China Bongkar Diskriminasi AS di Industri Chip

- Kebijakan AS dituding rugikan rantai pasok global
- Industri semikonduktor China rugi akibat dumping
- Pertemuan Madrid jadi latar ketegangan baru
Jakarta, IDN Times – Kementerian Perdagangan China (MOFCOM) mengumumkan investigasi menyeluruh terkait dugaan diskriminasi Amerika Serikat (AS) terhadap sektor sirkuit terpadu (IC) China pada Sabtu (13/9/2025). Penyelidikan itu mencakup semikonduktor penting yang digunakan dalam perangkat elektronik, seperti komputer dan ponsel pintar. Langkah ini didasarkan pada Pasal 7 dan 36 Undang-Undang Perdagangan Luar Negeri China yang memungkinkan pembalasan terhadap praktik diskriminatif dalam perdagangan.
Dilansir dari Global Times, MOFCOM mengatakan bahwa bukti awal memperlihatkan kebijakan AS masuk dalam kategori diskriminatif sesuai ketentuan undang-undang. Juru bicara lembaga itu menjelaskan bahwa sejak 2018 AS telah menjalankan berbagai pembatasan terhadap industri sirkuit terpadu China, mulai dari investigasi Bagian 301 hingga kontrol ekspor yang diberlakukan sejak 2022.
Di sisi lain, atas permintaan asosiasi semikonduktor Jiangsu, MOFCOM juga membuka penyelidikan baru terkait dugaan dumping chip IC analog impor dari AS.
1. Kebijakan AS dituding rugikan rantai pasok global

MOFCOM menilai kebijakan AS berorientasi proteksionis, terutama dalam upaya menghambat perkembangan China di sektor teknologi tinggi. Pembatasan yang diterapkan mencakup chip komputasi canggih, teknologi kecerdasan buatan (AI), hingga perangkat produksi semikonduktor. Pejabat MOFCOM menyebut langkah itu berdampak langsung terhadap stabilitas rantai pasok global.
Ruang lingkup investigasi meliputi tarif tambahan hasil investigasi Bagian 301, pembatasan ekspor peralatan produksi, serta penerapan Undang-Undang CHIPS and Science Act sejak 2022. Selain itu, larangan penggunaan chip IC komputasi canggih seperti Ascend milik Huawei serta pelarangan chip AI AS untuk pelatihan model AI di China sejak Mei 2025 juga masuk dalam daftar. Penyelidikan akan menyoroti dugaan diskriminasi di semua tahap industri IC, mulai dari desain hingga penyediaan bahan baku.
2. Industri semikonduktor China rugi akibat dumping

Dilansir dari SCMP, asosiasi semikonduktor Jiangsu melaporkan dampak nyata dari praktik dumping chip analog impor dari AS. Data mereka menunjukkan impor chip IC analog dari 2022 hingga 2024 melonjak 37 persen, sementara harga impornya jatuh 52 persen dalam periode yang sama. Kondisi ini membuat produsen lokal kesulitan bersaing karena harga jual mereka tertekan tajam.
Kerugian operasional dan penurunan kapasitas produksi menjadi beban tambahan bagi industri semikonduktor China. Investigasi anti-dumping yang digulirkan bertujuan meneliti praktik tersebut secara rinci, termasuk kerugian yang dialami industri lokal. Pemeriksaan juga akan menentukan langkah korektif yang bisa diambil agar kompetisi tetap sehat.
3. Pertemuan Madrid jadi latar ketegangan baru

Pernyataan MOFCOM juga menyinggung motif kebijakan AS yang dianggap merugikan.
“Apa niat AS dalam memberlakukan sanksi terhadap perusahaan-perusahaan Tiongkok saat ini?” ujar juru bicara MOFCOM dikutip CBC.
Pengumuman investigasi itu muncul sehari sebelum pertemuan delegasi perdagangan China dan AS di Madrid, Spanyol, yang dipimpin Wakil Perdana Menteri He Lifeng.
Pertemuan berlangsung dari Minggu hingga Rabu dengan agenda membahas tarif, kebijakan ekspor, dan ancaman pelarangan TikTok milik ByteDance di AS jika asetnya tidak dijual sebelum tenggat. MOFCOM menegaskan pihaknya akan mengambil langkah perlu untuk melindungi kepentingan perusahaan China. Pada Jumat (12/9/2025), AS baru saja menambahkan 32 entitas ke daftar hitam perdagangan, termasuk 23 dari China.
Sementara itu, People’s Daily menekankan posisi pemerintah China soal privasi dan data.
“Pemerintah Tiongkok sangat mementingkan privasi dan keamanan data dan tidak pernah dan tidak akan pernah meminta perusahaan atau individu untuk mengumpulkan atau menyediakan data yang berada di negara asing untuk pemerintah Tiongkok dengan melanggar hukum setempat,” tulis media itu.
Pertemuan di Madrid menjadi kali keempat sepanjang 2025 setelah pembicaraan di Jenewa, London, dan Stockholm, yang sebelumnya menghasilkan perpanjangan jeda tarif hingga 10 November 2025 atas persetujuan Presiden AS, Donald Trump. Situasi ini memperlihatkan ketegangan perdagangan dan teknologi antara kedua negara terus berlanjut.