IKEA: Dari Desa Sunyi di Swedia hingga Jadi Raksasa Furnitur Dunia

- IKEA didirikan pada 1943 oleh Ingvar Kamprad, pemuda asal wilayah Småland, Swedia.
- Awalnya IKEA hanya menjual barang-barang kecil seperti pena, dompet, korek api, hingga bingkai foto melalui sistem pesanan surat.
- Titik balik penting terjadi pada 1948, ketika Ingvar memutuskan menambahkan furnitur dalam katalog penjualannya.
Jakarta, IDN Times - Di balik toko furnitur IKEA yang telah mendunia, terdapat sebuah kisah panjang tentang kesederhanaan, kerja keras, dan ambisi besar. Perjalanan itu dimulai dari tangan seorang remaja bernama Ingvar Kamprad yang tumbuh di lingkungan pedesaan sunyi di wilayah Småland, Swedia.
Dari sana, sebuah perusahaan kecil yang awalnya hanya menjual barang-barang sehari-hari. berkembang menjadi salah satu ritel perlengkapan rumah tangga terbesar di dunia.
1. Tumbuh dari kesederhanaan

Pada 1943, Ingvar Kamprad mendirikan usahanya di Älmhult. Baru berusia 17 tahun, Ingvar memulai langkah bisnisnya dengan modal kecil dan semangat besar. Awalnya, Ingvar hanya menjual barang-barang kecil seperti pena, dompet, korek api, hingga bingkai foto melalui sistem pesanan surat.
Pada masa itu, penduduk Småland hidup dalam kondisi alam yang keras. Tanah yang berbatu, dan sumber daya terbatas membentuk budaya masyarakat yang dikenal hemat, ulet, dan kreatif. Nilai-nilai itulah yang membentuk karakter Ingvar, sekaligus menentukan identitas bisnisnya di masa depan.
Dikutip dari situs resmi IKEA, titik balik penting terjadi pada 1948, ketika Ingvar memutuskan menambahkan furnitur dalam katalog penjualannya. Produk yang dijual dibuat oleh pengrajin lokal. Kala itu, para pengrajin membuat produk untuk memenuhi permintaan yang tinggi setelah Perang Dunia II.
Tanpa disadari, langkah itu mengubah arah usahanya secara permanen. Furnitur yang pada awalnya hanya pelengkap, menjadi produk yang paling dicari pelanggan.
Ingvar menekankan, desain yang baik seharusnya tidak hanya dimiliki mereka yang berkantong tebal. Konsep bisnisnya itu terwujud melalui kombinasi kesederhanaan namun kuat—desain minimalis khas Skandinavia, fungsi yang jelas, harga terjangkau, dan bisa dirakit sendiri oleh pembelinya.
2. Mulai ekspansi ke berbagai negara

Di bawah kepemimpinan Ingvar, perusahaan mulai berekspansi ke berbagai negara. Konsep toko besar dengan ruangan yang memamerkan susunan furnitur memberikan pengalaman belanja yang unik kepada pelanggan. Konsep itu berbeda dengan kompetitor IKEA.
Komitmen terhadap efisiensi, keterjangkauan, dan desain yang relevan membuat IKEA terus berkembang dan beradaptasi di pasar yang berbeda-beda.
3. Warisan pendiri IKEA

Walau Ingvar Kamprad telah berpulang pada 2018, warisan pemikiran dan nilai-nilai yang ia tanamkan tetap hidup. Banyak prinsipnya bahkan diabadikan dalam dokumen internal perusahaan, termasuk budaya kerja yang menekankan kesederhanaan, rendah hati, dan keberanian untuk terus berinovasi.
Kini, perusahaan tidak hanya berfokus pada furnitur, tetapi juga pada keberlanjutan. IKEA meningkatkan penggunaan bahan terbarukan, mengurangi jejak karbon, dan merancang produk dengan siklus hidup lebih panjang.
Transformasi itu menunjukkan, identitas perusahaan tidak hanya dibangun dari desain yang bagus dan harga terjangkau, tetapi juga dari komitmen terhadap masa depan yang lebih baik.

















