Dukung Transisi Hijau, HSBC Indonesia Perkenalkan Skema Pembiayaan SIL

- HSBC Indonesia meluncurkan Sustainability Improvement Loan (SIL) untuk perusahaan skala menengah yang bertransisi ke praktik bisnis berkelanjutan.
- Skema kredit HSBC SIL menghubungkan margin bunga pinjaman dengan kinerja debitur dalam penilaian dan peringkat keberlanjutan dari EcoVadis.
- Mayoritas perusahaan menengah kesulitan akses Sustainability-Linked Loans (SLL) karena keterbatasan sumber daya untuk mengukur dan melaporkan kinerja ESG.
Jakarta, IDN Times - PT Bank HSBC Indonesia (HSBC Indonesia) resmi meluncurkan Sustainability Improvement Loan (SIL), solusi pembiayaan baru yang mengaitkan langsung biaya kredit dengan kinerja keberlanjutan perusahaan.
Skema ini ditujukan untuk perusahaan skala menengah yang tengah bertransisi menuju praktik bisnis berkelanjutan. Peluncuran SIL ditandai dengan penyelesaian transaksi pembiayaan perdana HSBC Indonesia bersama dua perusahaan, yaitu produsen trafo daya PT Bambang Djaja dan distributor bahan kimia khusus PT Bahtera Adi Jaya.
1. Perluas akses pembiayaan berkelanjutan

Direktur Banking Corporate and Institutional Banking HSBC Indonesia, Steve Andoko, menjelaskan produk pembiayaan ini hadir untuk memperluas akses pembiayaan berkelanjutan bagi pelaku usaha menengah yang sebelumnya belum tersentuh skema serupa.
“Kami meluncurkan Sustainability Improvement Loan sebagai solusi pembiayaan inovatif yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan dan memperluas akses terhadap pembiayaan berkelanjutan bagi usaha menengah,” ujar Steve dalam keterangannya, Selasa (11/11/2025).
2. Penjelasan soal skema kredit

Steve menilai skema kredit HSBC SIL menghubungkan margin bunga pinjaman terhadap kinerja debitur dalam penilaian dan peringkat keberlanjutan dari EcoVadis, standar global untuk rantai pasok yang tangguh dan berkelanjutan dengan lebih dari 150.000 pemeringkatan ESG.
Struktur ini memberikan insentif dan dukungan bagi bisnis dari berbagai ukuran untuk mempercepat transisi menuju praktik yang lebih berkelanjutan.
3. Perusahaan masih kesulitan akses Sustainability-Linked Loans (SLL)

Menurutnya, debitur HSBC SIL yang berhasil meningkatkan skor ESG dari EcoVadis, dapat memperoleh manfaat berupa penurunan suku bunga. Sebaliknya, suku bunga dapat meningkat jika skor debitur menurun.
"Terjadi tren kenaikan dimana perusahaan multinasional mewajibkan mitra rantai pasok mereka untuk mematuhi standar Environmental, Social dan Governance (ESG) global. Tren ini berdampak terhadap berbagai sektor utama industri seperti manufaktur, agribisnis, dan energi," tegasnya.
Namun, mayoritas perusahaan menengah yang baru memulai proses keberlanjutan masih kesulitan untuk mengakses Sustainability-Linked Loans (SLL), terutama karena keterbatasan sumber daya untuk mengukur dan melaporkan kinerja ESG. Melalui penilaian skor ESG EcoVadis, perusahaan menengah dapat mengidentifikasi area kekuatan dan area yang perlu ditingkatkan.
Senior Vice President Asia Pacific Japan EcoVadis, Richard Bourne, menilai bahwa SIL merupakan langkah konkret dalam menghubungkan pembiayaan dengan kinerja rantai pasok berkelanjutan.
“Skema ini memberikan insentif bagi peningkatan keberlanjutan di seluruh rantai pasok. Penilaian kami membantu perusahaan dari berbagai ukuran, termasuk usaha kecil dan menengah, untuk mengambil langkah awal yang krusial dalam perjalanan ESG mereka,” ujar Richard.


















