Impor Baja Konstruksi Bikin Pabrik RI Tutup, Ribuan Karyawan Terimbas

- Ribuan karyawan kehilangan pekerjaan akibat tutupnya pabrik baja konstruksi.
- Pengusaha las, kontrakan, dan warung di sekitar pabrik juga ikut tutup.
- Desakan kepada pemerintah untuk menghentikan impor baja konstruksi dan mewajibkan investor asing menggunakan baja lokal.
Jakarta, IDN Times - Asosiasi Industri Baja Konstruksi atau Indonesian Society of Steel Construction (ISSC) mengungkapkan dampak besar impor baja konstruksi pada industri lokal.
Dia mengatakan, impor baja konstruksi yang terus meningkat menyebabkan tutupnya pabrik lokal. Salah satunya pabrik baja konstruksi PT Ispat Indo di Surabaya, Jawa Timur pada 25 Agustus 2025 lalu.
"Sudah ada satu pabrikan besar itu, dia tutup. Ispat Indo, di Surabaya. Yang di Bekasi juga sudah mau tutup katanya tuh," kata Ketua Umum ISSC, Budi Harta Winata dikutip Minggu, (14/9/2025).
1. Ribuan karyawan kehilangan pekerjaan

Budi mengatakan, ribuan karyawan terpaksa kehilangan pekerjaan karena tutupnya pabrik baja industri.
"Karena di kami, 98 persen karyawan itu kami didik dari nol. Jadi kami ini seperti BLK (balai latihan kerja). Artinya, dengan maraknya konstruksi baja masuk dari luar ini, mereka tidak ada kerjaannya lagi sekarang," ujar Budi.
2. Pengusaha las, kontrakan, hingga warung di sekitar pabrik juga ikut tutup

Budi mengatakan, tutupnya pabrik-pabrik baja konstruksi memberikan efek domino. Pengusaha las (welder) yang biasanya mendapatkan pesanan dari pabrik, akhirnya tak lagi memiliki pekerjaan, dan berujung gulung tikar. Begitu juga warung-warung dan kontrakan di sekitar pabrik.
"Di salah satu pabrik itu bisa 500-1.000 tenaga kerjanya. Artinya, di situ membutuhkan 500 kontrakan, membutuhkan warung-warung untuk mereka makan siang," tutur Budi.
3. Desak pemerintah setop impor baja konstruksi

Melalui pertemuan terakhir ISSC, para pengusaha lokal kembali mendesak pemerintah menghentikan impor baja konstrukti.
Dia juga meminta kepada Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) untuk mewajibkan investor asing yang membangun pabrik Indonesia menggunakan baja konstruksi dalam negeri.
"Ini mungkin kita bilang juga sama BKPM juga untuk dijadikan evaluasi ya. Karena banyak investasi masuk itu kita gak kerja juga kok. Beda dulu kalau perusahaan Jepang masuk," tutur dia.
Budi menyinggung, pabrik kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) dari China membangun pabrik menggunakan baja konstruksi yang diimpor.
"Contohlah, sekarang ada investasi BYD dan pabrik-pabrik, itu semua kan konstruksi bajanya dari luar sana," ucap Budi.
Budi mengatakan, pihaknya sudah menyuarakan aspirasinya kepada pemerintah, yakni Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dan Kementerian Perdagangan (Kemendag). Namun, menurut Budi, aspirasinya tak digubris.
Oleh sebab itu, ISSC akan meminta audiensi dengan DPR RI terkait keluhan pelaku industri ini.
"Kita menyuarakan ke DPR. Karena kita juga sudah bicara sama Kemendag. Kita sudah bicara sama Kementerian Perindustrian," tutur Budi.