Dirut BSI: Performa Perbankan Syariah Cukup Baik Selama Pandemi

Jakarta, IDN Times - Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengatakan kinerja perbankan syariah Indonesia menunjukkan performa yang cukup baik selama pandemik COVID-19. Hal ini tercermin dari sisi aset, pembiayaan, dan simpanan yang masih menunjukkan pertumbuhan di atas perbankan konvensional.
"Data OJK di tahun lalu menunjukkan aset industri perbankan syariah tumbuh 13,75 persen year on year, pembiayaan tumbuh 10,86% year on year, dan dana pihak ketiga juga tumbuh 12,69 persen (yoy)," katanya dalam acara Bank Syariah Indonesia Global Islamic Finance Summit 2023 Rabu (15/2).
Kendati demikian, pangsa pasar perbankan syariah di Indonesia dalam hal aset, pembiayan dan simpanan masih berada dibawah 8 persen.
1. Dinamika ekonomi global

Berdasarkan data yang dipaparkan untuk industri jasa keuangan syariah global mampu tumbuh 11,3 persen year on year (yoy) dan diperkirakan mencapai USD 3,06 triliun pada 2021 dan ini menunjukkan ketahanan selama pandemik COVID-19.
Menurutnya dinamika gejolak ekonomi global di tahun ini juga berdampak pada perlambatan ekonomi disertai dengan meningkatnya inflasi, pengetatan kebijkan moneter global. Hal ini juga mempengaruhi penurunan investasi (aliran modal asing).
"Gangguan ini disebabkan oleh konflik antara Rusia-Ukraina dapat mendorong ekonomi global ke dalam resesi.Ini akan menandai pertama kalinya dalam lebih dari 80 tahun bahwa dua global resesi telah terjadi dalam dekade yang sama," tuturnya.
2. Ekonomi global tumbuh melambat
Ia menjelaskan berdasarkan data Bank Dunia dalam laporan terbarunya Global Economic Prospect, laju ekonomi global tahun ini diperkirakan hanya tumbuh 1,7 persen (yoy) dan baru akan meningkat di tahun 2024 sebesar 2,7 persen (yoy). Laju pertumbuhan ini merupakan yang terlemah ketiga dalam hampir tidak dekade.
"Penurunan tajam dalam pertumbuhan diperkirakan akan terjadi tersebar luas, dengan perkiraan pada tahun 2023 direvisi turun sebesar 95 persen dari ekonomi maju dan hampir 70 persen dari pasar negara berkembang dan ekonomi berkembang," katanya.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi di negara maju diproykesi hanya tumbuh 0,5 persen (yoy) di tahun ini dari semula 2,5 persen (yoy) di tahun 2022. Hal ini mencerminkan bahwa dalam dua dekade terakhir telah terjadi perlambatan yang bermuara pada resesi global. Disamping itu, laju pertumbuhan ekonomi di negara berkembang diperkirakan akan melambat dari 3,8 persen (yoy) pada tahun 2022 menjadi 2,7 persen (yoy) pada tahun 2023.
"Ini semua mencerminkan pelemahan eksternal yang signifikan permintaan yang diperparah oleh inflasi yang tinggi, depresiasi mata uang, kondisi pembiayaan yang lebih ketat, dan tantangan domestik lainnya," katanya.
3. Bank Syariah Indonesia bertekad ikut wujudkan visi Indonesia maju 2045

Lebih lanjut Budi Gunardi mengatakan Bank Syariah Indonesia berkomitmen ikut mewujudkan visi Indonesia maju 2045. Hal ini mengingat peran perbankan menjadi lebih penting.
"Bank Syariah Indonesia tertarik untuk mendukung agenda nasional ini, terutama dalam memfasilitasi bisnis tumbuh dan berkembang. Mendukung sektor riil ada dalam DNA Islam keuangan,"ucapnya.
Meskipun BSI baru berusia 2 tahun pada tanggal 1 Februari tahun ini lalu sebagai bank syariah terbesar di Indonesia. Tetapi BSI dipastikan akan ikut mengambil bagian berinisiatif dan memimpin pengembangan pasar syariah di Indonesia.
"Kami(BSI) adalah yang terbesar dapat membiayai proyek-proyek korporasi dengan berbagai macam produk. Di penghujung tahun 2022, BSI telah mencapai tonggak baru dengan nilai aset Rp 306 triliun dan melayani 19 juta nasabah. Selain itu, BSI menjadi penyumbang zakat korporasi terbesar yang mencapai Rp141 miliar," tutupnya.