serta pengelolaan inflasi," tegas Perry.
2. Arahkan pembiayaan ke sektor prioritas
Sementara itu, di sektor kebijakan makroprudensial, Bank Indonesia berkomitmen untuk terus mendorong likuiditas yang mendukung sektor-sektor riil, terutama yang dapat menciptakan lapangan kerja.
"Kami akan terus arahkan untuk mendorong kredit dan pembiayaan ke sektor-sektor prioritas yang lebih menyerap lapangan kerja yang tinggi," tegasnya.
BI juga menekankan pentingnya transparansi suku bunga dasar kredit dan koordinasi dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) untuk memastikan bahwa kebijakan ini mendukung keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan stabilitas keuangan.
3. Arah sistem pembayaran BI di tahun depan

Dalam bidang sistem pembayaran, Bank Indonesia mengungkapkan rencana untuk terus mengimplementasikan Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia 2020-2030, dengan fokus pada pengembangan infrastruktur, industri inovasi, dan digitalisasi.
Salah satu target utama adalah memperluas penggunaan QRIS (Quick Response Code Indonesia Standard).
"QRIS tentu saja targetnya akan kami naikkan menjadi 50 juta pengguna dan 40 juta merchant, volume transaksinya 5,5 miliar. Demikian juga untuk berbagai hal layanan digital, volume transaksi digital payment yang naik 25 persen, selain itu volume transaksi digital payment akan meningkat 25 persen pada tahun 2025," ucapnya.
BI juga akan terus mendorong elektronifikasi transaksi keuangan pemerintah, memastikan bahwa uang tersedia secara merata di seluruh wilayah Indonesia, termasuk di daerah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal), serta memastikan kualitas uang rupiah yang cukup tinggi sesuai kebutuhan.